Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian wedatama (34): Aywa Kongsi Mbabar Angkara

Bait ke-34, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Angkara gung, neng angga anggung gumulung,

Gegolonganira,

Triloka lekere kongsi,

Yen den umbar ambabar dadi rubeda.


Terjemahan dalam Bahasa Inonesia:

Nafsu angkara yang besar, di dalam diri selalu berkumpul,

Dengan kelompoknya,

Sampai menguasai tiga dunia,

Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya.


 Kajian per kata:

Angkara (angkara, keburukan) gung (besar), neng (pada, di) angga (tubuh, diri) anggung (selalu) gumulung (berkumpul, menyatu). Gegolonganira. Bersama dengan kelompoknya

Nafsu angkara di dalam diri jika membesar diibaratkan seperti berkelompok-kelompok. Keinginan satu dengan lain akan saling berjalin dan menguatkan dengan keinginan yang lain. Jika yang satu dipuaskan maka akan memicu yang lain untuk semakin membelenggu manusia.

Jalinan nafsu angkara akan saling menyeret satu dengan lainya ke dalam lembah dosa. Nafsu menguasai akan menyeret kedzaliman. Nafsu memiliki akan mengendong kekhilafan, orang Jawa menyebutnya melik nggendong lali. Nafsu makan akan menyeret perilaku melampuai batas, atau leluwihan. Nafsu pamer akan menyeret perilaku merendahkan orang lain, dan lain-lain. Tampak bahwa nafsu angkara saling bergerombol dan saling mendukung, akan sulit dipangkas mata rantainya jika jalinannya makin kuat.

Triloka (tiga dunia) lekere (dikuasai) kongsi (sampai). Sampai menguasai  tiga dunia.

Konsep triloka sudah ada dalam budaya Jawa sejak dulu kala. Karena istilah itu pun ada dalam agama-agama  sebelum Islam masuk. Tapi kita akan membatasi pengertian triloka menurut pengertian ketika serat Wedatam ini ditulis.

Triloka adalah sebutan tiga dunia yang meliputi: alam material, alam mental dan alam ruh.

Alam material adalah dunia seisinya ini. Dunia yang sebenarnya ada dalam tingkat paling rendah dalam gradasi wujud. Ada yang menyebut bahwa sesungguhnya dunia inilah alam maya, mayaloka. Sedangkan tingkat di atasnya justru adalah alam yang sekarang tak kasat mata.

Alam mental, atau angan-angan atau imajinal atau alam psikis. Alam ini tempat jiwa tumbuh dan mencapai kedewasaan. Sering juga oleh para filosof muslim alam ini disebut sebagai barzakh, karena sifatnya ditengah-tengah, sebagai antara (barzakh) antara alam dunia dan akhirat. Segala sesuatu di alam ini adalah campuran antara yang maya dan Yang Nyata.

Alam ruh, atau alam spirit. Ini adalah alam tertinggi tempat ruh yang dahulu ditiupkan oleh Allah berada. Alam tempat segala penyaksian akan kebenaran ditempatkan. Alam tempat seruan-seruan kebenaran bergema. Penghuni alam ini adalah antara lain hati nurani.

Manusia hidup dalam ketiga alam tersebut secara pararel. Dengan masing-masing tingkat wujud yang juga dianugerahkan kepada manusia. Manusia punya badan wadag untuk hidup di dunia materi, punya jiwa untuk hidup di alam mental dan punya ruh bawaan Tuhan untuk hidup di alam spirit.

Walau manusia mempunyai tiga komponen untuk hidup di tiga alam itu, namun segala corak kehidupan manusia di dunia ini, bahagia dan sengsara, akan ditentukan oleh bagaimana ia hidup dengan ketiga alam itu. Yang lebih menghidupkan alam materi jelas akan terjebak dalam kefanaan abadi. Karena materi bersifat rusak, tak sempurna dan sementara, ia akan senantiasa merasa kurang dan selalu ingin menggapai yang lebih tinggi lagi.

Sebaliknya orang yang lebih hidup dalam alam mental akan selalu diliputi was-was dan penyesalan diri berkepanjangan. Was-was dalam arti khawatir akan kehidupannya kelak, penyesalan dalam arti merasa belum berusaha maksimal dalam menjalani hidup. Dua perasaan itu sangat bernuansa material, Namun seringkali di alam ini juga muncul pengharapan dan semangat, dua perasaan yang bernuansa spiritual. Yah namanya juga alam campuran, jadi perasaannya juga campur-campur deh.

Puncak dari pencapaian manusia adalah ketika ia mampu hidup di alam spiritual. Di sinilah segala ketengangan berada. Tak ada rasa takut atau khawatir, apalagi was-was. Baik tentang masa depan atau tentang segala hal di dunia ini, karena adanya kesadaran bahwa semua ini hanya milik Allah semata.

Yen (bila) den (di) umbar (biarkan) ambabar (berkembang, menjadi banyak) dadi (menjadi) rubeda (bahaya). Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya.

Nah, jika nafsu angkara di atas dibiarkan membesar sehingga menguasai tiga alam manusia, triloka, maka akan menjadi monster yang mengerikan daya rusaknya terhadap hidup manusia. Tiga piranti yang diberikan Tuhan sebagai alat manusia hidup di ketiga alam itu akan hancur dilalap nafsu angkara.

Badan sebagai alat hidup di alam materi akan rusak karena diperalat nafsu angkara, seperti pada rusaknya tubuh oleh karena perbuatan maksiat, minum khamar, ngepil, ngoplos, dll.

Jiwa manusia sebagai piranti hidup di alam mental pun akan tumbang dengan berbagai penyakit mental, depresi, halusinasi, waham-waham, dll.

Hati nurani sebagai penghuni alam ruh pun akan tumpul, tak lagi bisa membedakan benar dan salah, bahkan cenderung menjadi pembenar dari setiap tindak kejahatan yang dilakukan.



https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/16/kajian-wedatama-34-aywa-kongsi-mbabar-angkara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...