Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian wedatama (37): Mundhi Dhiri Rapal Makna

Bait ke-37, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Yeku patut, tinulad tulad tinurut,

Sapituduhira,

Aja kaya jaman mangkin,

Keh pra mudha mundhi diri rapal makna.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Yang demikian pantas dicontoh-contoh dan diikuti,

Segala petunjuknya,

Jangan seperti jaman sekarang,

Banyak anak mudha mengagungkan diri dengan arti lafal.


Kajian per kata:

Yeku (yang demikian) patut (pantas), tinulad (dicontoh) tulad (contoh) tinurut (diikuti). Yang demimkian pantas dicontoh-contoh dan diikuti.

Yang dimaksud dalam gatra ini adalah sifat-sifat mulia yang telah diuraikan dalam bait sebelumnya tentang orang yang sudah mencapai maqon penyampai cinta kasih Ilahi, bertindak sebagai tanganNya dalam merawat alam semesta.

Yang demikian itu patut dicontoh-contoh dalam perbuatannya dan pantas dituruti jalan yang telah ditempuhnya. Yakni jalan orang-orang yang sudah sampai pada pengamalan kebaikan yang sejati, yang sudah ikhlas dalam berbuat, tidak sekedar unjuk diri, tidak sekedar pamer kebaikan.

Sapituduhira, Segala petunjuknya.

Orang-orang yang telah mencapai derajat ini pantas didengar segala pentunjuknya, pantas diikuti segala contoh tauladannya.

Aja (jangan) kaya (seperti) jaman (jaman) mangkin (sekarang). Jangan seperti jaman sekarang.

Gatra ini membandingkan dengan keadaan jaman sekarang (pada waktu serat ini digubah), yang banyak orang berwatak dangkal, tidak tulus dalam beramal sholeh, ada maksud tersembunyi yang berkaitan dengan kemasyhuran, kekayaan, nama besar dan kepentingan diri lainnya. Tentu yang dimaksud tidak semua orang begitu, tetapi kebanyakan yang terjadi adalah demiukian.

Keh (banyak) pra (para) mudha (anak mudha) mundhi (mengagungkan) dhiri (diri) rapal (lafal) makna (arti). Banyak anak mudha mengagungkan diri dengan arti lafal.

Pada jaman sekarang banyak anak muda yang menyombongkan diri, bersikap ujub, membanggakan amalah-amalannya dan membanggakan makna lafal (rapal makna). Rapal makna di sini sesuai konteks kalimat pada bait sesudahnya nanti yang akan kami uraikan pada postingan mendatang adalah teks-teks keagamaan, baik yang diambil dari Al Quran, hadits maupun kitab-kitab lainnya.

Kata rapal menunjuk pada teks-teks keagamaan, sedangkan kata makna menunjuk pada tafsir atau terjemah, sebab pada waktu itu bahasa Arab belum banyak dipahami oleh orang Indonesia, sehigga teks-teks yang dia pakai untuk pamer ilmu, menyombongkan diri adalah teks-teks terjemahan saja.

Bait ini sebenarnya mempunyai satu pengertian dengan bait sesudahnya, tetapi karena kita konsisten mengkaji per bait, maka harus kita akhiri sampai di sini. Pada kajian selanjutnya makna bait ini akan kami rujuk lagi sebagai kesatuan pengertian.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/18/kajian-wedatama-37-mundhi-diri-rapal-makna/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...