Translate

Kamis, 22 Agustus 2024

Babad Tanah Jawi (186): Komisaris Semarang datang ke Kartasura untuk membuat perjanjian baru dengan Sang Raja

Alkisah, di Semarang. Tuan Komisaris Prisel telah membaca surat dari Sang Raja. Isinya Sang Raja menyatakan bersedia membuat kesepakatan baru. Namun meminta Tuan Komisaris yang datang ke Kartasura. Komisaris segera membuat surat balasan.

Tujuh hari kemudian surat balasan dari Tuan Komisaris sudah diterima oleh Sang Raja. Tuan Komisaris tetap meminta Sang Raja yang datang ke Semarang. Lagi-lagi Sang Raja merasa kerepotan.

Kapten Hohendorff berkata, “Sekarang semua Kumpeni di seluruh negeri Jawa berada di bawah kuasa Tuan Komisaris. Bila tidak dituruti permintaan Komisaris bisa mengganggu hubungan kedua pihak yang baru saja pulih. Namun bila dituruti paduka akan kesulitan mengadakan perjalanan ke Semarang. Sebaiknya paduka menulis surat kepada Gubernur Jenderal. Paduka membuat surat balasan kepada Tuan Komisaris yang isinya sama dengan yang sudah-sudah. Lalu paduka juga membuat surat kepada Gubernur Jenderal dengan alasan serupa. Kelak biar Gubernur Jenderal yang memerintahkan Tuan Komisaris ke Kartasura.”

Sang Raja menyetujui saran Hohendorff. Segera Surawiguna disuruh untuk membuat dua surat tersebut. Setelah surat selesai dibuat segera dikirim melalui Semarang. Suat untuk Tuan Komisaris sudah diterima. Adapun Surat untuk Gubernur Jenderal langsung diteruskan ke Betawi. Satu bulan kemudian datang perintah dari Gubernur Jenderal. Isinya menyatakan kalau Gubernur Jenderal sudah memerintahkan Komisaris untuk datang ke Kartasura membuat kesepakatan baru dengan Sang Raja.

Di saat yang sama Tuan Komisaris juga sudah mengirim surat balasan untuk Sang Raja. Isinya pemberitahuan bahwa Tuan Komisaris akan datang ke Kartasura.

“Kedatangan saya atas perintah Gubernur Jenderal dan para Dewan Hindia di Betawi. Semua sudah sepakat saya yang harus datang ke Kartasura untuk membuat kesepakatan baru. Semua ini untuk kemuliaan negeri Jawa,” demikian tulis Tuan Komisaris.

Surat Tuan Komisaris segera dibalas. Isinya Sang Raja sangat berterima kasih atas kepercayaan Tuan Komisaris. Setengah bulan berlalu Tuan Komisaris kembali mengirim surat kepada Sang Raja. Isinya, Tuan Komisaris akan berangkat ke Kartasura di bulan Sya’ban. Sang Raja kemudian memerintahkan kepada Kapten agar memberitahu kepada Pringgalaya untuk menyediakan tukang pikul dan segala keperluan untuk menjemput Tuan Komisaris ke Semarang.

Kapten Hohendorff segera menyampaikan perintah Sang Raja kepada Pringgalaya. Raden Pringgalaya segera melaksanakan perintah. Para wadana diminta untuk menyediakan tukang pikul. Setelah semua siap rombongan penjemput pun berangkat.

Sementara itu di Semarang, Tuan Komisaris memerintahkan para bupati pesisir yang akan dibawa serta ke Kartasura untuk bersiap. Juga kepada para punggawa Kartasura yang masih berada di Semarang, diberitahukan kepada mereka bahwa mereka akan dibawa ke Kartasura. Mereka adalah Ki Tirtawiguna dan Raden Wiryadiningrat. Adapun Ki Suradipa telah meninggal dunia di Semarang. Para kerabat Sang Raja juga akan dibawa serta, yakni Pangeran Mangkubumi, Pangeran Rangga, Pangeran Silarong dan Pangeran Prangwadana.

Tidak berapa lama rombongan penjemput dari Kartasura sudah sampai di Semarang. Tuan Komisaris dan para punggawa pengiringnya segera berangkat. Keberangkatan Tuan Komisaris dilepas dengan tembakan meriam berkali-kali.

Di Kartasura, segala persiapan untuk menyambut kedatangan Tuan Komisaris sudah selesai. Tuan Komisaris sudah sampai di Boyolali. Utusan telah dikirim untuk memberi tahu besok pagi Tuan Komisaris akan masuk ke kota Kartasura. Kapten Hohendorff segera melapor kepada Sang Raja.

Sang Raja berkata, “Baiklah Komandan. Besok pagi aku akan menyambut kedatangan Tuan Komisaris di Banyudana. Perintahkan kepada para punggawa untuk menyiapkan segala sesuatunya. Para mantri besok bersiaplah di Pagelaran.”

Kapten Hohendorff segera mengumumkan keberangkatan Sang Raja untuk menyambut kedatangan Tuan komisaris di Banyudana. Pagi hari berikutnya, Sang Raja sudah bersiap berangkat. Para punggawa dan mantri sudah hadir di Pagelaran. Setelah Sang Raja keluar dari puri, rombongan segera berangkat.

Tidak lama kemudian rombongan Sang Raja sudah sampai di Banyudana. Namun rombongan Tuan Komisaris belum tampak sama sekali. Kapten Hoendorff menyarankan agar Sang Raja menuju kebun raja. Tempat itu lebih baik dipakai untuk menjemput Tuan Komisaris. Sang Raja menerima saran Kapten Hohendorff. Rombongan lalu bergerak ke kebun raja. Namun lagi-lagi rombongan Tuan Komisaris belum tampak sama sekali. Kembali Hohendorff menyarankan agar Sang Raja meneruskan perjalanannya. Rombongan kemudian menuju Majasanga. Di Majasanga barulah rombongan Tuan Kumendur kelihatan. Ketika kedua rombongan sudah saling dekat, Tuan Komisaris turun dari kuda dan berlari ke arah Sang Raja. Setelah menyampaikan salam dan bersalaman keduanya duduk sebentar.

Tuan Komisaris berkata, “Saya beritahukan kepada paduka, adik paduka Pangeran Arya Mangkubumi, Pangeran Rangga, Pangeran Silarong dan Pangeran Prangwadana sudah bersama dengan saya. Juga para bupati dan punggawa dari Semarang. Sekarang saya serahkan kepada paduka.”

Sang Raja menyatakan banyak terima kasih. Keempat adik Sang Raja kemudian maju dan melakukan sungkem. Kedua rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kartasura. Ketika rombongan sampai di Banyudana mereka berhenti untuk santap siang. Tuan Komisaris duduk berdampingan dengan Sang Raja untuk menikmati jamuan makan dan minuman. Beberapa saat kemudian rombongan melajutkan perjalanan. Sesampai di Kartasura kedua pembesar langsung masuk ke istana. Komisaris ditemui Kangjeng Ratu. Setelah beramah tamah secukupnya kembali jamuan dikeluarkan. Tuan Komisaris kemudian mohon diri dan menuju pemondokan. Di pondokan Tuan Komisari kemudian mendapat kiriman jamuan lagi dari istana. Sangat hangat sambutan Sang Raja sehingga jamuan terus keluar seperti aliran air. Tuan Komisaris dan para punggawa Kartasura dari Semarang kemudian makan besar.  Setelah menemani Tuan Komisaris bersantap, Ki Tirtawiguna dan Ki Wiryadiningrat minta pamit kembali ke rumahnya masing-masing. Pada saat itu Arya Pringgalaya sedang menderita sakit sehingga tidak ikut menyambut tamu.

Karena istana sedang punya hajat melakukan perundingan, Hohendorff menyarankan agar Sang Raja mengangkat patih. Untuk jabatan patih itu Hohendorff mengusulkan dua orang. Arya Pringgalaya sebagai patih kanan atau patih luar dan Tirtawiguna sebagai patih kiri atau patih dalam. Adapun jabatan lama Arya Pringgalaya digantikan oleh Raden Wiryadiningrat. Adapun jabatan Tirtawiguna selanjutnya digantikan oleh Ki Reksapraja.

Sang Raja berkata pelan, “Baiklah, besok hari Senin saudara Komisaris persilakan masuk ke puri untuk menyaksikan pengangkatan patih.”

Kapten Hohendorff berkata, “Kalau paduka berkenan, lebih baik paduka menunjuk seseorang untuk mendampingi Tuan Komisaris selama di Kartasura. Karena selama ini sayalah yang melakukan.”

Sang Raja kemudian menyuruh Ki Tohjaya untuk menemui Tuan Komisaris. Tohjaya kemudian menuju pondokan Tuan Komisaris dan menyampaikan undangan Sang Raja. Hari Senin Tuan Komisaris dimohon hadir untuk menyaksikan pengangkatan patih Pringgalaya dan Tirtawiguna. Dan sekaligus mengangkat Raden Wiryadiningrat sebagai wadana mantri Ageng dan Reksapraja sebagai wadana mantri Panumping.

Tuan Komisaris berkata, “Terima kasih atas kepercayaan Sang Raja. Sampaikan salamku untuk Sang Raja.”

Tohjaya segera mohon diri dari pondok Tuan Komisaris. Pada hari Senin Komisaris sudah hadir di istana. Sang Raja menyambut dan mempersilakan duduk.

Sang Raja berkata, “Saudara Komisaris, aku akan mengangkat patih luar dan patih dalam. Si Pringgalaya akan menjadi patih kanan dan Tirtawiguna akan menjadi patih kiri. Adapun kawedanan Ageng si Pringgalaya selanjutnya akan dipegang oleh Wiryadiningrat. Dan kawedanan Panumping si Tirtawiguna akan dipegang Reksapraja. Juga Surawiguna akan menjadi wedana gedong kiwa.”

Tuan Komisaris lalu menyampaikan usulan agar Sang Raja mempunyai seseorang yang membawahi pasukan. Jangan sampai Sang Raja sendiri yang memerintah secara langsung karena terlihat kurang patut bagi seorang raja. Setelah selesai berbincang Sang Raja dan Tuan Komisaris pun bersiap ke bangsal Pagelaran. Acara wisuda kedua patih akan segera dimulai.

Sang Raja bertahta di bangsal Pangrawit. Para punggawa lengkap hadir. Tuan Komisari duduk di samping Sang Raja. Para mantri berjajar dengan takzim. Tampak muka-muka mereka menunduk menunggu sabda Sang Raja.

Berkata Sang Raja, “Wahai segenap kawula Kartasura, patuhilah perintahku. Mulai saat ini si Pringgalaya dan si Tirtawiguna aku wisuda sebagai patih. Pringgalaya aku angkat sebagai patih kanan dan Tirtawiguna aku angkat sebagai patih kiri. Selanjutnya Pringgalaya pakailah nama Adipati Pringgalaya dan Tirtawiguna pakailah nama Adipati Sindureja. Adapun kawedanan mantri Ageng sekarang dijabat oleh si Wiryadiningrat. Adapun kawedanan Panumping dijabat si Reksapraja dan namanya aku ganti Tumenggung Kartanagara. Si Surawiguna sekarang menjabat sebagai wadana gedong kiri dan memakai nama Tumenggung Tirtawiguna.”

Semua punggawa menjadi saksi dan siap mematuhi keputusan Sang Raja. Setelah acara wisuda selesai Sang Raja masuk ke dalam puri. Tuan Komisaris pun mohon pamit kembali ke pondokan. Selanjutnya Adipati Sindureja bersiap pindah ke kediaman Danurejan. Adapun Adipati Pringgalaya kemudian menempati Kartanagaran yang letaknya di Kalitan. Saat itu Pangeran Mangkubumi meminta tinggal di perumahan Kajayasudirgan. Oleh Sang Raja sudah diizinkan.

Setelah serangkaian acara di Kartasura, Tuan Komisari Prisel berencana menemui Sang Raja untuk bicara kesepakatan baru. Komisaris Prisel sudah mengajukan waktu untuk bertemu. Sang Raja pun sudah mempersiapkan segala keperluan. Setelah semua siap Komisaris Prisel dipanggil menghadap. Tempat pertemuan adalah di kebun agung.

Pada waktu yang telah ditentukan Komisaris dan Sang Raja telah hadir. Jamuan segera dikeluarkan. Kedua patih sudah bersiap di dekat Sang Raja. Para kerabat pun turut hadir. Pangeran Ngabei dan Pangeran Buminata berada di depan, duduk bersama para opsir. Adapun kedua patih duduk takzim di lantai.

Komisaris Prisel berkata, “Kedatangan saya hendak membuat perjanjian baru setelah berlalunya perang yang dikomandani pasukan Kumpeni. Juga setelah Kumpeni memberi maaf kepada Sang Raja atas perkenan Gubernur Jenderal dan telah disetujui Dewan Hindia. Adapun semua kesalahan Sang Raja dahulu telah dihapuskan. Juga kesalahan Kumpeni terhadap orang Jawa, semua sudah dihapus. Kumpeni tidak akan mengubah pernjanjian terdahulu antara Sunan Pakubuwana di Semarang yang diteruskan kepada para putra. Kumpeni tidak akan mengubah kedudukan Sang Raja beserta keturunannya.”

Pihak Kumpeni lalu meminta perjanjian baru yang dibuat antara Komisaris Prisel dan Sang Raja. Bahwa Kumpeni meminta pengelolaan tanah pesisir. Sang Raja telah mengabulkan permintaan Kumpeni tersebut. Setelah Komisaris dan Sang Raja sepakat maka Komisaris pun mohon diri. Komisaris lalu keluar dari istana dan kembali ke pondokannya.

Komisaris kemudian menyusun surat perjanjian dan mengajukan secara tertulis kepada Sang Raja. Setelah surat perjanjian disepakati Komisaris lalu berpamitan kembali ke Semarang. Sang Raja kemudian menyertakan tukang pikul untuk membawa semua barang keperluan Tuan Komisaris selama dalam perjalanan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/02/03/babad-tanah-jawi-186-komasaris-semarang-datang-ke-kartasura-untuk-membuat-perjanjian-baru-dengan-sang-raja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...