Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (29): Ugering Ngaurip Triprakara

 Bait ke-29, Bab (Pupuh) Sinom, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Bonggan kan tan merlokena,

Mungguh ugering ngaurip,

Uripe lan tripakara,

Wirya, arta tri winasis,

Kalamun kongsi sepi,

Saka wilangan tetelu,

Telas tilasing janma,

Aji godhong jati aking,

Temah papa papariman ngulandara.


Terjemahan dalam Bahasa Indnesia:

Salahnya sendiri yang tidak peduli,

Terhadap landasan penghidupan,

Hidup berlandaskan tiga hal,

Keluhuran, kesejahteraan dan pengetahuan,

Jikalau  tidak memiliki,

Satu hal dari ketiganya,

Habislah arti sebagai manusia,

Masih lebih berharga daun jati kering,

Akhirnya menderita jadi peminta-minta dan gelandangan.


 Kajian per kata:

Bonggan (salah sendiri, kelalaian) kan (yang demikian) tan (tidak) merlokena (memperhatikan, peduli). Salahnya sendiri tidak yang tidak memperdulikan. Mungguh (terhadap) ugering (sandaran) ngaurip (penghidupan). Terhadap tiga sandaran penghidupan.

Orang hidup harus peduli dengan sandaran atau bekal atau landasan penghidupan. Dipersiapkan diwaktu muda, dilatih sejak kecil dan dipelajari secara sungguh-sungguh. Agar kelak masa depan tidak suram. Agar ada pengharapan kehidupan yang baik.

Uripe (hidup itu) lan (bersandar) tripakara (tiga perkara). Hidup itu bersandar tiga perkara. Wirya (keluhuran) arta (kesejahteraan, kekayaan) tri (yang ketiga) winasis (pengetahuan). Keluhuran derajat, kesejahteraan dan yang ketiga pengetahuan.

Tiga hal yang dapat menjadi sandaran kelak ketika mulai hidup mandiri sebagai warga masyarakat:

Pertama, keluhuran. Ini adalah sikap mental yang berkaitan dengan karakter seseorang. Seorang yang ngawirya adalah seseorang dengan sikap mental baja, tak gampang menyerah, berani mengambil resiko dan tak takut salah. Sikap ini sering diidentikkan dengan sikap seorang prajurit atau ksatria.

Kedua, kesejahteraan atau kekayaan. Ini jelas lebih menjamin masa depan. Dengan kekayaan seseorang dapat bergerak bebas mau apa saja, bisa berdagang, menunut ilmu ke para guru atau apapun yang sesuai minat dan kegemaran. Memelihara burung jalak juga bisa, memelihara kerbau pun tak kurang modal, bisa apa sajalah.

Ketiga pengetahuan, ini adalah milik para sarjana, para winasis dan para sujananing budi. Dengan pengetahuan seseorang lebih berpeluang menjadi pegawai kerajaan, menjadi pengusaha, pedagang ataupun usaha lainnya. Hal itu karena nalarnya bisa berpikir mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang dihadapi.

Kalamun (jikalau) kongsi (benar-benar) sepi (tak ada). Jikalau benar-benar tak ada. Saka (satu hal dari) wilangan (bilangan) tetelu (ketiganya).  Satu hal dari ketiganya. Telas (habislah) tilasing (jejaknya, arti dari) janma (sebagai manusia). Habislah harga diri sebagai manusia.

Jika tak ada satu pun dari tiga itu, rasa-rasanya akan sulit bagi seseorang untuk bertahan hidup. tanpa salah satu darinya runtuhlah harga diri seseorang, hidupnya terjepit, peluangnya sempit dan kepercayaan defisit. Mau magang melamar pekerjaan tak ada rekomendasi, mau wirausaha tak ada modal, mau ikut seleksi calon pegawai tak ada pengetahuan. Tamatlah hidupnya.

Aji (lebih berharga) godhong (daun) jati (jati) aking (kering). Lebih berharga daun jati kering. Orang yang dalam keadaan demikian sama sekali tidak berguna. Ibaratnya masih lebih berharga daun jati kering. Daun jati kering saja masih bisa untuk membungkus nasi, lha ini? Sama sekali tidak dapat diandalkan.

Temah (akhirnya) papa (menderita) papariman (meminta-minta) ngulandara (bergelandangan). Akhirnya menderita menjadi peminta-minta hidup bergelandangan.

Orang yang tak memiliki bekal hidup dari tiga hal tersebut akan selalu menderita karena tak mampu menjawab permasalahan yang ada. Hidupnya takkan mandiri, selalu bergantung kepada orang lain, bergelandangan merepotkan saja.

Kesimpulan:

Walau nasehat ini sudah ratusan tahun, tampaknya masih relevan dengan jaman kini, maka hendaklah kaum muda yang akan memasuki kehidupan bermasyarakat memperhatikan hal ini.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/13/kajian-wedatama-29-ugering-ngaurip-triprakara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...