Translate

Senin, 29 Juli 2024

Kajian Wulangreh (1:5): Patang Prakara Rumuhun

 Pupuh ke-1, pada (bait) ke 5, Dhandhanggula, Serat Wulangreh  karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV:

 Lamun ana wong micareng ngelmi, 

tan mupakat ing patang prakara, aja sira age-age,

anganggep nyatanipun. 

Saringana dipun baresih, 

limbangen lan kang patang, 

prakara karuhun.

Dalil kadis lan ijemak,

lan kiyase papat iku salah siji, anaa kang mupakat.

 

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

 Jika seseorang berbicara tentang ilmu, 

tetapi tidak sesuai dengan empat hal, 

janganlah engkau terlalu cepat, 

menganggap kebenarannya.

Saringlah agar bening

dan ukurlah dengan empat, 

perkara dahulu.

Yaitu dalil, hadis, ijmak,

dan kiyas. Salah satu dari keempat hal itu, harus ada yang sesuai.

 

Kajian per kata:

Lamun (jika) ana (ada) wong (orang) micareng (berbicara tentang)  ngelmi (ilmu), tan (tidak) mupakat (sesuai) ing (dalam) patang (empat) prakara (perkara), aja (jangan) sira (engkau) age-age (terlalu cepat), anganggep (menganggap) nyatanipun (kebenarannya). Jika seseorang berbicara tentang ilmu, tetapi tidak sesuai dengan empat hal, janganlah engkau terlalu cepat,menganggap kebenarannya.


 Setelah pada bait ke-4 berbicara tentang ciri-ciri guru yang pantas untuk kita pedomani ilmunya, bait ini berbicara tentang orang yang berbicara tentang ilmu-ilmu agama. Bentuk penyampaiannya bisa bermacam- macam, ada yang berbicara di mimbar, podium, dalam acara resmi, maupun dalam forum percakapan non formal lainnya.

Kalau jaman sekarang mungkin bisa di acara pengajian akbar, radio-radio, televisi, maupun di group WA, beranda facebook dan lain-lain. Di jaman ini ekspresi seseorang lebih mudah disampaikan, termasuk yang bergaya nasihat, tausiah atau yang berkedok self reminder atau apapun yang dibagi kepada kalayak luas. Yang jelas jika yang dibicarakan tentang ilmu-ilmu agama jangan lantas tergesa-gesa untuk percaya, tetapi perlu disikapi secara tepat.

Saringana (saringlah) dipun (agar supaya) baresih (bening, jelas). Limbangen (ukurlah) lan (dengan) kang (yang) patang (empat), prakara (perkara) karuhun (terlebih dulu), Saringlah agar bening dan ukurlah dengan empat perkara dahulu.

Saringlah perkataannya agar jelas benar dan salahnya, sebelum kita percayai. Hal ini adalah sikap ilmiah kita apabila menerima informasi  baru, atau pengetahuan baru. Namun seseorang tidak akan dapat  menyaring jika tak punya saringan. Apa saringannya itu agar perkataan yang kita dengar dapat kita pilah benar dan salahnya? Ada empat perkara yang dipakai dalam menimbang perkataan-perkataan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama. Gatra berikut akan menjelaskannya.

Dalil (dalil Al Quran) kadis (hadits) lan (dan) ijemak (ijma’), lan (dan kemudian) kiyase (qiyas), papat (empat) iku (itu) salah siji (salah satunya), anaa (harus ada) kang (yang) mupakat (sesuai). yaitu dalil, hadis, ijmak, dan kiyas. Salah satu dari keempat hal itu, harus ada yang sesuai.

Inilah empat perkara yang harus selalu dipakai untuk menyaring setiap pendapat keagamaan, ataupun pendapat yang berkaitan dengan muamalah keduniawiaan. Keempat itu adalah instrumen ushul fiqih yang mesti dipelajari secara mendalam agar tidak keliru dalam menilai  suatu perkataan atau pendapat orang.


 Dalam bait ini ada anjuran untuk mempelajari ilmu-ilmu agama agar kita tidak buru-buru menuruti perkataan orang, tetapi mampu menyaring perkataan-perkataan tersebut. Jika kita tak menguasai ilmu yang dipakai untuk menyaring perkataan orang lain, maka jelas kita tak akan mampu menarik kesimpulan apapun tentangnya.

Agar kita dapat memilih perkataan mana yang sesuai dengan ilmu agama, maka kita pun harus menguasai juga ilmu-ilmu keagamaan tersebut.  Dalam bidang fikih sering ada banyak pendapat simpang siur dan bemacam-macam, maka kita harus menguasai ilmu ushul fiqih agar dapat mendudukkan berbagai pendapat tersebut dengan tepat.

Dalam bidang akidah seringkali muncul aliran kepercayaan yang saling bertentangan, maka kita harus menguasai ilmu ushuluddin agar mampu menilai mana yang benar dan salah dan mengambil sikap pribadi atasnya. Tidak perlu lalu bersitegang berebut benar, tetapi secara pribadi mampu memilih pendapat siapa yang layak untuk diikuti. Ini penting karena sebagai muslim kita tidak boleh ela-elu, menuruti orang lain tanpa dasar keyakinan, karena setiap keputusan kita akan dipertanggungjawabkan kelak secara mandiri pula.

Dalam bidang etik seringkali muncul pertentangan mana yang patut dan tak elok menurut pendapat masing-masing, maka perlulah kita belajar tahdzibul akhlak agar mengerti yang disebut perbuatan mulia itu yang bagaimana, dst.

Jadi bait ini adalah anjuran bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan dasar-dasar keagamaan, agar kita tak teraombang-ambing di antara berbagai perkataan yang berseliweran di sekitar kita. Alih-alih kita mampu bersikap dengan benar dalam memilah dan memilih perkataan-perkataan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...