Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (40): Rosing Rasa Lumeketing Angga

Bait ke-40, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh,

Lumeketing angga,

Anggere padha marsudi,

Kana kene kaanane nora beda.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Tidak tahu, inti dari rasa yang dicari,

Melekat di badan sendiri,

Asal semua mau berusaha,

Di sana dan di sini keadaannya tak berbeda.


Kajian per kata:

Nora (tidak) weruh (tahu), rosing (inti dari) rasa (rasa) kang (yang) rinuruh (dicari). Tidak tahu, inti dari rasa yang dicari.

Di sini dikatakan bahwa perilaku yang disebutkan dalam bait ke-39 menunjukkan bahwa seseorang itu tidak tahu inti dari rasa atau capaian batin yang dicari, dalam praktek-praktek keagamaan sehari-hari. Bahwa segala ritual keagamaan pastilah menyasar dua sisi dari aspek manusia sebagai makhluk bidimensial.

Pada sisi lahir adalah mendisiplinkan diri, menahan hawa nafsu agar kita terbiasa tidak diperbudaj keinginan yang tak perlu. Pada sisi spiritual adalah mencapai pengetahuan tentang diri, sehingga kita mengenal Allah sebagai sang Pencipta. Nah inti dari ajaran agama adalah sisi batin tersebut, sedangkan aspek lahiriah adalah sebagai sarana saja.

Kita akan mengambil salah satu contoh ibadah sehari-hari, yakni sholat. Ini adalah ibadah yang ditentukan waktu dan tatacaranya secara ketat. Oleh karena hal itu secara lahir kita menjadi terbiasa disiplin, orang yang sholat tak mungkin tidur ngedhekur sampai siang karena akan kehilangan sholat subuh. Juga tak mungkin bekerja seharian tanpa jeda karena ada saat-saat tertentu harus berhenti untuk sholat. Dengan demikian ritme hidup orang yang shalat menjadi teratur, terkontrol dan seimbang.

Selain itu dalam apek spritual shalat adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam shalat seolah kita mengadu jika ada masalah, seolah minta pertolongan jika butuh bantuan, seolah kita berterima kasih jika mendapat anugerah dan menjadi sarana untuk bermuhasabah jika kita hendak mulat sarira hangrasa wani, menilai tentang diri sendiri. Adapun inti dari shalat itu sendiri adalah amar ma’ruf nahi munkar  terhadap diri sendiri. Orang yang shalat pastilah takkan berbuat keji dan buruk, sebaliknya akan selalu berbuat baik.

Dalam segala ritual lain, ada inti dari rasa yang diharapkan hasilnya (rosing rasa kang rinuruh). Inilah yang mesthi diupayakan, jangan hanya puas pada sekedar aspek lahiriahnya saja.

Lumeketing (menempel, melekat) angga (badan). Melekat di badan sendiri

Rosing rasa  yang dicari tadi sebenarnya melekat pada badan, pada jauh di kedalaman nurani. Maka hasil dari capaian diri mesti dilihat di sana. Suatu ritual ibadah akan disebut berhasil jika hati nurani semakin terang memancarkan gambaran Ilahiyat dan moralitas menjadi meningkat dengan akhlak yang mulia. Percuma saja rajin beribadah tetapi justru hati menjadi kotor oleh kedengkian dan merendahkan sesama. Lebih buruk lagi jika tak membekas dalam akhlak perilaku sehari-hari.

Anggere (asalkan) padha (sama-sama) marsudi (berusaha keras). Asal sama-sama mau berusaha. Kana (di sana) kene (atau di sini) kaanane (keadaannya, hasilnya) nora (tidak) beda (berbeda).

Asalkan dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, sama-sama berusaha keras mengamalkan ritual ibadah dalam aspek lahir dan batinnya, maka hasilnya di sana atau di sini akan takkan berbeda.

Kita kembali mengingat sebentar uraian bait ke-39, bahwa iklim dan lingkungan bisa memengaruhi cara hidup dan corak kebiasaan masyarakat. Denikian juga dalam hal ibadah. Sepanjang syarat dan rukun dipenuhi maka ibadah akan sah. Soal keutamaan tambahan, atau apa yang disebur sunnat maka disesuaikan dengan kondisi setempat.

Misalnya di Arab jika berbuka disunatkan makan kurma, namun jika di Jawa makan kurma saat berbuka bisa menjadi makruh jika tak ada uang untuk membelinya, wong harga kurma itu mahal. Nah jika diganti makanan lain yang kandungannya sama tentu lebih baik, maka mesti dicari rosing (inti) dari sunat nabi menganjurkan kurma itu maksudnya apa? Misalnya, agar energi yang hilang selama puasa cepat terganti, agar tubuh tidak lemas, maka dicarilah buah lain yang sesuai, pepaya misalnya.

Jika kita bisa mencari rosing dari segala amalan-amalan agama, maka walau berbeda bentuk pelaksanaannya baik di sana (Arab) atau di sini (tempat lain), hasilnya akan sama saja.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/19/kajian-wedatama-40-rosing-rasa-lumeketing-angga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...