Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (88): Dalaning Kasidan

 Bait ke-88, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Sirnakna semanging kalbu,

den waspada ing pangeksi.

Yeku dalaning kasidan.

Sinuda saka sethithik,

pamothahing nafsu hawa.

Linalantih mamarih titih.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Hilangkan keragu-raguan hati,

waspadalah dengan pandanganmu.

Itulah jalan keselamatan abadi.

Dikurangi dari sedikit,

keinginan hawa nafsu.

Dibiasakan agar (diri) menjadi unggul.

 

Kajian per kata:

Sirnakna (hilangkan) semanging (keragu-raguan) kalbu (hati), den waspada (waspadalah) ing (terhadap) pangeksi (pandanganmu). Yeku (itulah) dalaning (jalan) kasidan (keselamatan abadi). Hilangkan keragu-raguan hati, waspadalah dengan pandanganmu. Itulah jalan keselamatan abadi.

Bait sebelumnya berisi anjuran untuk memaksakan diri agar mengikuti apa kata hati nurani. Bait ke-88 ini berisi anjuran agar kita menghilangkan segala keragu-raguan dalam hati (semanging kalbu). Ada kalanya kita dalam melakukan sesuatu harus diawali dengan perang batin yang hebat di dada. Antara mengikuti pertimbangan hati dan kehendak diri. Nah yang demikian ini haruslah dihilangkan, karena itu merupakan tanda bahwa diri kita belum tunduk pada kebenaran. Suara hati nurani adalah tetap menjadi prioritas di sepanjang waktu.

Maka kita harus mempertajan akal budi kita, agar pandangan kita terhadap segala seuatu menjadi awas (den waspada ing pangeksi). Jika sudah demikian mengikuti hati nurani pastilah menjadi jaminan bahwa diri kita sudah menuju ke arah yang benar. Karena seperti yang sudah kita ketahui bersama akal budi yang terasah tajam akan membuat hati kita bening laksana kaca, sehingga kebenaran pun terpantuk di sana dengan jelas, tiada keraguan lagi.

Jika kita sudah bisa melaksanakan ini, itulah jalan keselamatan yang sejati. Kata kasidan bersinonim dengan lestantun, lestari, artinya keselamatan yang terus-menerus, atau abadi. Orang Jawa sering menyebut mati sebagai murud ing kasidan jati, mundur ke alam keselamatan sejati. Tentu saja bila yang bersangkutan baik amalnya selama di dunia.

Sinuda (dikurangi) saka (dari) sethithik (sedikit), pamothahing (keinginan) nafsu hawa (hawa nafsu), Linalantih (dibiasakan) mamarih (agar) titih (unggul, sempurna). Dikurangi dari sedikit, keinginan hawa nafsu. Dibiasakan agar (diri) menjadi unggul.

Cara agar kita dapat menghilangkan keragu-raguan hati tersebut adalah dengan mengurangi sedikit demi sedikit keinginan hawa nafsu. Karena sesungguhnya manusia dalam keadaan yang lemah tentang diri sendiri. Belajar berjalan, hidup mandiri pun sulit bagi manusia.

Tidak seperti anak ayam, atau kambing yang sudah bisa berjalan di hari pertama kelahirannya, manusia memerlukan waktu yang lama untuk itu. Apalagi untuk mengasah akal budi agar tajam dan mampu menangkap kebenaran, diperlukan waktu yang panjang dan kehendak yang kuat. Hal ini hendaknya dibiasakan sejak dini, agar kelak diri kita menjadi manusia yang unggul (titih), yang menang dari godaan hawa nafsu.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/26/kajian-wedatama-88-dalaning-kasidan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...