Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (58): Patitis Tetesing Kawruh

 Bait ke-58, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Samengko sembah kalbu,

Yen lumintu uga dadi laku,

Laku agung kang kagungan Narapati,

Patitis tetesing kawruh,

Meruhi marang kang momong.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Sekarang tentang sembah kalbu,

Jika terus-menerus dilakukan juga menjadi laku,

Laku besar yang dimiliki oleh raja,

Tepat tumbuhnya ilmu ini,

Dapat mengetahui yang merawat .


 Kajian per kata:

Samengko (sekarang) sembah (sembah, ibadah) kalbu (kalbu, hati). Sekarang tentang sembah kalbu.

Sembah kalbu atau menurut bait ke-48 disebut sebagai sembah cipta adalah ibadah yang tidak memakai tubuh sebagai pelaksana. Ini berarti sembah kalbu ini tidak berdiri sendiri sebagai bentuk ibadah, tetapi selalu terkait dengan amalan lahiriah. Bisa saja sembah kalbu ini dilakukan bersamaan dengan sembah raga, atau pun dengan praktik ibadah yang lain.

Titik tekan pada sembah kalbu ini adalah hati (kalbu) atau pikiran (cipta). Oleh karena penggubah Wedatama ini menggunakan dua istilah untuk menyebut sembah ini, maka sebaiknya kita definisikan dahulu maknanya agar tidak rancu dengan sembah-sembah yang lain.

Yang pertama apakah ada kaitan antara cipta dan kalbu? Cipta adalah gagasan yang ada dalam angan-angan, sedangkan kalbu adalah sumber dari angan-angan itu. Kalbu berasal dari bahasa Arab qalb, yang artinya berbolak-balik. Maka ada doa yang berbunyi: tsabit qalbi ‘ala diinika, tetapkan hatiku dalam agamamu. Doa ini meminta agar hati kita, qalb kita tidak ragu-ragu lagi menjalankan perintah agama.

Penjelasan singkat di atas kiranya dapat menghilangkan kerancuan dari dua istilah yang dipakai, bahwa sembah cipta atau sembah kalbu (selanjutnya istilah ini yang akan dipakai), merupakan sembah yang menggunakan peranan hati sebagai subyek penyembahan. Hati yang menyembah Tuhan adalah hati yang senantiasa mengagungkan wujud Allah Ta’ala. Maknanya hati harus selalu tunduk terhadap perintah dan larangannya. Apakah hati bisa ingkar  terhadap perintah Allah, tentu saja bisa apabila masih berpikir tentang selainNya, walau hanya berupa angan-angan saja.

Yen (kalau) lumintu (terus-menerus) uga (juga) dadi (menjadi) laku (laku, amalan). Jika terus-menerus dilakukan juga menjadi laku.

Sembah kalbu ini apabila dilakukan secara terus-menerus, koontinyu, ajeg, akan menjadi laku. Yang disebut laku adalah amalan yang membuat pelakunya meningkatkan kemampuan diri, meninggikan derajat atau mendekatkan pada tujuan.

Namun laku dalam sembah kalbu tidaklah melibatkan anggota tubuh, melainkan lebih mengedepankan peranan kalbu, hati manusia. sembah kalbu dengan demikian adalah sembah yang wilayah cakupannya ada di dalam dada manusia, tak terlihat oleh orang lain. Walau hanya dirinya sendiri yang tahu sembah kalbu tetaplah memerlukan kehadiran seorang guru yang harus mengawasi polah batin kita agar tidak sesat dalam membaca rambu-rambu ciptaan Allah SWT.

Laku (laku, amalan) agung (besar, agung) kang (yang) kagungan (dipunyai) Narapati (raja). Laku besar yang dimiliki oleh raja.

Sembah kalbu ini bukan saja merupakan laku bagi orang kebanyakan, tetapi juga merupakan laku yang sering dijalani oleh para raja. Sebuah laku yang juga dilakukan oleh orang-orang pilihan. Laku yang akan mengantarkan orang lebih cepat kepada tujuannya, layaknya seorang pejalan yang berjalan di jalan raya.

Patitis (tepat) tetesing (menetesnya, menurunnya) kawruh (ilmu, pengetahuan). Tepat menetesnya pengetahuan.

Sembah kalbu adalah laku yang akan membuat pelakunya bertambah pengetahuan tentang ketuhanan. Lebih tepat (patitis) dalam menerima tetesan (tetesing) ngelmu rasa sejati. Mengenai ngelmu rasa ini akan dibahas lebih lanjut ketika sampai pada bab sembah rasa.

Meruhi (mengetahui) marang (kepada) kang (yang) momong (merawat).

Ilmu yang diperoleh karena laku sembah kalbu akan membuat sesorang awas dalam mengenali kebenaran sehingga dia tak salah dalam mengenali siapa yang merawat alam semesta ini.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/24/kajian-wedatama-58-patitis-tetesing-kawruh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...