Translate

Kamis, 22 Agustus 2024

Babad Tanah Jawi (188): Mengulang cerita penyerahan diri Prabu Kuning kepada Kumpeni

Mengulang cerita penyerahan Prabu Kuning kepada Kumpeni. Ketika lolos dari Randhulawang Prabu Kuning pergi ke Madiun. Pangeran Buminata dan Pangeran Prangwadana masih mengikutinya. Kedua pangeran menyarankan agar Prabu Kuning kembali ke Pajang. Lebih baik berputar dan berkejaran dengan musuh di Pajang dan Mataram saja. Kalau nanti terdesak toh bisa lebih aman kalau mengungsi ke Gunung Kidul. Namun Kapten Sapanjang menyarankan agar Prabu Kuning berkeraton di Kediri saja dan menaklukkan wilayah mancanagara. Kalau nanti terdesak bisa lari ke Blambangan. Sapanjang tak menyarankan Prabu Kuning menyerah kepada Kumpeni. Para pengikut Prabu Kuning belum sepakat. Masih ada pula usulan lain, menyerah kepada Kumpeni di Surabaya.

Prabu Kuning lalu menuruti usulan Kapten Sapanjang, yakni berangkat ke Kediri. Pangeran Buminata tak mau ikut, dia pulang dari Madiun dan menuju Gunung Kidul. Pangeran Prangwadana juga tak mau ikut, dia memilih pergi ke Matesih dan menaklukkan wilayah sekitar sampai Nglaroh.

Sementara itu Prabu Kuning sudah sampai di Kediri. Bupati Kediri adalah orang dari Pasuruan. Dia merasa tak mampu melawan pasukan Prabu Kuning. Dia lalu memilih menyingkir dari kota dan bersembunyi di pedesaan. Prabu Kuning kemudian menduduki kota Kediri. Prabu Kuning lalu mengirim surat ke Surabaya. Isi suratnya menyatakan akan menyerah dan sanggup meringkus Kapten Sapanjang kelak bila sudah sampai di Surabaya. Kapten Sapanjang mengetahui isi surat tersebut. Pada malam hari dia kemudian meloloskan diri dari Kediri bersama pasukannya. Mereka menuju Blambangan.

Di Surabaya, Kumpeni sudah menerima surat Prabu Kuning. Juru bahasa segera menerjemahkan surat itu. Isi suratnya: Prabu Kuning menyatakan akan menyerah dan minta dijemput karena sangat kerepotan dalam perjalanan. Mayor Kumpeni di Surabaya sangat gembira mengetahui Prabu Kuning akan menyerah. Mayor segera memerintahkan pasukan bupati Surabaya untuk menjemput. Dua bupati Surabaya, Sasranagara dan Secanagara bersiap mengirim pasukan penjemput. Ada abdi Surabaya pegawai Mayor yang asalnya dari Kediri, namanya Katawengan. Dia kemudian ditunjuk menjadi pemimpin pasukan penjemput. Kepadanya telah diberi surat balasan dan pesan-pesan secukupnya. Pasukan pun segera berangkat dengan lima kapal.

Sesampai di Kediri, Katawengan bertemu dengan Prabu Kuning. Surat dari Mayor sudah diserahkan dan dibaca dengan seksama. Isi suratnya: Pertama, Mayor menyampaikan salam. Yang kedua, Mayor bersedia menampung Prabu Kuning dan memberi perlindungan dari musuh-musuhnya.

Setelah membaca surat Mayor Surabaya, Prabu Kuning kemudian menyampaikan kepada para prajurit. Para prajurit menyarankan agar Prabu Kuning segera berangkat ke Surabaya. Dari tiga ratus prajurit Prabu Kuning, yang menyertai ke Surabaya hanya seratus orang karena kapalnya tidak muat. Sisa prajurit yang tertinggal semua menangis. Mereka akhirnya bubar mencari pengungsian sendiri-sendiri. Prabu Kuning akhirnya sampai di Surabaya. Mayor menyambutnya dan mempersilakan masuk ke Loji. Satu pekan di Surabaya Prabu Kuning lalu diantar ke Semarang. Katawengan kemudian diangkat sebagai bupati di Kediri dengan nama Tumenggung Katawengan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/02/05/babad-tanah-jawi-188-mengulang-cerita-penyerahan-diri-prabu-kuning-kepada-kumpeni/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...