Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (56): Beda Panduk Panduming Dumadi

 Bait ke-56, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Mangkono mungguh ingsun,

Ananging ta sarehne asnapun,

Beda beda panduk panduming dumadi,

Sayektine nora jumbuh,

Tekad kang padha linakon.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Demikianlah yang baik bagi saya,

Tetapi karena orang itu berbeda-beda,

Lain-lain qadla dan qadarnya dalam penciptaan,

Sebenarnya tidak cocok,

Tekad yang dijalankan itu.


.Kajian per kata:

Mangkono (demikianlah) mungguh (pantas, baik bagi) ingsun (saya). Demikianlah yang baik bagi saya.

Ini merujuk pada apa yang disampaikan pada bait-bait sebelumnya tentang sembah raga bahwasanya itulah wawasan atau piwulang atau nasihat yang terbaik menurut penggubah Wedatama ini. Di sini sang penggubah Wedatama, Sri Mangkunegara IV hanyalah menyampaikan piwulang yang menurutnya baik untuk dilakukan oleh generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Ananging (tetapi) ta sarehne (karena) asnapun (berbeda-beda). Beda beda (lain-lain) panduk (terkena) panduming (kebagian, kadar) dumadi (penciptaan). Tetapi karena orang itu berbeda, Lain-lain qadla dan qadarnya dalam penciptaan.

Sesungguhnya keadaan orang berbeda-beda satu dengan yang lain (asnapun). Perbedaan itu disebabkan karena ketetapan Allah Sang Pencipta. Panduk di sini berarti terkena, panduming berarti mendapat pembagian. Jadi panduk adalah qadla dan pamduming berart qadar. Dalam hal ini setiap manusia tentu tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

Qadla dan Qadar adalah rahasia Allah SWT. Kita manusia tak mampu menjangkau hal  tersebut, yang dapat kita lakukan adalah ikhtiyari, mencari dan memilih tindakan apa yang terbaik untuk kita. Soal mana yang terbaik tersebut tentu setiap orang juga berbeda-beda. Boleh jadi satu amalan kebaikan cocok untuk orang tertentu, namun justru memberatkan bagi orang lain.

Sayektine (sebenarnya) nora (tidak) jumbuh (cocok). Tekad (tekad) kang (yang) padha (sama-sama) linakon (dijalani).

Oleh karena hal di atas, sebenarnya apa yang beliau ajarkan (penulis wedatama), tidak cocok untuk setiap keadaan. Mengingat keadaan setiap orang berbeda-beda, tak sama persis antara satu dengan yang lain. Maka ambillah sekedar sebagai penggugah semangat saja, agar kita bertekad untuk sama-sama melakukan kebaikan.

Di gatra ini penggubah Wedatama menyadari bahwa ajaran yang beliau sampaikan tak dapat ditiru secara persis. Pada Pupuh Pangkur yang lalu berulang kali beliau tegaskan bahwa meneladani seseorang juga tak mungkin menirunya persis. Tirulah tekad atau semangat yang mendasari perbuatan mereka para leluhur, adapun bentuk pengamalannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/24/kajian-wedatama-56-beda-panduk-panduming-dumadi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...