Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (47): Cupet Kepepet Pamrih

Bait ke-47, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Durung punjul, ing kawruh kaselak jujul,

Keseselan hawa,

Cupet kepepetan pamrih,

Tangeh nedya anggambuh mring Hyang wisesa.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Belum pandai dalam ilmu tetapi tergesa-gesa ingin dipuji pandai,

Disisipi hawa nafsu,

Tak cukup karena terdesak keinginan,

Mustahil dapat mendekati kepada Yang Maha Kuasa.


 Kajian per kata:

Durung ( belum) punjul (lebih dari yang lain), ing (dalam) kawruh (pengetahuan) kaselak (tergesa) jujul (kelebihan, artinya mendapat pujian). Belum pandai dalam ilmu tetapi tergesa-gesa ingin dipuji pandai.

Kata punjul merujuk pada keadaan lebih dari sekitarnya atau lebih dari seharusnya. Ada ungkapan bahasa jawa yang terkenal, punjul ing apapak, bermakna lebih dari sesamanya. Dalam hal pengetahuan jelas merujuk pada makna lebih panda dari yang lain.

Sedangkan kata jujul dipakai untuk menggambarkan suatu kelebihan dari semestinya. Misalnya sebatang pensil yang tidak bisa masuk pada wadah yang tersedia karena terlalu panjang disebut jujul. Kata ini juga sering dipakai untuk menyebut uang kembalian dari suatu pembayaran. Misal jika membeli roti seharga Rp. 4000 dengan uang Rp. 5000, maka ada jujul Rp. 1.000.

Jadi gatra ini menyoroti si anak muda yang baru belajar ilmu. Biasanya mereka walau belum menguasai pengetahuan secara tuntas tetapi merasa lebih pandai (punjul) dari orang sekitarnya. Sikap mereka berlebihan agar terkesan pandai dan mendapat pujian, oleh jujul.

Keseselan (disisipi) hawa (hawa nafsu). Disisipi hawa nafsu.

Sikap yang berlebihan dalam pamer pengetahuan (yang sebenarnya hanya sejengkal) tadi sangat rawan disusupi oleh hawa nafsu. Keinginan tersembunyi muncul mendompleng perilaku terburu-buru. Ingin dipuji, ingin terkenal, ingin mendapat keuntungan duniawi, ingin tampil sholeh, ingin kelihatan kusyu’, ingin diidolakan banyak orang, ingin masuk TV, ingin dapat kontrak eksklusif, dll.

Cupet (tak sampai, tak cukup, kurang) kepepetan (terdesak) pamrih (pamrih, keinginan untuk kepentingan diri). Tak cukup karena terdesak keinginan.

Apabila keinginan-keinginan tadi diberi tempat dalam diri kita, mereka akan semakin membesar. Akibatnya sifat rakus akan tampil menguasai diri. Nafsu memiliki (pamrih) mendesak nalar, membuat orang khilaf, alpa terhadap pertimbangan, lalai terhadap kebenaran. Hidup seseorang menjadi cupet, serba tak cukup, serba kurang.

Tangeh (mustahil) nedya (bermaksud)anggambuh (mendekat) mring (kepada) Hyang (Yang) Wisesa (Kuasa). Mustahil dapat mendekati kepada Yang Maha Kuasa.

Dalam keadaan demikian upaya seseorang untuk mendekati Yang Maha Kuasa menjadi mustahil. Alih-alih justru semakin jauh dari tujuan semula, semakin kuat tercengkeram dalam kuasa hawa nafsu. Inilah munafik sejati, penampilan suci tapi berhati culas.

Bait ini adalah bait terakhir dari Pupuh Pucung dalam Serat Wedatama. Kata ang-gambuh dalam gatra terakhir yang berarti mendekati, juga menjadi isyarat bahwa akan masuk ke Pupuh selanjutnya, yakni Pupuh Gambuh.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/20/kajian-wedatama-47-cupet-kepepet-pamrih/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...