Translate

Senin, 22 Juli 2024

Ringkasan Serat Menak (2): Amir Ambyah pergi ke Medayin

 Di Medayin, Prabu Nusirwan mendengar kedigdayaan Ambyah yang telah berhasil menaklukkan para raja dan ksatria di tanah Arab. Prabu Nusirwan berkehendak memanggil Ambyah untuk datang ke Medayin. Raja Turki diperintahkan untuk memanggil Ambyah. Namun Raja Turki pulang telanjang karena pasukannya berhasil dilucuti oleh Ambyah. Prabu Nusirwan lalu meminta saran kepada Betaljemur. Betaljemur menyatakan sanggup mendatangkan Ambyah ke Medayin. Betaljemur lalu mengirim putranya yang bernama Wahas untuk membawa Ambyah. Kepergian Wahas disertai surat dan hadiah berupa payung pusaka bernama Tunggul Naga.

Wahas berhasil membawa Ambyah ke Medayin. Di tengah perjalanan Ambyah membunuh hewan hutan bernama Wabru yang sering merusak pemukiman penduduk Medayin. Olah Ambyah Raden Maktal disuruh mendahului ke Medayin sambil menghaturkan Wabru kepada Prabu Nusirwan. Namun sesampai di Medayin Raden Maktal malah diadu dengan panglima Medayin yang bernama Raja Hirjan. Raden Maktal berhasil mengalahkan Raja Hirjan. Prabu Nusirwan sangat terkesan dan kemudian menyambut kedatangan Ambyah dengan hangat. Ambyah lalu tinggal di Medayin. Selama berada di Medayin Ambyah sangat dikasihi Prabu Nusirwan.

RĂȘtna Muninggar

Alkisah, Prabu Nusirwan mempunyai beberapa putra dari permaisuri: Retna Muninggar, Retna Marpinjun, Raden Hirman, Raden Hurmus dan Raden Semakun. Salah satu putri yang bernama Retna Muninggal sangat cantik rupawan. Banyak para ksatria dan raja datang melamar. Namun semuanya tidak ada yang diterima oleh sang dewi. Menurut cerita sang dewi sangat kesengsem dengan kemasyhuran Ambyah dari Mekkah.

Salah satu pembesar Medayin, yakni Raja Kistaham dan putranya yang bernama Raden Kobat sangat iri dengan Ambyah karena Ambyah sangat dikasihi Prabu Nusirwan. Raja Kistaham lalu berencana melakukan tipudaya kepada Ambyah. Keduanya lalu terlibat pertarungan. Raja Kistaham dan anaknya berhasil dikalahkan oleh Ambyah. Tidak lama lalu seorang Raja dari Kangkan datang mengamuk. Dia bermaksud membunuh Prabu Nusirwan. Oleh Ambayah Raja Kangkan berhasil ditangkap, diikat dan dimasukkan penjara. Di dalam penjara Raja Kangkan dibunuh oleh Raden Kobat. Ambyah sangat marah melihat kelakuan Raden Kobat. Namun kemudian kemarahannya diredakan oleh Raja Kistaham. Dalam hati Raja Kistaham sangat benci kepada Ambyah. Namun berkali-kali melakukan tipudaya tidak jua berhasil. Bertarung pun selalu kalah. Karena sangat malu Raja Kistaham kemudian pergi dari Medayin. Dia lalu meminta bantuan Raja Jobin.

Sementara itu raja Kebar Prabu Halkamah, ayah dari Raden Huksam yang dulu dikalahkan Ambyah bermaksud balas dendam. Karena Ambyah sekarang di Medayin Prabu Halkamah pun mengerahkan pasukan ke Medayin. Di tengah jalan Prabu Halkamah bertemu dengan Raja Kistaham dan anaknya. Mereka lalu bersekutu menyerang Medayin.

Prabu Nusirwan sudah mendengar kalau ada musuh datang ke Medayin. Sang Prabu lalu menyuruh Ambyah untuk menghadapi musuh. Prabu Nusirwan bahkan berkenan menyaksikan pertempuran mereka. Ambyah berhasil membunuh Prabu Halkamah. Kedudukan sebagai raja kemudian digantikan oleh Raden Yusuf Adi, seorang keponakan Prabu Halkamah yang sudah menjadi bawahan Ambyah. Kemenangan Ambyah atas Prabu Halkamah membuatnya dipuji-puji di Medayin. Sebuah pesta lalu digelar untuknya. Ketika Ambah masuk ke taman dia melihat Dewi Retna Muninggar. Ambyah merasa terpesona dengan kecantikan sang dewi.

Pada suatu malam Ambyah tak dapat lagi menahan rasa ingin berjumpa dengan Retna Muninggar. Dengan mengendap-endap dia memasuki puri. Terlaksana Ambyah bertemu dengan Retna Muninggar. Keduanya sama-sama mencurahkan isi hati. Ternyata selama ini keduanya telah memendam rasa. Mereka pun sepakat untuk hidup bersama kelak. Ambyah lalu keluar dari puri. Ketika sampai di luar dia berpapasan dengan Raja Karun yang sedang meronda. Ambyah diteriaki sebagai pencuri.

Prabu Nusirwan marah besar mendengar Ambyah telah memasuki puri. Patih Bestak diperintahkan menangkap Ambyah. Terjadi pertarungan seru antara Ambyah dan prajurit Medayin. Banyak prajurit Medayin tewas. Para putra Medayin kemudian mengejar Ambyah. Namun mereka malah tertangkap. Ambyah tidak menyiksa mereka, malah menjamu dengan baik. Para putra Medayin kemudian diserahkan kembali kepada Prabu Nusirwan.

Prabu Lamdahur

Alkisah di Serandil, pada suatu hari Prabu Sadalsah sedang berburu di hutan. Di tengah hutan Prabu Sadalsah bertemu dengan Dewi Basirin. Sang dewi lalu diambil istri dan kemudian melahirkan putra bernama Lamdahur. Dewi Basirin adalah putri dari Bakar Abu Nisyan, seorang keturunan Nabi Idris. Ketika Prabu Sadalsah mangkat kedudukan raja digantikan oleh sang adik yang bernama Prabu Sahalsah, karena Lamdahur masih kecil.

Ketika beranjak dewasa Lamdahur tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan tinggi-besar. Lamdahur juga punya kesaktian yang tinggi. Prabu Sahalsah merasa khawatir kalau nanti tahtanya diambil Lamdahur. Maka Lamdahur pun dipenjara.

Sementara itu putri kerajaan Nglaka yang bernama Dewi Prabandini bermimpi menikah dengan seorang bernama Lamdahur. Ketika bangun sang dewi mencari orang yang menjadi suami dalam mimpinya itu. Dewi Prabandini berhasil menemukan Lamdahur di penjara negeri Serandil. Lamdahur lalu dibebaskan oleh Dewi Prabandini dan dibawa pulang ke Nglaka. Lamdahur lalu menjadi raja Nglaka. Prabu Lamdahur kemudian balas dendam kepada sang paman. Pasukan Nglaka dikerahkan untuk menggempur Serandil. Negeri Serandil berhasil ditaklukkan Lamdahur. Prabu Sahalsah lalu dipindahkan sebagai raja di negeri Sulebar. Adapun tahta Serandil kemudian diduduki Lamdahur. Setelah angkatan perangnya kuat Lamdahur bermaksud menyerang Medayin.

Di Medayin, Prabu Nusirwan mendengar kalau Lamdahur akan menyerang. Sang Prabu merasa khawatir karena Lamdahur terkenal sakti. Ambyah kemudian dipanggil dan ditugaskan menghadapi musuh. Kalau bisa menaklukkan Lamdahur, Ambyah dijanjikan akan dinikahkan dengan Dewi Muninggar. Ambyah sanggup. Dengan balatentaranya Ambyah berangkat menyerang negeri Lamdahur.

Ketika perjalanan pasukan Ambyah sampai di Pulau Bayan dia berperang dengan raja hantu. Ambyah lalu naik ke gunung Serandil. Di situ Umar Maya bermimpi ditemua Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Nabi Sulaiman. Semua memberi kesaktian, pusaka dan harta benda. Semua yang diterima dalam mimpi tadi ternyata benar-benar ada wujudnya. Pasukan Ambyah lalu melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di pintu gerbang Serandil mereka bertempur dengan prajurit jaga. Pasukan Ambyah menang. Mereka terus melajur dan memasuki wilayah bawahan Serandil yakni Sulebar. Di Sulebar pasukan Ambyah berhasil mengalahkan Prabu Sahalsah. Umar Maya lalu disuruh mengirim surat tantangan kepada Prabu Lamdahur. Lamdahur tak takut berperang melawan Ambyah. Ketika berpamitan Umar Maya merebut mahkota Prabu Lamdahur dan membawanya lari. Prabu Lamdahur sangat marah. Seketika menyiapkan pasukan dan mengejar Umar Maya.

Umar Maya

Mahkota kerajaan Serandil kemudian diserahkan kepada Ambyah. Ambyah sangat suka melihatnya. Dia ingin sekali bertemu dengan pemilik mahkota itu. Umar Maya lalu mengantarnya menemui Prabu Lamdahur. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Prabu Lamdahur yang mengejar Umar Maya. Pertarungan sengit segera terjadi antara Lamdahur dan Ambyah. Belum ada yang menang atau kalah karena sama-sama sakti. Namun mereka memutuskan berhenti bertarung. Lamdahur lalu mengajak Ambyah ke negeri Serandil. Di negeri Serandil Ambyah dijamu dengan hangat sampai capeknya hilang. Setelah bugar kembali pertarungan pun dilanjutkan. Di saat yang bersamaan datang pasukan Raja Kistaham yang menyusul ke Serandil. Raja Kistaham mengaku diperintah untuk membantu Ambyah. Lalu pertarungan kembali dilanjutkan. Semua punggawa pasukan Ambyah tak ada yang mampu melawan Prabu Lamdahur. Namun Ambyah akhirnya dapat mengalahkan Lamdahur dan meringkusnya. Negeri Serandil takluk.

https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/09/01/ringkasan-serat-menak-2-amir-ambyah-pergi-ke-medayin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...