Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (9): Kekerane Ngelmu Karang

Kajian Serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV, kali ini sampai pada bait ke-9, masih termasuk dalam Bab Pangkur. Bait ini menerangkan keadaan orang yang mengaku menguasai ilmu gaib, padahal sebenarnya hanya hasil karangannya sendiri saja.  Praktik seperti ini banyak kita jumpai pada dunia perdukunan. Banyak orang mengaku mendapat bisikan gaib sehingga dapat menolong orang, padahal ilmu yang berdasarkan hal-hal tersebut bukanlah intisari dari ilmu yang sejati. Ibarat pengetahuan hanya pada kulit terluar saja, belum masuk ke hakekat.

Selengkapnya bait ke-9 adalah sebagai berikut:

Kekerane ngelmu karang,

Kekarangan saking bangsaning gaib,

Iku boreh paminipun,

Tan rumasuk ing jasad,

Amung aneng sanjabaning daging kulup,

Yen kapengkok pancabaya,

Upayane  mbalenjani.


Terjemahan secara tekstual ke dalam bahasa Indonesia:

Di dalam ilmu rekaan,

Rekaan dari hal-hal gaib,

Itu ibarat bedak,

Tidak meresap ke dalam jiwa,

Hanya ada di luar daging saja nak,

Apabila terbentur mara bahaya,

Tak dapat diandalkan (Yang disanggupi diingkari).


Marilah kita tinjau secara kata per kata agar mendapati petuah-petuan yang dimaksud.

Gatra 1,2: Kekerane ngelmu karang,Kekarangan saking bangsaning gaib

Kekerane (dalam penguasaan) ngelmu (ilmu) karang (rekaan), Kekarangan (rekaan) saking (dari) bangsaning (sejenis hal) gaib (ghaib).

Maksud gatra ini adalah ilmu perdukunan yang berlandaskan bisikan ghaib (wisik). Orang tersebut sebenarnya hanya mereka-reka apa berdasarkan wangsit (isyarat ghaib) yang merasa dia terima. Padahal belum tentu itu benar-benar ilham dari Yang Maha Kuasa, alih-alih hanya merupakan angan-angannya sendiri saja. Ilmu yang demikian itu sangat berbahaya bila kita percayai.

Gatra 3,4: Iku boreh paminipun, tan rumasuk ing jasad. Amung aneng sanjabaning daging, kulup!

Iku (itu) boreh (bedak) paminipun (seumpama), tan (tidak) rumasuk (meresap) ing (di dalam) jasad (tubuh). Amung (hanya) aneng (berada di) sanjabaning (luar) daging(daging),kulup (nak).

Ilmu rekaan tadi hanyalah tampak seperti ilmu di permukaan, laksana orang memakai bedak. Tidak meresap dalam hati, seumpama bedak yang hanya di permukaan kulit, tidak masuk ke dalam tubuh. Hanya berada di luar daging saja. Jadi hanya tampak seperti ilmu saja, alias ilmu palsu. Maka waspadalah wahai anak muda!

Gatra 6,7: Yen kapengkok pancabaya, upayane  mbalenjani

Yen (kalau) kapengkok (bertemu) pancabaya (marabahaya), upayane  (usahanya) mbalenjani mengingkari).

Maksud dari gatra ini adalah jika betul-betul bertemu dengan marabahaya ilmu yang digembar-gemborkan tadi tak dapat diandalkan. Semua upaya yang disyaratkan akan sia-sia, tanpa hasil.


Kesimpulan:

Sejak jaman dahulu orang mengaku-aku pinter itu sudah menjadi jamak lumrah (kebiasaan). Pada jaman sekarang pun juga masih banyak ditemukan, terutama pada dunia perdukunan. Banyak orang percaya karena mereka mengaku sebagai orang pintar yang mendapat bisikan langit. Wangsit atau isyarat dari langit adalah klaim mereka ketika meramalkan langkah apa yang disarankan kepada klien. Selain itu ada wisik atau bisikan halus yang greed-nya lebih jelas.

Saya tidak maido (membantah) bahwa ada beberapa orang memang mempunyai kemampuan seperti itu. Namun ada banyak orang yang hanya mengaku-aku saja. Celakanya golongan terakhir ini lebih agresif mencari mangsa. Orang-orang yang sedang galau seringkali menjadi korban.

Bait tembang Pangkur di atas memberi petuah agar kita waspada, bahwa pemilik ilmu sejati tidak akan berperilaku demikian. Orang yang bener-bener pintar akan membenamkan ilmunya sehingga tak seorang pun tahu. Sedangkan yang banyak bicara biasanya adalah orang yang hanya mengaku-aku.



https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/06/kajian-wedatama-9-orang-pintar-palsu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...