Translate

Selasa, 01 Oktober 2024

Kajian Wulangreh (170;171): Aja Selang Surup.

 Pada (bait) ke-170;171, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Lan dèn sami mantêp maring bêcik,
maneh wekasingong,
aja kurang iya panrimane.
Yen wis tinitah ing Hyang Widhi,
ing badan punika,
pan wus pepancenipun.

Kang narima satitah Hyang Widhi,
temah dadi awon.
Lan ana wong tan narima titahe,
wekasane iku dadi becik.
Kawruhana ugi,
aja selang surup.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Dan harap semua mantap kepada kebaikan,
ada lagi pesanku,
jangan kurang juga rasa menerimanya.
Kalau sudah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Benar,
(semua yang) dalam diri ini,
memang sudah ketentuanNya.

Yang menerima segala ketetapan Tuhan,
akhirnya menjadi buruk.
Dan ada orang tak menerima ketetapanNya,
akhirnya menjadi baik.
Ketahuilah juga,
jangan salah pengertian.


Kajian per kata:

Lan (dan) dèn (harap) sami (semua) mantêp (mantap) maring (kepada) bêcik (kebaikan), maneh (ada lagi) wekasingong (pesanku), aja (jangan) kurang (kurang) iya (iya, juga) panrimane (rasa menerima). Dan harap semua mantap kepada kebaikan, ada lagi pesanku, jangan kurang juga rasa menerimanya.

Harap semua memantapkan hati menuju kepada kebaikan. Jangan ragu-ragu dan bimbang. Ada lagi pesanku: jangan kurang dalam sikap menerima segala ketentuan Tuhan. Antara memantapkan hati dan sikap menerima memang sering kali bertentangan, namun kali ini mesti disatukan dalam satu bingkai. Kadang orang menjadi ragu-ragu untuk menuju kebaikan hanya karena belum rela menerima ketentuan Tuhan atas dirinya. Hati rasanya ingin protes kok nasibku seperti ini, kok aku serba kesulitan dalam hidup, kok usahaku selalu gagal, dsb.

Jika kita sudah mantap untuk menuju kebaikan hati kita harus juga menerima segala ketentuannya. Dua sikap ini satu paket dan biasanya selalu beriring-sejalan. Bila hanya salah satu yang ada, akan berakhir menjadi buruk. Mengapa demikian? Marilah kita kaji lebih lanjut makna yang tersembunyi dari bait ini.

Yen (kalau) wis (sudah) tinitah (diciptakan) ing (oleh) Hyang Widhi (Tuhan), ing (dalam) badan (badan, diri) punika (ini), pan (memang) wus (sudah) pepancenipun (ketentuanNya). Kalau sudah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Benar, (semua yang) dalam diri ini, memang sudah ketentuanNya.

Kalau sudah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Benar, maka bagaimana bentuk dan wujudnya harus diterima. Memang sudah seperti itu ketentuanNya. Namun janganlah hanya berhenti sampai di situ penerimaan kita. Menerima bukan berarti pasrah bongkokan, menyerah kepada apa yang telah ditetapkanNya di masa kini. Manusia adalah makhluk yang diberi pilihan untuk mengupayakan kebaikan pada dirinya. Mencari yang lebih baik dari yang diterima sekarang adalah sebuah pilihan yang dibolehkan dan itu juga merupakan ketentuan Tuhan.

Kang (yang) narima (menerima, syukur) satitah (segala ketetapan) Hyang Widhi (Tuhan), temah (akhirnya) dadi (menjadi) awon (buruk).  Yang menerima segala ketetapan Tuhan, akhirnya menjadi buruk.

Dalam hal yang disebut terakhir, menerima ketentuan Tuhan secara jumud, tidak mau berupaya untuk memperbaiki diri akan menjadi keburukan pada akhirnya. Misalnya seseorang yang diciptakan dalam keadaan bodoh, IQ rendah sekali. Apabila dia merasa cukup dalam kebodohannya dan hanya pasrah saja, tanpa ada sebuah upaya menuju kebaikan maka yang demikian itu adalah keburukan.

Lan (dan) ana (ada) wong (orang) tan (tak) narima (menerima) titahe (ketetapanNya), wekasane (akhirnya) iku (itu) dadi (menjadi) becik (baik). Dan ada orang tak menerima ketetapanNya, akhirnya menjadi baik.

Dan orang yang tidak menerima begitu saja ketentuannya, bisa jadi akan baik pada akhirnya. Misal orang ber-IQ rendah tadi, walau sudah tahu dirinya bodoh tapi tetap semangat belajar, tak apalah jika harus menghabiskan lebih banyak waktu daripada orang lain karena kebodohannya itu. Dia tetap semangat dan berupaya keras. Akhirnya walau hanya pas-pasan dapat menguasai bidang ilmu tertentu dengan baik. Itulah penerimaan yang baik atas ketentuannya. Singkatnya jangan terlalu cepat mupus dan menyerah sebelum berusaha maksimal.

Kawruhana (ketahuilah) ugi (juga), aja (jangan) selang (salah) surup (pengertian). Ketahuilah juga, jangan salah pengertian.

Yang demikian itu ketahuilah, jangan sampai salah pengertian. Menerima ketentuan Tuhan bukanlah sikap statis, jumud dan pasrah saja. Satu hal yang harus dipahami: usaha untuk menjadi lebih baik adalah ketentuan Tuhan juga yang dikhususkan untuk manusia.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-170171-aja-selang-surup/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...