Translate

Selasa, 01 Oktober 2024

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

 Pada (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Ing sabarang prakara dipun kadulu,
wiwitan wekasan.
Bener lan luput den esthi,
Ana becik wekasane dadi ala.

Dipun weruh iya ing kamulanipun,
kalawan wekasanira.
Puniku dipunkalingling,
ana ala dadi becik wekasanya.

Ewuh temen babo wong urip puniku,
apan nora kena,
kinira-kira ing budi.
Arang temen wijile basa raharja.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Dalam semua perkara dilihat,
di permulaan dan akhir.
Benar dan salah dipikirkan,
ada kebaikan yang akhirnya menjadi buruk.

Dipahami juga di awalnya,
dengan akhirnya.
Itu harus dilihat dengan jelas,
ada keburukan menjadi baik pada akhirnya.

Sungguh repot, Duhai orang hidup di dunia ini,
tak bisa dikira-kira,
dalam pikiran.
Amat jarang yang sungguh terlahir serba selamat.


Kajian per kata:

Ing (dalam) sabarang (semua) prakara (perkara) dipun (di) kadulu (lihat), wiwitan (permulaan) wekasan (akhir). Dalam semua perkara dilihat, di permulaan dan akhir.

Dalam semua perkara lihatlah secara keseluruhan, jangan dilihat sepotong-sepotong. Lihatlah dari awal sampai akhir, agar mendapat gambaran yang utuh. Baik dalam hal membaca cerita seperti pada bait sebelumnya, atau ketika melihat fenomena di kehidupan nyata. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atau bereaksi sebelum jelas perkaranya dari awal sampai akhir.

Bener (benar) lan (dan) luput (salah) den (di) esthi (pikirkan), ana (ada) becik (baik) wekasane (akhirnya) dadi (menjdi) ala (buruk). Benar dan salah dipikirkan, ada kebaikan yang akhirnya menjadi buruk.

Jika sudah mendapat gambaran yang menyeluruh, barulah diambil kesimpulan tentang benar dan salah. Jangan sampai terkecoh, karena ada yang awalnya baik pada akhirnya menjadi buruk.

Dipun (di) weruh (pahami) iya (juga) ing (di) kamulanipun (awalnya), kalawan (dengan) wekasanira (akhirnya). Dipahami juga di awalnya, dengan akhirnya.

Itulah sebabnya mengapa harus dilihat dari awal sampai akhir, karena bisa jadi awal dan akhirnya tidak sama. Yang kelihatan baik pada awalnya bisa jadi akan terbongkar kedoknya pada akhirnya.

Puniku (itu) dipunkalingling (dilihat dengan jelas), ana (ada) ala (keburukan) dadi (menjadi) becik (baik) wekasanya (pada akhirnya). Itu harus dilihat dengan jelas, ada keburukan menjadi baik pada akhirnya.

Maka harus diperhatikan dengan jelas. Lingling biasanya dipakai untuk menyebut cara melihat seorang bayi dan membuatnya tertawa. Kalingling adalah melihat dengan jelas seperti pada saat membuat tertawa seorang bayi, mesti diperhatikan dari dekat agar tampak jelas.

Kebalikan dari kejadian di atas, ada hal-hal yang tampak buruk pada awalnya tetapi menjadi baik pada akhirnya. Terhadap fenomena seperti ini kita akan menjadi salah mengambil kesimpulan manakala tidak memperhatikan dari awal sampai akhir.

Ewuh (repot) temen (sungguh) babo (duhai) wong (orang) urip (hidup) puniku (ini), apan (memang) nora (tidak) kena (bisa), kinirakira (dikira-kira) ing (dalam) budi (pikiran). Sungguh repot, Duhai orang hidup di dunia ini, tak bisa dikira-kira dalam pikiran.

Aduh! Inilah repotnya dunia. Akhirnya tak bisa dikira-kira. Tak bisa ditebak dan diterka dengan pikiran semata-mata. Mesti awas dan teliti dalam melihat berbagai kejadian, jika tidak ingin terjebak dalam kekeliruan.

Ini pun juga berlaku untuk diri kita sendiri. Andai kita merasa bahwa kita sekarang ini baik, maka belum tentu berkesudahan baik pula, maka jangan takabur dulu. Sebaliknya jika kita merasa sekarang ini buruk, bukan tak mungkin esok kita kan menjadi baik. Oleh karena itu janganlah berputus asa.

Arang (jarang) temen (sungguh) wijile (terlahirnya) basa (bangsa) raharja (selamat). Amat jarang yang sungguh terlahir serba selamat.

Karena sesungguhnya amat jarang orang yang terlahir selamat dari awal sampai akhir. Berhati-hati, waspada dan selalu ingat adalah kunci menuju keselamatan. Kata wijil dalam gatra ini juga menjadi isyarat bahwa akan masuk ke pupuh Mijil pada bait berikutnya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-165167-bener-luput-den-esthi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...