Translate

Jumat, 26 Juli 2024

Serat Rama Yasadipura (3): Resi Ramabargawa tewas di tangan Raden Rama

 Tak habis dituliskan aneka hiasan di tempat acara pernikahan kedua pengantin. Negeri Mantili sedang punya hajat besar. Seluruh rakyat berpesta pora. Kedua pengantin sudah dipertemukan oleh Prabu Janaka. Sungguh keduanya tampak serasi seperti Hyang Kamajaya dan Ratih. Para bidadari di kahyangan turut memberi selamat dengan turun ke dunia. Negeri Mantili meriah layaknya swargaloka.

Singkat cerita perjamuan di negeri Mantili telah usai. Tiba saatnya Raden Ramabadra memboyong sang istri ke negeri Ayodya. Pasukan Prabu Dasarata dari Ayodya kembali pulang dengan membawa kedua pengantin. Ketika kedua pengantin telah meninggalkan negeri Mantili, negeri itu tampak kusam laksana cincin kehilangan permata.

Di tengah perjalanan pasukan Ayodya pulang ke negeri mereka, tiba-tiba muncul sosok pendeta dari tengah hutan. Pendeta itu bernama Resi Jamadagni atau Rama Bargawa. Sang pendeta membawa busur panah dan menerjang barisan pasukan Ayodya. Sekujut tubuh sang pendeta ditumbuhi bulu-bulu lebat. Bercamcang dan berjanggut lebat, bulu memenuhi dadanya yang bidang sampai ke punggung dan kaki. Busur yang dipikul amat panjang. Sang pendeta menuju tempat para putra Prabu Dasarata dan menyampaikan tantang perang.

“Ayo Ramabadra, bertarunglah denganku. Engkau selamat kalau menang. Kalau engkau kalah pasti mati. Sebaliknya jika engkau menang silakan bunuh aku,” tantang sang pendeta.

Prabu Dasarata amat kaget. Demikian pula Dewi Sinta sangatlah bersedih. Prabu Dasarata berusaha membujuk agar sang pendeta mengurungkan niatnya untuk bertarung.

“Duh sang pendeta, Ramabadra masih muda, tak pantas melawan Anda seorang pendeta yang tangguh dan perwira. Sungguh bukan tandingan Anda,” ratap Prabu Dasarata.

Namun pendeta Rama Bargawa tidak reda keinginannya. Ratapan Prabu Dasarata tidak digubris.

Rama Bargawa menyerahkan busur panahnya kepada Ramabadra dan berkata, “Nah, ini busur panahku. Coba tarik dan regangkan kalau mampu. Kalau engkau mampu melakukannya, maka aku kalah. Kalau engkau tak mampu maka engkau yang kalah.”

Semua yang mendengar perkataan Rama Bargawa sangat khawatir dan menahan napas. Ramabadra segera maju menerima busur. Sejenak kemudian dengan sekali tarik seketika busur patah. Rama Bargawa pucat dan tertunduk.

Sejenak kemudian Rama Bargawa berkata pelan, “Segera panahlah leherku. Aku sudah kalah. Ini akan menjadi jalan aku kembali ke alam Endraloka.”

Sang Ramabadra tersenyum tak bicara. Dengan tenang Rama melakukan permintaan Rama Bargawa. Sejenak kemudian tubuh Rama Bargawa melesat hilang ke Endraloka menjadi dewata dengan nama Resi Rama Parasu dan hidup kekal di Suralaya. Semua yang tadi menahan napas kini lega. Hati Prabu Dasarata dan para prajurit Ayodya merasa tenang kembali. Tanda berangkat kembali dipukul, pasukan melanjutkan perjalanan.

Singkat cerita, pasukan Prabu Dasarata telah sampai di Ayodya. Di sepanjang jalan rakyat Ayodya menyambut kedatangan raja mereka yang datang membawa sepasang pengantin. Tua-muda, pria wanita berdesakan ingin melihat Raden Rama dan istrinya. Prabu Dasarata kemudian membawa kedua pengantin ke dalam pura. Semua rakyat Ayodya turut bergembira.

Pada suatu pertemuan Prabu Dasarata menyampaikan kehendaknya kepada para punggawa untuk lengser keprabon dan menyerahkan tahta kepada Raden Ramabadra yang telah terbukti cakap dan perwira dalam perang. Sang Prabu lupa kalau dulu pernah berjanji kepada sang istri Dewi Kekayi, ibu dari Raden Brata. Janji itu diucapkan sebelum menikahi Dewi Kekayi. Kelak bila Dewi Kekayi melahirkan seorang putra lelaki, maka dialah yang akan mewarisi kedudukan raja di Ayodya. Sang Prabu lupa janji itu dan sekarang akan mengangkat putra tertua sebagai raja

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/01/15/serat-rama-yasadipura-3-resi-ramabargawa-tewas-oleh-raden-rama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...