Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (65): Jagad Agung Ginulung Jagad Alit

 Bait ke-65, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Ruktine ngangkah ngukut,

ngiket ngruket triloka kakukut.

Jagad agung ginulung lan jagad alit.

Den kandel kumandel kulup,

mring kelaping alam kono.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Merawatnya dengan berusaha menguasai,

mengikat, merangkul, tiga jagad dikuasai.

Jagad besar digulung oleh jagad kecil.

Perkuatlah keyakinanmu anakku,

terhadap gemerlapnya alam itu.


 Kajian per kata:

Ruktine (merawat) ngangkah (menjangkau) ngukut (mengemasi, menguasai), Ngiket (mengikat) ngruket (memeluk) triloka (tiga jagad) kakukut (dikemas, dikuasai). Merawatnya dengan berusaha menguasai, mengikat, merangkul. Tiga jagad dikuasai.

Sembah Jiwa adalah perjalanan terakhir (pepuntoning laku), maka hendaklah benar-benar dirawat pencapaian ini dengan tuntas. Cara merawatnya dengan menjangkau sampai betul-betul dikuasai tiga jagad (triloka), yakni alam mterial, alam mental dan alam ruh.

Tiga alam tersebut dikemas dan diikat dalam sanubari dengan cara yang sudah kami sampaikan dalam bait terdahulu. Alam material dikuasai dengan mengerjakan syari’at secara lahir, alam mental dikuasai dengan menahan hawa nafsu dan alam ruh dikuasai dengan selalu awas dan ingat (dzikir).

Apabila semua itu telah dilakukan menurut laku masing-masing, yakni sembah raga, sembah kalbu dan sembah jiwa, maka tiga alam tadi (triloka) sudah diikat dan dikemas dalam genggaman. Jika sudah demikian maka diri menguasai segala sesuatu.

Jagad (jagad) agung (besar) ginulung (digulung, dikemas, dikuasai) lan (oleh) jagad (jagad) alit (kecil). Jagad besar digulung oleh jagad kecil.

Jagad besar adalah makrokosmos, alam raya seluruhnya. Jagad kecil adalah mikrokosmos, diri manusia. istilah ini sering dipakai dalam kazanah sufisme. Mereka sering memperbandingkan jagad besar sebagai ciptaan Allah dan Allahlah penguasanya, dengan jagad kecil dalam diri manusia, tempat diri manusia berkuasa. Perbandingan ini memberikan tamsil, bahwa sebagaimana Allah berkuasa terhadap makrokosmos, maka hendaklah manusia juga berkuasa atas mikrokosmos.

Berkuasa atas mikrokosmos mengandung pengertian manusia mampu menundukkan apapun gejolak yang ada dalam diri manusia. Hasrat, keinginan, nafsu dan angan-angan hendaklah ditundukkan dan diatur agar harmonis sebagaimana harmonisnya makrokosmos. Ini tentu sangat berat jika kita tak berlatih untuk mengendalikan diri. Hanya orang-orang yang sudah paripurna dalam laku yang dapat menguasai mikrokosmos. Itulah yang disebut insan kamil.

Seorang yang sudah mencapai derajat insan kamil akan mengetahui rahasia penciptaan melalui renungan terhadap mikrokosmos tersebut. Inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi, “Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya.”

Insan kamil adalah penguasa terhadap dirinya sendiri. Dia bertindak atas dirinya sebagaimana Allah bertindak atas alam raya (makrokosmos). Di sini orang yang mampu mengendalikan makrokosmos akan memahami pula rahasia dari sistem yang berlaku pada makrokosmos. Inilah yang dimaksud dalam gatra ini, jagad agung ginulung lan jagad alit.

Den (di) kandel (tebal, maksudnya: perkokohlah) kumandel (keyakinan diri) kulup (nak), mring (terhadap) kelaping (gemerlapnya) alam (alam) kono (di situ). Perkuatlah keyakinanmu anakku, terhadap gemerlapnya alam itu.

Namun hendaklah diwaspadai, perkuatlah, perkokohlah mental spriritual kita agar kuat dan kokoh dalam menghadapi gemerlapnya alam itu. Ini merujuk pada seringnya orang terpeleset karena ketakjuban. Banyak pelaku sufisme yang mengalami hal seperti ini sehingga menjadi mabuk dan ekstatik, trance. Al Hallaj adalah contoh besar dalam hal ini. Di Jawa ada juga, Syeikh Siti Jenar. Mereka berdua silau oleh keindahan Yang Maha Kuasa sehingga tanpa sadar, karena telah menguasai mikrokosmos mengira menguasai makrokosmos dalam pengertian yang sebenarnya sehingga berteriak, “Akulah Tuhan!”


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/09/kajian-wedatama-65-jagad-agung-ginulung-jagad-alit/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...