Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (49): Sembah Raga

Bait ke-49, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Sembah raga punika,

Pakartine wong amagang laku,

Sesucine asarana saking warih,

Kang wus lumrah limang wektu,

Wantu wataking weweton.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Sembah raga adalah,

Perbuatan orang yang baru memulai perjalanan,

Bersucinya memakai sarana dari air,

Yang wajib adalah lima waktu,

Bersifat menuruti aturan dan rukun.


Kajian per kata:

Sembah (ibadah) raga (raga, tubuh) punika (itu adalah), pakartine (perbuatan) wong (orang) amagang (baru memulai) laku (perjalanan). Sembah raga adalah,Perbuatan orang yang baru memulai perjalanan.

Sembah raga adalah ibadahnya tubuh. Bahwa kita manusia diciptakan dengan tubuh biologis, yang tunduk pada hukum-hukum materi. Tubuh adalah sarana kita untuk hidup di dunia materi ini, tanpanya niscaya kita tak dapat beraktivitas.

Walau kelak akan fana dan kita tinggalkan, tubuh juga berhak untuk mengungkapkan keagungan Allah Sang Pencipta. Maka ada tatacara yang khusus bagi tubuh dalam menyembah Tuhan. Dalam agama Islam bentuk penyembahan itu adalah shalat. Dalam shalat dilakukan penyembahan melalui tubuh dan jiwa. secara jasmani dalam shalat kita melakukan gerakan-gerakan sesuatu rukun tertentu, itulah yang disebut sembah raga.

Sembah raga ini adalah awal dari perjalanan, awal dari laku yang harus dijalani manusia. Setiap orang muslim yang hendak menjalankan agama pastilah sesudah akil baligh diwajibkan menjalankan shalat. Entah yang bersangkutan sudah paham atau belum mengapa harus shalat, entah yang bersangkutan tahu atau tidak apa gunanya shalat, semua wajib melakukan itu. Karena sembah raga ini adalah bentuk dari pengakuan kita akan kebesaran Allah. Pengakuan itu diwujudkan dalam ritual sujud dan ruku’, merendahkan diri kita serendah-rendahnya di hadapanNya. Sembah raga adalah ibadahnya tubuh.

Mengapa sembah raga disebut sebagai awal dari perjalanan? Karena sesungguhnya hakekat manusia bukanlah tubuhnya, tubuh hanya sarana untuk hidup di dunia. Kelak ruh kita yang akan abadi menghadap Allah di alam baqa. Tetapi pengenalan ruh tak dapat dilakukan serta-merta. Kemampuan kita dalam mengenali hakekat diri takkan berhasil jika tidak melalui tubuh. Tubuhlah sarana kita mengenali alam sekitar, baru kemudian mengenali tanda-tanda yang tak tampak. Tubuhlah yang paling awal menemani ruh di dunia materi ini. Maka ibadah atau sembah apapun yang dilakukan tubuh adalah awal dari sembah-sembah yang lain.

Sesucine (bersucinya) asarana (memakai sarana) saking (dari) warih (air). Bersucinya memakai sarana dari air.

Syarat-syarat untuk melakukan ibadah shalat adalah bersuci dengan air. Ini sesuai watak dari tubuh yang bersifat materi, yang hanya dapat dibersihkan dengan materi juga.

Kang (yang) wus lumrah (sudah umum, wajib) limang (lima) wektu (waktu). Yang wajib adalah lima waktu.

Sembah raga yang wajib adalah lima waktu, yakni shalat wajib yang harus dilakukan oleh setiap orang. Di luar kewajiban lima waktu ada banyak shalat sunat yang dianjurkan kepada seorang muslim sesuai dengan kesanggupan dan keadaan masing-masing. Bersifat tidak wajib dan opsional, sesuai dengan situasai, kondisi dan kelonggaran masing-masing orang.

Wantu  (berkala) wataking (bersifat) weweton (aturan, rukun). Bersifat menuruti aturan waktu dan rukun.

Shalat wajib yang lima waktu tadi tidak bisa dikerjakan secara sembarangan karena ada batasan waktu dan rukun-rukun, serta syarat-syarat untuk melakukannya. Waktunya harus sudah masuk sesuai masing-masing shalat wajib, yakni shalat Subuh selepas fajar, shalat Dhuhur selepas tergelincir matahari, Shalat Ashar menjelang matahari turun, shalat Magrib sesudah terbenam matahari dan shalat Isya’ menjelang malam.

Juga ada rukun-rukun tertentu yang harus dipatuhi, dari takbiratul ikram sampai salam. Serta harus memenehi syarat-syarat tertentu. Untuk lebih detailnya dapat dilihat di buku-buku fikih, karena akan panjang jika diuraikan di sini.

Selain sebagai salah satu penyembahan, shalat juga dimaksudkan untuk mendisiplinkan manusia berkenaan dengan hubungan antara tubuh dan ruh. Juga ada konsekuensi logis dari pelaksanaan shalat pada tataran tubuh fisik. Contohnya seseorang yang shalat dengan tertib dan ajeg, pasti akan tampak berseri raut mukanya, karena paling tidak dalam sehari lima kali dia harus membasuh muka. Masih ada banyak manfaat sampingan dari shalat ini, bait-bait selanjutkan serat Wedatama akan menguraikannya untuk kita pelajari bersama.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/22/kajian-wedatama-49-sembah-raga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...