Translate

Selasa, 01 Oktober 2024

Kajian Wulangreh (178;179): Anganggowa Sabar Rereh Ririh

 Pada (bait) ke-178;179, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Arang kang sedya males ing sih,
Ing gusti Sang Katong.
Lan iya ing kabehing batine,
nora nedya narimeng Hyang Widdhi.
Iku wong tan wruh ing,
kanikmatanipun.

Yeku wong kurang narima ugi,
luwih saka awon.
Barang gawe aja age-age,
anganggoa sabar rereh ririh.
Dadi barang kardi,
resik tur rahayu.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Jarang yang berkehendak membalas belas kasihi,
gusti sang Raja.
Dan juga dalam segenap batinnya,
tidak berkehendak bersyukur kepada Tuhan.
Itulah orang yang tak mengetahui pada,
kenikmatannya.

Orang yang kurang bersyukur itu juga,
lebih (buruk) dari buruk.
Dalam sembarang pekerjaan jangan tergesa-gesa,
lakukanlah dengan sabar tenang dan perlahan.
Menjadikan semua pekerjaan,
bersih dan baik.


Kajian per kata:

Arang (jarang) kang (yang) sedya (berkehendak) males (membalas) ing (pada) sih (belas kasih), ing (pada) gusti Sang Katong (gusti sang Raja). Jarang ada yang berkehendak membalas belas kasih gusti, yakni sang Raja.

Jarang orang berkehendak membalas belas kasih Raja. Balasan yang sesuai sebenarnya hanyalah tunduk dan patuh kepada segala perintah Raja, yang telah memberi kenikmatan berupa hadiah kedudukan dan pangkat kepadanya.

Ini adalah konsep relasi Raja dan kawula yang mirip relasi Tuhan dan manusia. Oleh karena memang sistem yang dipakai pada masa itu adalah sistem kawula-gusti, yang dalam sistem ini rakyat memang diposisikan sebagai kawula dan raja sebagai gusti. Bahkan untuk para pejabat negara mereka harus lebih patuh lagi kepada raja, oleh karena itu disebut sebagai abdi. Relasi antara rakyat dan raja, lambat laun mengalami pergeseran menjadi raja dan wong cilik. Ini terjadi menjelang kemerdekaan RI. Dr. Kuntowijoyo dalam berbagai bukunya mengulas hal ini secara detail. Silakan merujuk ke karya-karya cendekiawan asal Jogja tersebut untuk lebih jelasnya.

Lan (dan) iya (iya, juga) ing (dalam) kabehing (seluruh, segenap) batine (batinnya), nora (tidak) nedya (berkehendak) narimeng (beersyukur) Hyang Widdhi (kepada Tuhan). Dan juga dalam segenap batinnya, tidak berkehendak bersyukur kepada Tuhan.

Karena konsep wakil Tuhan itulah, posisi Raja pararel dengan Tuhan. Yang dalam hatinya ada keengganan untuk patuh dan menerima segala perintah Raja juga berarti dalam hatinya terbersit rasa tidak bersyukur kepada Tuhan.

Iku (itulah) wong (orang) tan (tak) wruh (mengetahui) ing (pada), kanikmatanipun (kenikmatannya). Itulah orang yang tak mengetahui pada, kenikmatannya.

Itulah orang yang tak tahu nikmat, tak tahu budi, tak ingat bagaiman asal mulanya dari setiap yang diperolehnya. Tak ingat awal kejadiannya.

Yeku (yaitu) wong (orang) kurang (kurang) narima (bersyukur) ugi (juga), luwih (lebih) saka (dari) awon (buruk). Orang yang kurang bersyukur itu juga, lebih (buruk) dari buruk.

Orang yang kurang menerima, kurang bersyukur tadi lebih buruk dari buruk. Atau buruk kuadrat. Karena sudah ingkar nikmat dari Raja juga tak mau bersyukur kepada Tuhan.

Barang (sembarang) gawe (pekerjaan) aja (jangan) ageage (tergesa-gesa), anganggoa (lakukanlah) sabar (dengan sabar) rereh (tenang) ririh (perlahan). Dalam sembarang pekerjaan jangan tergesa-gesa, lakukanlah dengan sabar tenang dan perlahan.

Sekarang kita akan beralih ke topik lain. Dalam setiap pekerjaan janganlah tergesa-gesa, lakukanlah dengan sabar, tenang dan perlahan-lahan. Ada tiga kata yang sering dipakai secara bersamaan, rarah, rereh, ririh. Rarah adalah mengira-ira hasil atau akibat dari tindakan. Rereh adalah cara melakukan tindakan dengan hati tenang, tidak tergesa-gesa. Ririh adalah melakukan pekerjaan dengan perlahan. Ini bukan dalam arti lemot, tetapi terukur, tidak grusa-grusu.

Dadi (menjadi) barang (semua, sembarang) kardi (pekerjaan), resik (bersih) tur (dan) rahayu (baik, selamat). Menjadikan semua pekerjaan, bersih dan baik.

Jika dilakukan dengan cara demikian maka akan menghasilkan pekerjaan yang bersih dari kesalahan, tidak perlu mindho-gaweni lagi. Juga hasil pekerjaan akan lebih baik. Yang melakukan juga akan mendapat keuntungan berupa pengalaman dan keahlian, ketrampilan dan kepercayaan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-178179-anganggowa-sabar-rereh-ririh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...