Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian wedatama (38): Kesusu Kaselak Besus

Bait ke-38, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Durung pecus kesusu kaselak besus,

Amaknani rapal,

Kaya sayid weton Mesir,

Pendhak pendhak angendhak gunaning janma.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Belum pandai tergesa-gesa ingin berlagak,

Menerangkan lafal,

Seperti sayyid dari Mesir,

Seringkali meremehkan kepandaian orang lain.


Kajian per kata:

Durung (belum) pecus (bisa, pandai) kesusu (tergesa-gesa) kaselak (terburu-buru) besus (tampilan mengesankan, berlagak). Belum pandai tergesa-gesa ingin berlagak

Belum pandai benar, belum menguasai ilmu secara tuntas, sudah terburu-buru, tak sabar ingin tampil pintar, berlagak di depan orang banyak. Inilah ciri-ciri pelajar yang baru mengenal ilmu, selalu bangga dan seolah hanya dirinya yang tahu. Kadang perilakunya tak terkontrol, menyalahkan sana-sini, seolah-olah hanya dirinya yang paling mengerti. Hal ini sering ditemui pada para pelajar baru dalam bidang apa saja.

Amaknani (menerangkan) rapal (lafal, teks). Menerangkan lafal. Kaya (seperti) sayid (sayyid, keturunan nabi, ahli agama) weton (lulusan) Mesir (Negeri Mesir).

Rapal dalam gatra di atas sesuai konteks dalam kalimat, seperti sudah kami singgung pada postingan terdahulu, merujuk pada teks-teks keagamaan atau dalil-dalil naqli, baik dari Al Quran, hadits maupun kitab lainnya. Hal ini dikuatkan dengan frasa kaya sayyid weton mesir. Sayyid adalah keturunan nabi yang membawa ajaran Islam ke Indonesia, jadi pastilah pintar dalam ilmu agama. Sedangkan Mesir sudah lama dikenal sebagai gudangnya orang pintar (ulama). Ada universitas tertua di dunia berdiri di sana, yakni Universitas Al Azhar yang sudah berdiri sejak tahun 900an Masehi.

Jadi arti gatra di atas sesuai konteks dalam kalimat, adalah: menerangkan dalil-dalil keagamaan seolah-olah, bergaya seperti, orang pintar (ulama) dari Mesir.

Pendhak-pendhak (seringkali) angendhak (meremehkan) gunaning (ilmunya) janma (orang lain, sesama manusia). Seringkali meremehkan kepandaian orang lain.

Seringkali, si anak muda yang baru belajar tadi, meremehkan ilmunya orang lain. Orang lain dianggap bodoh tidak mengerti ajaran agama seperti dirinya.

Dari kajian terhadap bait 37 dan 38, diperoleh makna keseluruhan sebagai berikut.:

Janganlah seperti orang jaman sekarang. Para anak muda yang menyombongkan diri dengan dalil-dalil. Padahal mereka sebenarnya belum ahli di bidang itu, tetapi tidak sabar untuk berlagak pintar dalam menerangkan dalil-dalil. Seolah-olah mereka ulama lulusan Mesir yang sudah terkenal kedalamn ilmunya. Seringkali mereka meremehkan ilmu orang lain.

Sekali lagi ini adalah fenomena pengamalan keagamaan pada jaman serat Wedatama digubah. Apakah kondisi seperti itu masih ditemui di jaman sekarang? Semoga saja tidak. Walau begitu kita tetap harus waspada agar hal yang sama tidak terjadi lagi.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/18/kajian-wedatama-38-kesusu-kaselak-besus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...