Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (18): Penakluk Dunia Lain

Bait ini menceritakan hubungan antara Panembahan Senopati dan Ratu Kidul. Jauh dari kesan bahwa Ratu Kidul adalah penguasa alam ghaib yang juga berkuasa atas nasib manusia, di dalam bait ini justru dikisahkan bahwa Ratu Kidul tunduk di bawah wibawa Raja Mataram.

Saya sebenarnya ingin membahas dari kacamata filsafat tentang hubungan ini, namun saya khawatir kajian ini menjadi melebar ke arah yang bukan tujuan semula. Maka untuk hal ini saya tidak akan mengkaji terlalu dalam, tetapi hanya sekedar kajian gramatikal saja. Sesuai niat saya semula hanya agar anak muda memahami dan mengamalkan hal-hal baik yang ada pada serat Wedatama ini.

Selengkapnya bait ke-18, Bab Sinom dari Serat Wedatama adalah sebagai berikut.

Wikan wengkoning samudra,

Kederan wus den ideri,

Kinemat kamot ing driya,

Rinegan sagegem dadi,

Dumadya angratoni,

Nenggih kanjeng ratu kidul,

Ndedel nggayuh nggegana,

Umara marak maripih,

Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Mengetahui luasnya wilayah samudera,

Seluruhnya sudah dilalui,

Dirasakan dan diresapi dalam sanubari,

Dimuat dalam genggaman,

Jadilah (laut itu) dikuasai,

Tersebutlah kanjeng Ratu Kidul,

Datang menghadap dengan hormat,

Kalah wibawa dengan raja Mataram.


 

Kajian per kata:

Wikan (tahu, mengetahui) wengkoning (keliling wilayah)samudra (samudera). Mengetahui luasnya wilayah samudera. Kederan (kelilingnya) wus (sudah) den (di) ideri (dilewati dengan tuntas). Sudah tuntas dikelilingi seluruh wilayahnya.

Ini berkaitan dengan tempat bertapa Panembahan Senopati yang berada di pinggir laut. Bahwa beliau sudah mengetahui wilayah luasnya samudera karena sudah berkeliling sampai tuntas, tak ada sejengkal pun yang terlewati. Artinya keliling samudera sudah dikuasai.

Kinemat (dirasakan sungguh-sungguh) kamot (dimuat ) ing (di dalam) driya (hati). Sudah dikuasai isinya, dimasukkan dalam hati. Ini berkaitan dengan potensi lautan tersebut.

Rinegan (dinilai, dikerta aji) sagegem (satu genggaman) dadi (muat). Ditaksir muat dalam genggaman. Setelah dinilai, disurvey dengan berkeliling tadi, maka digenggamlah, artinya siap dieksplorasi.

Dumadya (jadilah) angratoni (menjadi ratu/raja). Angratoni berarti menjadi raja, di laut itu. Dalam bahasa jawa ratu bisa bersinonim dengan kata raja, tidak terkait dengan gender. Contohnya pada paribasan, adoh ratu cehdak watu, yang bermakna jauh dari raja dekat dengan batu. Maka gatra ini bermakna, jadilah laut itu dengan segala isinya dapat dikuasai.

Nenggih (tersebutlah) kanjeng (yang berdiri) ratu kidul (sebagai ratu di selatan). Ini merujuk ke tokoh ghaib yang dipercaya menguasai laut selatan dan sering dipanggil sebagai Ratu Kidul. Tersebutlah ratu Kidul, yang berada di dalam laut selatan, Samudera Indonesia.

Ndedel (melesat) nggayuh (mencapai) nggegana (mengudara). Dari tempatnya di dalam lautan, melesat mencapai permukaan laut, setelah melihat sepak terjang Panembahan Senopati tersebut.

Umara (datang) marak (menghadap) maripih (dengan hormat). Maripih adalah sikap hormat, gestur menghormati, sebagai pertanda bahwa yang dihadapi adalah orang besar yang berwibawa. Jadi gatra ini menunjukkan bahwa Ratu Kidul datang menghadap dengan sikap hormat.

Sor (lebih rendah) prabawa (wibawa) lan (dengan) wong (orang) agung (besar) Ngeksiganda (Mataram). Kalah wibawa dengan orang besar dari Mataram, Panembahan Senopati.

Mengapa Ratu Kidul mendatangi? Karena memang kalah wibawa, merasa dirinya lebih rendah derajatnya dibanding raja Mataram itu.

Bait ke-18 meluruskan mitos yang selama ini beredar bahwa Panembahan Senopati bertapa di pinggir Samudera adalah untuk minta restu pada Ratu Kidul agar didukung menjadi raja. Yang benar menurut bait di atas adalah memang Ratu Kidul yang datang karena kewibawaan Senopati yang derajat spiritualnya sudah melampaui Ratu Kidul sendiri.


Catatan tambahan:

Bahwa cerita tentang Ratu Kidul ini sudah beredar di kalangan masyarakat sampai ke lapisan bawah. Sebagian orang memang menganggap Ratu Kidul sedemikian berkuasa sehingga mampu mengubah nasib seseorang. Sebagian lagi menganggap Ratu Kidul adalah mitos yang sengaja dihembuskan agar Panembahan Senopati mendapat legitimasi spiritual untuk menjadi raja Mataram.

Pendapat yang masuk akal adalah pendapat terakhir, dari seorang pakar filsafat asal Jogja. Bahwa cerita tentang Ratu Kidul adalah simbolisme menyatunya Raja Mataram dengan alam. Kelak ada cerita bahwa raja-raja Mataram harus menikahi Ratu Kidul. Ini juga simbolisme bahwa penguasaan Mataram terhadap alam khususnya bumi tidak boleh eksploitatif, tetapi relasinya harus mirip orang menikah, mengasihi (alam) dan memberdayakan(nya).

Saya cukupkan tambahan keterangan ini, kelak semoga dapat mengkaji lebih jauh. Karena pokok bahasan kita kali ini hanya soal makna gramatikal Werat Wedatama, tak bijak jika melebar ke mana-mana.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/10/kajian-wedatama-18-penakluk-dunia-lain/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...