Translate

Selasa, 01 Oktober 2024

Kajian Wulangreh (180-182): Tan Narima Ing Ngilmu

 Pada (bait) ke-180;182, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Wong kang tan narima dadi bêcik,
titahing Hyang Manon.
Iki uga iya ta rupane,
kaya wong kang angupaya ngèlmi,
lan wong sêdya ugi,
kapintêran iku.

Uwis pinter nanging iku maksih,
nggonira ngupados,
undhaking ing kapinterane.
Lan undhake kawruh ingkang yekti,
durung marem batin,
lamun durung tutug.

Ing pangawruh kang densenengi,
kang wus sem ing batos.
Miwah ing kapinteran wusdene,
ing samubarang pakaryan uwis.
Nora nana lali,
kabeh wus kawengku

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

(Ada lagi) contoh orang yang tidak menerima tapi berakhir baik,
terhadap ketetapan Yang Maha Tahu.
Ini terjadi pada,
orang yang mencari ilmu,
dan orang yang mencari,
kepandaian.

Walau sudah pandai tetapi masih,
berupaya mencari,
tambahan kepandaian.
Dan tambahan pengetahuan yang sejati,
belum puas hatinya,
kalau belum tuntas.

Dalam pengetahuan yang disenangi,
yang sudah merasuk dalam hati.
Serta dalam kepandaian lebih-lebih,
dalam semua pekerjaan sudah selesai.
Tidak ada yang lupa,
semua sudah dikuasai.


Kajian per kata:

Wong (orang) kang (yang) tan (tidak) narima (menerima) dadi (menjadi, akhirnya) bêcik (baik),  titahing (ketentuan) Hyang (Yang) Manon (Maha Tahu). (Ada lagi) contoh orang yang tidak menerima tapi berakhir baik, terhadap ketetapan Yang Maha Tahu.

Ada lagi contoh orang yang tidak menerima ketetapan Tuhan, dan berakhir baik. Yakni orang yang tidak menerima begitu saja apa yang sudah ditetapkan baginya pada awalnya, kemudian dengan segenap daya upaya berusaha menggapai hal yang lebih baik.

Iki (ini) uga (juga) iya (iya) ta rupane (wujudnya), kaya (seperti) wong (orang) kang (yang) angupaya (mencari) ngèlmi (ilmu), lan (lan) wong (orang) sêdya (hendak) ugi (juga), kapintêran (kepandaian) iku (itu). Ini terjadi pada, orang yang mencari ilmu, dan orang yang mencari kepandaian.

Yakni pada orang yang mencari ilmu, dan yang berupaya mencari kepandaian. Jika seseorang tidak melakukan apa yang disebut belajar atau berguru dan merasa cukup sebagai orang bodoh saja, maka dia akan tetap bodoh. Yang demikian justru tidak baik, penerimaan atas ketetapan Allah tidak berarti meniadakan usaha.

Uwis (sudah) pinter (pandai) nanging (tetapi) iku (itu) maksih (masih), nggonira ngupados (berupaya mencari), undhaking (menambah) ing (dalam) kapinterane (kepandaian).  Walau sudah pandai tetapi masih, berupaya mencari, tambahan kepandaian.

Orang-orang yang mencari ilmu sebaliknya, tetap mencari ilmu walau sudah pandai. Masih ingin menambah pengetahuannya setiap saat.

Lan (dan) undhake (tambahan) kawruh (pengetahuan) ingkang (yang) yekti (sejati), durung (belum) marem (puas) batin (hatinya),  lamun (kalau) durung (belum) tutug (tuntas). Dan tambahan pengetahuan yang sejati, belum puas hatinya, kalau belum tuntas.

Dan masih mencari tambahan pengetahuan yang sejati. Belum akan berhenti kalau belum puas dalam hatinya, takkan mandeg belajar kalau belum tuntas. Padahal ilmu itu takkan pernah tuntas dipelajari. Selalu saja ada hal-hal baru yang membuat seorang pandaipun merasa masih bodoh.

Ing (dalam) pangawruh (pengetahuan) kang (yang) densenengi (disenangi), kang (yang) wus (sudah) sem (sangat senang, merasuk di hati, dari kata sengseming (dalam) batos (hati). Dalam pengetahuan yang disenangi, yang sudah merasuk dalam hati.

Lebih-lebih dalam pengetahuan yang disenangi, yang kesenangannya itu merasuk ke dalam hati. Sengsem adalah rasa suka yang sangat, tergila-gila pada pengetahuan.

Miwah (dan) ing (dalam) kapinteran (kepandaian) wusdene (lebih-lebih), ing (dalam) samubarang (semua) pakaryan (pekerjaan) uwis (sudah selesai). Serta dalam kepandaian lebih-lebih, dalam semua pekerjaan sudah selesai.

Serta dalam kepandaian apapun, lebih-lebih ilmu-ilmu praktis, semua sudah selesai dipelajari. Yang dimaksud adalah ilmu yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan, atau teknik.

Nora (tidak) nana (ada) lali (lupa), kabeh (semua) wus (sudah) kawengku (dikuasai). Tidak ada yang lupa, semua sudah dikuasai.

Tidak ada yang lupa, semua sudah dipelajari. Inilah watak baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Seseorang hendaknya jangan cepat berpuas diri terhadap ketentuan Allah berkaitan dengan pengetahuan. Belajarlah agar semakin pintar dari hari ke hari. Sampai menguasai seluruh ilmu, semaksimal mungkin.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-180-182-tan-narima-ing-ngilmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...