Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (59): Tata Titi Ngati-ati

 Pada atau bait ke-59, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Sucining tanpa banyu,

Mung nyunyuda mring hardaning kalbu,

Pambukaning tata titi ngati-ati,

Atetep telaten atul,

Tuladan marang waspaos.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Bersihnya tanpa memakai air,

Hanya dengan mengurangi hasrat di hati,

Mulainya dengan sikap teratur, cermat dan berhati-hati,

Serta tetap tidak bosan dan menjadi watak,

Tauladan untuk yang waspada.


Kajian per kata:

Sucining (bersihnya) tanpa (tanpa memakai) banyu (air). Bersihnya tanpa memakai air.

Lazimnya manusia bersuci untuk menghilangkan najis dan hadats. Alat bersucinya adalah dengan air. Tata caranya adalah berwudlu atau mandi. Yang demikian itu untuk mensucikan badan. Namun untuk mensucikan kalbu pirantinya tidak memakai air, karena kalbu adalah organ halus non materi yang tidak terikat hukum-hukum material. Maka caranya adalah berikut ini.

Mung (hanya) nyunyuda (mengurangi) mring (terhadap) hardaning (hasrat) kalbu (hati). Hanya dengan mengurangi terhadap hasrat di hati.

Harda adalah hasrat, yakni keinginan yang sudah memuncak, sangat-sangat ingin, tak bisa ditunda lagi. Kata harda sering dipakai dalam ungkapan hardaning kanepson, nafsu yang sudah memuncak untuk segera terlampiaskan. Maka kata hardaning kalbu lebih tepat jika diterjemahkan dengan hasrat di hati, yang berarti keinginan hati yang sangat, kalau dalam bahasa Jawa padanan kata yang tepat adalah kemecer, sangat ingin. Nah yang demikian ini harus dikurangi karena kadang keinginan yang sangat hanya timbul dari nafsu semata-mata, bukan karena kebutuhan.

Misalnya seseorang sudah mempunyai sepeda motor yang cukup untuk alat transportasi, tetapi karena di jalan sering melihat sepeda motor yang bagus, dengan warna-warni atraktif, bisa melaju kenceng, tak nyerendhet mesinnya, kok jadi kepengin juga. Hal-hal seperti inilah yang harus dihindarkan bagi yang ingin berhasil dalam sembah kalbu.

Pambukaning (mulainya) tata (teratur) titi (cermat) ngati–ati (berhati-hati). Mulainya dengan sikap teratur, cermat dan berhati-hati.

Memulai laku sembah kalbu ini diawali dengan sikap yang teratur, cermat dan berhati-hati. Teratur (tata) melaksanakan sembah kalbu, yakni dengan mengurangi hasrat di hati secara terus-menerus. Hidup prasaja dengan mengambil apa yang diperlukan saja, membuang sikap berlebihan dalam kehidupan sehari-hari.

Cermat (titi) dalam mengenali hasrat di hati. Mampu memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Pun jikalau butuh tetap harus dijaga agar tidak berlebihan dalam berhajat, sekedar memenuhi kebutuhan saja.

Berhati-hati dalam melaksanakan itu semua. Jangan sampai hawa nafsu menyeruak dan tampil dalam baju kesalihan. Berpura-pura menjadi teman dengan sejuta argumen pembenaran. Dalam hal ini yang patut selalu dicurigai adalah diri sendiri karena datangnya godaan hanya dari dalam dada.

Atetep (tetap, kontinyu) telaten (tidak bosan) atul (menjadi kebiasaan, terbiasa). Serta tetap tidak bosan dan menjadi kebiasaan.

Berketetapan untuk melakukan hal-hal di atas dengan tidak bosan (telaten). Selalu diulang-ulang setiap waktu sehingga menjadi kebiasaan. Atul berarti sudah terbiasa, sudah mengenal sifat-caranya, sehingga tak sulit lagi untuk melaksanakannya.

Menurut ilmu akhlak suatu pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu akan membuat pelakunya semakin ringan dalam melakukannya. Semakin lama suatu pekerjaan dilakukan dan semakin sering maka akan mendarah daging menjadi kebiasaan yang justru sulit ditinggalkan. Jikalau sudah demikian maka akan menjadi watak seseorang tersebut.

Dengan demikian kita dapat merubah watak seseorang dengan membiasakan melakukan pekerjaan baik secara terus-menerus sampai menjadi kebiasaan sehari-hari. Inilah yang harus kita lakukan, membiasakan hal-hal baik di atas (tata, titi, ngati-ati) sehingga menjadi watak.

Tuladan (tauladan) marang (kepada yang) waspaos (waspada). Tauladan untuk yang waspada.

Yang demikian itu adalah tauladan kepada siapa saja yang waspada. Yang benar-benar mantap hendak melakukan sembah kalbu.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/24/kajian-wedatama-59-tata-titi-ngati-ati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...