Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (19): Teken Janggut Suku Jaja

Bait ke-19, Serat Wedatama, Bab Sinom, karya KGPAA Mangkunegara IV.

Dhahat denira aminta,

Sinupeket pangkat kanthi,

Jroning alam palimunan,

Ing pasaban saben sepi,

Sumanggen anyanggemi,

Ing karsa kang wus tinamtu,

Pamrihe amung aminta,

Supangate teki teki,

Nora ketang teken janggut suku jaja.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Dengan sangat dirinya meminta,

Agar akrab didudukkan sebagai pengikut,

Di  dalam alam ghaib,

Di kala mengembara di alam sepi,

Siap menyanggupi,

Kehendak yang sudah ditentukan,

Harapannya hanya meminta,

Restu dalam bertapa,

Walau harus bersusah payah jalannya.


Kajian per kata:

Dhahat (Betul-betul, dengan sangat) denira (dirinya) aminta (meminta). Ratu Kidul meminta dengan sangat. Karena sudah kalah wibawa dengan Panembahan Senopati, Ratu Kidul datang menghadap dengan hormat dan meminta dengan sangat.

Sinupeket (didekatkan menjadi lengket, akrab) pangkat (kedudukan, diberi pangkat, diikutkan) kanthi (dengan). Didekatkan agar akrab dengan diberi kedudukan, artinya dijadikan pengikut. Agar diberi kedudukan sebagai pengikut, tak lain agar dapat membantu sesuai dengan kemampuannya.

Jroning (di dalam) alam (alam) palimunan (tak kasat mata,ghaib). Di alam tak kasat mata, alam ghaib. Yakni, sebagai penghuni dan penguasa di alam ghaib.

Ing (di) pasaban (pengembaraan) saben (setiap waktu, setiap tempat) sepi (sepi). Dalam pengembaraan di alam sepi.

Sumanggen (bersedia) anyanggemi (menyanggupkan diri). Bersedia, menyanggupkan diri menerima perintah.

Ing (pada) karsa (kehendak) kang (yang) wus (sudah) tinamtu (ditentukan). Pada kehendak (sang raja) yang telah ditentukan.

Pamrihe (Yang diharapkan) amung (hanya) aminta (meminta). Yang diharapkan hanya diijinkan meminta.

Supangate (restu, perkenan) teki teki (bertapa). Restu dalam bertapa.

Nora ketang (walau) teken (bertongkat) janggut (dagu) suku (kaki) jaja (dada).  Walau bertongkat dagu berkaki dada. Ini adalah peribahasa Jawa, ateken janggut asuku jaja. Arti tekstualnya, memakai dagu sebagai tongkat dan memakai dada sebagai kaki dalam berjalan, merangkak atau ngesot. Maksudnya adalah usaha yang keras dan bersusah payah sampai batas kemampuan.


Kesimpulan:

Panembahan Senopati adalah raja yang gemar bertapa meningkatkan pengetahuan spiritualnya dengan menyepi dan menahan hawa nafsu. Apa yang dilakukan adalah agar hatinya peka terhadap kehendak Tuhan. Semua itu menjadi bekal dalam tugasnya sebagai raja di Mataram agar apapun kebijakan yang diambil senantiasa mendapat ridho Allah SWT.


Karena pencapaiannya itu Ratu Kidul datang menghadap dengan hormat agar diperkenankan menjadi pengikut sang raja. Dia bersedia menerima perintah sesuai kehendak raja sebagai penghuni alam tak kasat mata. Semua yang dibutuhkan sang raja akan dia upayakan walau dengan bersusah payah.

 

Catatan tambahan:

Semua cerita tentang alam ghaib dalam buku klasik hendaknya tidak ditelan mentah-mentah. Sangat mungkin cerita semacam itu hanya kiasan, atau simbol dari sesuatu yang harus dirahasiakan. Agar hanya orang-orang tertentu saja, yang sudah lantip panggraitane dan sudah paham akan sasmita yang memahami.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/10/kajian-wedatama-19-teken-janggut-suku-jaja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...