Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (21): Meneladani Sesuai Jaman

Bait ke-21, Bab Sinom, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Ambawani tanah Jawa,

Kang padha jumeneng aji,

Satriya dibya sumbaga,

Tan lyan trahing Senopati,

Pan iku pantes ugi,

Tinelad labetanipun,

Ing sakuwasanira,

Enake lan jaman mangkin,

Sayektine tan bisa ngepleki kuna.


Terjemahan Bahasa Indonesia:

Menguasai tanah Jawa,

Yang menjadi raja,

Satria sakti terkenal,

Tidak lain keturunan Senopati,

Hal ini pantas juga,

Untuk diteladani,

Sesuai kemampuan,

Disesuaikan dengan jaman sekarang,

Sebenarnya tak bisa persis sama dengan jaman dulu.


Kajian per kata:

Bait ini bercerita tentang anak keturunan Senopati yang menjadi penguasa di tanah Jawa sepeninggalnya. Seperti kitaketahui bahwa setelah Senopati wafat kerajaan Mataram di tangan para anak-cucunya mengalami dinamika yang cukup pelik. Kemudian di masa ditulisnya kitab ini telah terpecah menjadi 4 bagian kerajaan, yakni Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran dan Pakualaman.

Ambawani (menguasai) tanah Jawa. Menguasai tanah Jawa. Kang (yang) padha (pada, pada berkuasa) jumeneng (berdiri sebagai) aji (raja). Yang pada berdiri sebagai raja.

Satriya (ksatria) dibya (sakti, perwira) sumbaga (termasyhur, terkenal). Ksatria yang sakti, panglima perang yang tangguh dan cerdik, yang terkenal di negeri ini.

Tan (tidak) lyan (lain) trahing (keturunan dari) Senopati (Panembahan Senopati). Tak lain adalah keturunan Panembahan Senopati.

Para penguasa tanah Jawa, yang memegang jabatan raja-raja di 4 kerajaan itu. Para ksatria-ksatria, panglima perang yang tangguh, seperti Dipanegara, Panembahan Rama, dan ksatria terkenal lainnya banyak dari keturunan Panembahan Senopati. Setelah sekian abad berkuasa di Tanah Jawa keturunan Panembahan Senopati amatlah banyak. Dari sekian banyaknya itu lahirlah orang-orang besar yang berprestasi, yang berkemampuan lebih dari orang kebanyakan.

Pan (hal) iku (itu) pantes (pantas) ugi (juga), tinelad (diteladani) labetanipun (jasa-jasanya). Hal itu juga pantas untuk diteladani jasa-jasanya untuk kehidupan masyarakat.

Ing sakuwasanira. Sesuai kemampuan dalam mencontoh para orang besar itu.

Para raja-raja dan ksatria-ksatria itu juga telah melakukan banyak hal untuk kehidupan masyarakat. Banyak jasa-jasa mereka untuk kemanusiaan, meski tentu ada juga kelemahannya. Mereka-mereka itu pantas dijadikan teladan, rujukan moral atau pun pedoman perilaku dalam berbangsa dan bermasyarakat.

Enake (enaknya, dibuat enak) lan (sesuai) jaman (jaman) mangkin (sekarang). Disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang.

Sayektine (sebenarnya) tan (tidak) bisa (bisa) ngepleki (persis menyerupai) kuna (jaman dulu). Sebenarnya tidak bisa persis menyerupai jaman dulu.

Di dalam mencontoh teladan orang-orang dulu sebenarnya tidak dapat persis serupa. Tetapi disesuaikan tantangan jaman dan permasalahan yang dihadapi. Jika dahulu semangat Panembahan Senopati dalam mencegah hawa nafsu sampai bersusah payah, maka hendaklah generasi sekarang mempunyai tekad yang sama terhadap godaan korupsi misalnya.

Jika dahulu Dipanegara gigih menentang pengaruh Belanda yang berusaha memperboneka kerajaan Yogyakarta, maka hendaklah sekarang para perwira-perwira kusumaning negeri juga punya semangat yang sama dalam menentang hegemoni asing dalam kehidupan masyarakat, baik lewat politik, keagamaan atau ekonomi.

Yang jelas bentuk-bentuk sumbangsih terhadap kemanusiaan takkan pernah serupa, tetapi sikap kita, semangat kita, kegigihan usaha kita hendaklah sama dengan para pendahulu kita yang telah meninggalkan keteladanan yang menakjubkan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/11/kajian-wedatama-21-meneladani-sesuai-jaman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...