Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (66): Kanyut Ing Kanyatan

 Bait ke-66, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Keleme mawi limut,

Kalamatan jroning alam kanyut,

Sanyatane iku kanyatan kaki,

Sejatine yen tan emut,

Sayekti tan bisa amor.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Tenggelam oleh suasana gelap.

Mendapat firasat di dalam alam yang menghanyutkan itu,

Sebenarnya itu kenyataan, anakku.

Sebenarnya kalau tidak ingat,

Benar-benar tak bisa berecampur.


Kajian per kata:

Keleme (tenggelamnya) mawi (oleh, dengan) limut (gelap). Tenggelam oleh suasana gelap.

Orang yang sudah masuk dalam jagad alit akan tenggelam dalam suasana gelap, hening dan sangat pribadi. Ini adalah saluran komunikasi yang terbuka khusus antara hamba dan Gusti Allah. Tak perlu melibatkan siapa-siapa dalam hal ini. Segala aturan di alam fisik tak lagi menjadi kriteria di sini. Karena seorangpun jika sudah menghadap Tuhan maka dia harus meninggalkan segala urusan. Menjadikan hubungan personalnya dengan Gusti Allah sebagai prioritas, mengalahkan yang lain.

Kalamatan (mendapat alamat, firasat) jroning (dalam) alam (alam) kanyut (yang menghanyutkan). Mendapat firasat di dalam alam yang menhanyutkan itu.

Itulah alam kanyut, alam yang menghanyutkan. Batas antara alam fisik dan ruh. Sayup-sayup terdengar bisikan dari alam sana, namun di satu sisi masih terkait dengan alam sini.  Kesadaran seolah-olah hanyut ke dalam alam itu, seolah seperti mimpi. Kenyataan menjadi terang benderang dalam sekejap, sebelum kemudian menghilang. Itulah yang disebut ngalamat, atau pesan kebenaran yang sesaat datang sebelum terjadinya sebuah kenyataan. Ngalamat ini dapat muncul karena di batas dua alam tersebut jiwa menjadi hening, mengendap sari-patinya, maka munculah sinar terangnya. Pada saat ini pandangan mata batin menjadi sangat tajam.

Analogi dari kejadian ini dapat kita temui pada waktu kita masuk dalam ruang gelap, (betul-betul gelap secara fisik, bukan kiasan). Saat pertama masuk ke dalam kegelapan mendadak mata kita tak mampu melihat sesuatu pun. Lambat laun mata mulai menyesuaikan. Sedikit demi sedikit mata dapat menangkap cahaya remang-remang, sampai puncaknya mata kita menjadi peka dalam membedakan gradasi kehitaman. Secara samar-samar kita mulai dapat mengenali benda-benda sekitar walau hanya ada sedikit cahaya. Mata kita menjadi sangat peka.

Kira-kira seperti itulah kerja mata batin kita dalam kegelapan realitas. Namun awas dalam gelap mata batin bisa menjadi awas dan peka, tetapi rasa kantuk sering lebih dahulu menyerang. Maka janganlah kita sampai hanyut (kanyut).

Sanyatane (sebenarnya) iku (itu) kanyatan (kenyataan) kaki (nak). Sebenarnya itu kenyataan, anakku.

Sebenarnya ngalamat yang datang secara sporadis dan sekejap tadi adalah kenyataan yang sebenarnya. Namun karena mata batin kita rabun oleh pekatnya nafsu, kenyataan menjadi tampak samar-samar, bahkan gelap. Maka hendaklah kita mengasah ketajaman hati melalui sembah jiwa agar mata batin kita awas.

Sejatine (sebenarnya) yen (kalau) tan (tidak) emut (ingat), sayekti (benar-benar) tan (tak) bisa (bisa) amor (bercampur). Sebenarnya kalau tidak ingat, benar-benar tak bisa bercampur (ke alam itu).

Kita kembali ke konsep dzikir sebagai cara untuk masuk (amor) ke alam ruh. Dzikir adalah mengingat kembali persaksian primordial kita di alam pra-kreasi. Dzikir adalah mengingat fitrah kita sebagai makhluk yang tunduk dan patuh terhadap Sang Pencipta. Maka jika kita tak mampu untuk melakukan dzikir tersebut kita takkan mampu berbaur dengan ritme kehidupan di alam itu.

Hasil dari dzikir adalah emut (ingat) tentang siapa diri kita sebenarnya. Emut adalah kesadaran paripurna dari sembah jiwa.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/11/kajian-wedatama-66-kanyut-ing-kanyatan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...