Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (86): Wisesaning Hyang Tunggal

 Bait ke-86, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Dene awas tegesipun,

weruh warananing urip,

miwah wisesaning tunggal.

Kang atunggil rina wengi,

kang mukitan ing sakarsa,

gumelar ngalam sakalir


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Adapun awas maknanya,

mengetahu penghalang (hijab) kehidupan,

serta adanya kekuasaan Yang Satu.

Yang selalu bersatu di siang dan malam,

dan yang meluluskan segala kehendak,

seluruh alam seisinya.


 Kajian per kata:

Dene (adapun) awas (awas) tegesipun (maknanya), weruh (mengetahui) warananing (penghalang) urip (kehidupan), miwah (serta) wisesaning (kekuasaan) tunggal (yang satu). Adapun awas maknanya, mengetahu penghalang (hijab) kehidupan, serta adanya kekuasaan Yang Satu.

Warana adalah kain atau partisi atau apapun yang dipakai untuk menutupi sesuatu agar tak terlihat. Warananing urip yang dimaksud adalah hijab Allah, penghalang antara makhluk dan Tuhan. Mengapa Tuhan bersembunyi di balik tabir? Karena Dia adalah Dzat Yang Maha Indah, sehingga tak semua mahklukNya akan mampu memandangNya dengan mata telanjang. Hanya orang-orang yang sudah membersihkan diri dari nafsu angkara yang dapat “melihat”-Nya.

Inilah rahasia ketuhanan yang mesti dicari manusia. di balik semua ini ada hikmat yang tersembunyi. Manakala Wujud Tuhan tampak nyata niscaya semua mahkluk akan terbakar oleh keagunganNya. Ini justru tidak baik. Hikmah penciptakan mengharuskan seseorang berlatih sedikit demi sedikit secata bertahap hingga dapat melihat kebenaran abadi, Al Haq, mulai dari ‘ilmul yaqin, ainul yaqin sampai haqqul yakin.

Tahap-tahap pendakian wujud itu telah disediakan oleh Yang Maha Tahu, dengan mengutus para utusan (Rasul) dan memberi contoh melalui hidup para Nabi dengan syariat yang bertahap pula. Mulai dari syariat yang sederhama sejak Kanjeng Nabi Adam sampai syariat yang sempurna di jaman Kanjeng Nabi Muhammad. Agar manusia dapat belajar sedikit demi sedikit pula, hingga tidak kemlekeren, gumoh dan akhirnya malah gagal total.

Siapapun yang telah menempuh jalan pendakian wujud ini dengan pandangan yang awas, teliti dan selalu ingat watak-wantunya sendiri akan dapat menangkap rahasia di balik tabir, bahwa sang dalang dari setiap kejadian adalah Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi semata-mata.

Kang (yang) atunggil (selalu bersatu) rina (siang) wengi (malam), kang (yang) mukitan (meluluskan) ing sakarsa (segala kehendak), gumelar(terhampar) ngalam (alam) sakalir (seisinya). Yang selalu bersatu di siang dan malam dan yang meluluskan segala kehendak seluruh alam seisinya.

Dialah Allah yang selalu mengurus makhluknya di siang dan malam, tak sedetikpun meninggalkannya. Dia senantiasa menangani segala urusan. Meluluskan segala pengharapan, menampung segala kehendak, mengabulkan segala doa, menggenapkan segala kekurangan, mengarahkan yang terbaik untuk makhluknya.  Dia berada di dekat kita semua, lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Dia senantiasa dalam keadaan peduli, menjaga, memberi petunjuk, dan menerangi jalan kemuliaan. Namun Dia tidak memaksakan segala sesuatu disebabkan karena kehendak bebas yang telah Dia janjikan kepada manusia, sebagai batu ujiaan bagi manusia apakah sebentuk ketaatan manusia padaNya merupakan sebuah tindakan sukarela atau terpaksa.

Bagi yang menurut kehendak dan titahNya dengan sukarela akan diberikan ganjaran yang agung berupa surga. Bagi yang menurut dengan terpaksa akan diberikan hukuman dengan dibuka tabir rahasia, sehingga mereka akan menyesal dan berkata, “Lhoh kok ngono!” Penyesalan itu dipersonifikasi dalam bentuk neraka, tempat manusia durjana akan tercebur di dalamnya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/25/kajian-wedatama-86-wisesaaning-hyang-tunggal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...