Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (77): Nuksmeng Pasang Semu

 Bait ke-77, Pupuh Gambuh Lanjutan, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Endi manis endi madu,

yen wis bisa nuksmeng pasang semu.

Pasamoaning hebeng kang Maha Suci.

kasikep ing tyas kacakup.

Kasat mata lahir batos.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Manakah manis manakah madu,

(akan jelas) bila sudah bisa menghayati gambaran wajah (Allah).

Dalam perjamuan keagungan Yang Maha Suci,

dirangkul dalam hati dan dikuasai.

Akan terlihat dengan mata lahir dan batin. 


 Kajian per kata:

Endi (manakah) manis (manis) endi (manakah) madu (madu), Yen (kalau) wis (sudah) bisa (bisa) nuksmeng (menghayati) pasang semu (gambaran wajah). Manakah manis manakah madu (akan jelas) bila sudah bisa menghayati gambaran wajah (Allah).

Dalam bait yang lalu tentang Momor Pamoring Sawujud, telah diuraikan bahwa Wujud Allah sumrambah ing alam sakalir, meliputi seluruh alam seisinya. Tetapi kita tak mampu mengenali wajah Allah tanpa ilmu yang cukup, hanya para ulul-albaab saja yang mampu mengenali tanda-tandaNya. Yang demikian karena mata hati kita masih tertutup hijabullah, sehingga yang terlihat adalah kegelapan, mirip orang yang berada di kamar gelap. Apabila hijab telah terbuka baru menjadi jelaslah Wujud Allah.

Orang yang telah mencapai pemahaman itu akan mampu membedakan, manakah manis manakah madu, karena sudah bisa menghayati gambaran Wajah Allah.

Pasamuaning (dalam perjamuan) hebeng (keagungan) kang (yang) Maha Suci (Maha Suci),  kasikep (dirangkul) ing (dalam) tyas (hati) kacakup (dan dikuasai). Dalam perjamuan keagungan Yang Maha Suci, dirangkul dalam hati dan dikuasai.

Sesungguhnya alam raya seisinya ini dihamparkan sebagai karpet hijau tempat manusia berkarya. Semua ditundukkan bagi manusia agar dikelola, ini adalah perjamuan Tuhan bagi makhlukNya yang menyatakan diri sanggup memikul amanah ini. Orang yang telah mampu membedakan mana manis dan madunya, pasti sanggup mereguk keagungan (hebeng) Yang Maha suci. Hebeng dari kata heba ing, heba artinya raras, ramya, listya, yang artinya menyenangkan. Saya lebih suka menerjemahkan sebagai agung karena di sana ada paduan antara senang, takjub dan ngungun, terpesona sampai melongo.

Apa yang sudah disaksikan tadi kemudia dirangkul dalam hati (kasikep ing tyas) dan kacakup, dicakup, dikuasai, menjadi sarana peningkat wujud, atau penerang cahaya dalam batinnya. Sehingga pandangannya menjadi amat tajam.

Kasat (terlihat) mata (dengan mata) lahir (lahir) batos (dan batin). Akan terlihat dengan mata lahir dan batin.

Maka akan terlihatlah segala sesuatu melalui mata lahir dan mata batin. Yang lahir melihat fenomena, yang batin melihat tanda-tanda. Yang lahir melihat isyarat, yang batin melihat sasmita. Yang lahir melihat gejala, yang batin melihat kenyataan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/23/kajian-wedatama-77-nuksmeng-pasang-semu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...