Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (64): Pepuntoning Laku

 Bait atau pada ke-64, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Sayekti luwih perlu,

Ingaranan pepuntoning laku,

Kalakuwan tumrap kang bangsaning batin,

Sucine lan awas emut,

Mring alaming lama maot..


 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Sebenarnya lebih penting,

Disebut penghabisannya tindakan,

Tindakan yang bersangkutan dengan batin,

Pembersihnya dengan awas dan ingat,

Kepada alam lama yang memuat, (alam prakreasi).


 Kajian per kata:

Sayekti (sebenarnya) luwih (lebih) perlu (penting). Sebenarnya lebih penting. Ingaranan (disebut) pepuntoning (penghabisannya) laku (tindakan). Disebut penghabisannya tindakan.

Sebenarnya sembah jiwa ini adalah akhir dari perjalanan (laku). Mengapa disebut demikian? Karena dari fakultas manusia yang dipakai untuk melakukan sembah sejak mulai dari raga, cipta (kalbu) sampai jiwa, kesemuanya itu mempunyai sifat yang tidak sempurna. Raga jelas tidak sempurna karena bisa luka, menderita sakit dan mati. Cipta (kalbu) juga tidak sempurna karena seringkali berpikir liar, tidak fokus, berbolak-balik (qalb), sering tidak fokus dalam tujuannya. Jiwa juga tidak sempurna karena kemantapannya sangat tergantung pengendalian diri dari nafsu-nafsu. Jiwa mudah diseret hawa nafsu menuju ke tempat hina. Karena harus selalu diawasi dengan waspada dan berhati-hati.

Terhadap segala ketaksempurnaan itulah segala latihan dan tirakat ditujukan. Agar semua fakultas tersebut menjadi disiplin dan terkendali sehingga cemerlang dan menjadi penerang dalam mencapai tujuan. Ini berbeda dengan sembah rasa yang akan kita bahas nanti.

Kalakuwan (tindakan) tumrap (kepada) kang (yang) bangsaning (berkaitan) batin (alam batin). Tindakan yang bersangkutan dengan batin.

Akhir dari perjalanan yang berkaitan dengan alam batin. Setelahnya tidak ada lagi laku lagi, baik raga maupun jiwa. setelah ini adalah sampai pada tujuan. Oleh karena itu sembah jiwa ini adalah laku yang penting.

Sucine (pembersihnya) lan (dengan) awas (awas) emut (mengingat). Pembersihnya dengan awas dan ingat.

Jika ssembah raga bersucinya dengan air, sembah kalbu bersucinya dengan mengurangi hasrat di hati, maka sembah jiwa bersucinya dengan waspada dan mengingat. Awas terhadap tujuan bermakna jangan sampai salah mengenali apakah yang dituju sudah benar-benar tujuan hidup yang sebenarnya. Atau dalam bahasa yang lebih mudah apakah yang disembah adalah Tuhan yang sebenarnya? Ataukah hanya sosok lain yang dipertuhankan? Hal ini penting karena banyak orang silau dengan gemerlapnya alam batin sehingga salah mengenali kenyataan, Al Haq.

Mengingat bermakna mengingat-ingat asal kejadian. Mring (kepada) alaming (alam) lama (lama, pra keabadian) maot (yang memuat). Kepada alam lama yang memuat, (alam prakreasi). Ingat pada perjanjian pra-azali ketika kita sudah menyatkan, “Aku bersaksi, Bala syahidna!”

Yang terakhir ini hanya mungkin jika kita mengenal fitrah kita sebagai manusia. Dengan fitrah itulah kita mengenal sedikit demi sedikit alam lama kita yang kita pernal tinggal di sana (lebih tepatnya disemai di sana).

Bagaimana caranya kita melakukan itu? Kita sudah mulai melakukan itu sejak ketika kita lakukan sembah raga di awal perjalanan. Dengan itu kita telah sedikit-demi sedikit membersihkan kerak yang menutupi hati, semakin dalam kita lakukan sembah dengan sembah kalbu dan sembah jiwa ini semakin tampak cahaya hati yang bersinar terang. Hanya tinggal menunggu waktu untuk sampai. Bersabarlah sampai pada bait-bait akhir serat Wedatama ini.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/28/kajian-wedatama-64-pepuntoning-laku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...