Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian wedatama (36): Karoban Sihing Gusti

 Bait ke-36, Pupuh Pucung, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Taman limut, durgameng tyas kang meh limput,

Kerem ing karamat,

Karama karoban ing sih,

Sihing sukma ngrebda saardi gengira.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Di dalam keadaan gelap, hati jahat yang menguasai,

Tenggelam dalam rahmat,

Sebab dikuasai cinta kasih,

Cinta kasih sukma berkembang menjadi segunung besarnya.


Kajian per kata:

Taman (terkena, dalam keadaan) limut (gelap), durgameng (jahatnya) tyas (hati) kang (yang) meh (hampir) limput (tertutup). Di dalam keadaan gulita, hati jahat yang menguasai.

Dalam keadaan gelap, ini merujuk pada keadaan sepi karena menyendiri. Yang pada bait ke-35 pada postingan terdahulu telah saya uraikan justru akan membuat hati nurani bercahaya. Ibarat cahaya lilin yang tak nampak di kala siang, tetapi ketika di dalam kegelapan akan memberi terang. Seperti itulah hati nurani. Maka ketika lilin kecil hati nurani tadi memberi cahaya, walau samar-samar akan menjadi semakin jelas siapa diri kita sebenarnya. Apa saja yang telah membuat kita lalai, apa saja yang membuat kita menuruti si angkara (durgameng). Semua akan tampak. Nah ketika itulah hati yang tertutupi (kalimput) oleh nafsu angkara perlahan akan mulai tampak menuju kepada terang.

Kerem (tenggelam) ing (dalam) karamat (rahmat). Tenggelam dalam rahmat.

Selanjutnya hati akan menjalani proses hijrah dari gelap menuju terang dalam, tenggelam dalam cahaya rahmat Ilahi. Tentu saja ini sebuah proses yang panjang dan melelahkan, dengan latihan yang berulang-ulang tanpa bosan. Ketika hati telah tenggelam dalam rahmat Ilahi maka cinta kasih Ilahiyah akan semakin meliputi hati, dan…

Karama (karena, oleh sebab) karoban (terkena, tertutupi) ing sih (cinta kasih). Sebab dikuasai cinta kasih.

….akan menguasai hati, membanjiri (karoban) hati dengan cinta kasih Ilahi. Karena hati manusia jika dibiasakan melakukan perbuatan baik akan semakin condong pada kebaikan, akan semakin mudah untuk diajak berbuat baik. Sebaliknya jika terbiasa melakukan kejahatan hati manusia juga akan condong pada kejahatan, makin enggan diajak berbuat baik. Maka salah satu cara agar hati kita cenderung pada kebaikan adalah dengan membiasakan berbuat baik. Pertama kali hati akan terpaksa dan enggan, tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan semakin nyaman dalam kebaikan, bahkan akan menarik untuk berbuat baik lebih banyak lagi. Hati yang demikian sudah tenggelam dalam lautan cinta kasih Ilahi.

Sihing (cinta kasih) Sukma (Ruh) ngrebda (berkembang) saardi (segunung) gengira (besarnya). Cinta kasih sukma berkembang menjadi segunung besarnya.

Sukma di sini berati ruh, karena yang mempunyai cinta kasih hanyalah Allah semata, kata sukma dalam gatra ini lebih dekat dengan makna Sukma, atau Ruh Ilahi. Ini sesuai dengan pengertian pada gatra ini bahwa jika kita telah mempunyai hati yang condong pada kebaikan maka rahmat ilahi akan turun ke hati, meliputinya, menenggelamkannya. Jika demikian maka cinta kasih Ilahi akan membanjiri hati kita dan menumbuhkan cinta kasih di hati. Lama-lama cinta di hati kita akan membesar menjadi laksana gunung. Maka jadilah kita tanganNya dalam menebar cinta kasih di bumi ini.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/17/kajian-wedatama-36-karoban-sihing-gusti/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...