Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (10): Puruhita Kang Patut

Kajian Serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV, kali ini sampai pada bait ke-10, masih termasuk dalam Bab Pangkur. Bait ini menerangkan pentingnya menjaga hati agar selalu penuh kebaikan. Antara lain dengan cara berguru sesuai kemampuan diri. Menepati aturan yang berlaku dalam masyarakat. Dan senantiasa mengikuti rukun-rukun beribadah kepada Sang Pencipta.

Selengkapnya bait ke-10 adalah sebagai berikut:

Marma ing sabisa-bisa,

Bebasane muriha ing tyas basuki,

Puruhita kang patut,

Lan traping angganira,

Ana uga angger ugering kaprabun,

Abon-aboning panembah,

Kang kambah ing siyang ratri.


Terjemahan secara tekstual ke dalam bahasa Indonesia:

Oleh karena itu sebisa-bisanya,

Berusahalah menjaga hati,

Berguru secara pantas,

Dan sepadan dengan kemampuan diri,

Ada juga aturan dan pedoman bernegara,

Perlengkapan beribadah,

Yang diamalkan siang dan malam.


Marilah kita kupas secara rinci per kata agar diperoleh makna dari bait ini.

Gatra 1,2: Marma ing sabisa-bisa, bebasane muriha ing tyas basuki

Marma (oleh karena) ing sabisa-bisa (sebisa-bisanya, maksudnya usahakan secara maksimal), Bebasane (seumpama) muriha (agar supaya) ing (dalam) tyas (hati) basuki (selamat).

Maksud dari gatra ini adalah sebisa-bisanya, artinya dengan usaha maksimal untuk menjaga hati agar selalu penuh keselamatan. Yang dimaksud agar hati tak dijangkiti penyakit hati berupa sombong, dengki, meremehkan orang, ugungan (gila pujian), malas (hanya mengandalkan orang tua), seperti yang digambarkan pada bait-bait sebelumnya.

Gatra 3,4:  Puruhita kang patut, lan traping angganira

Puruhita (berguru) kang (yang) patut (pantas), Lan (dan) traping (sesuai) angganira (keadaanmu).

Agar hati kita terjaga dari penyakit maka kita harus berguru menuntut ilmu rasa. Maka penting di sini untuk mencari guru yang pantas digurui agar kita dapat belajar darinya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Gatra 5,6: Ana uga angger ugering kaprabun, abon-aboning panembah, kang kambah ing siyang ratri.

Ana (ada) uga (juga) angger (aturan) ugering (pedoman) kaprabun (kerajaan) , abon–aboning (perlengkapan) panembah (beribadah), kang (yang) kambah (disentuh, saya lebih suka mengartikan diamalkan) ing (di) siyang (siang) ratri (malam).

Selain harus belajar juga harus mengikuti aturan dan pedoman bernegara, bermasyarakat, hal ini berkaitan dengan sikap kita yang harus bergaul dengan baik dengan orang lain, hablumminannaas. Yang tak kalah penting adalah mengamalkan tatacara atau rukun (perlengkapan) beribadah kepada Sang Pencipta, yang harus dilakukan siang malam, hablumminallah.

Tanpa kedua hal di atas niscaya sulit dicapai keadaan hati yang bebas dari penyakit. Keadaan harmonis horinzontal dengan sesama manusia dan lingkungan, dan harmonis secara vertikal dengan Sang Pencipta adalah prasarat tercapainya hati yang selamat, tyas basuki, tadi.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/07/kajian-wedatama-10-puruhita-kang-patut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...