Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (51): Guru Angger Nyalemong

 Bait ke-51, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Thithik kaya santri Dul,

Gajeg kaya santri brai kidul,

Saurute Pacitan pinggir pasisir,

Ewon wong kang padha nggugu,

Anggere padha nyalemong.


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

Sedikit ada yang seperti santri Dul,

Kalau tak salah seperti santri dari daerah selatan,

Di sepanjang pinggir pantai Pacitan,

Ribuan orang yang menuruti,

Aturannya yang asal diucapkan.


Kajian per kata:

Makna bait ini merupakan sambungan dari bait sebelumnya Sarengate Elok-Elok, bahwa karena masih pemula dan lagi semangat-semangatnya ada beberapa orang yang memperlihatkan tatacara aneh dalam ibadah. Mungkin maksud mereka untuk mencari ilmu sejati yang memang harus dilakukan dengan laku tarekat, namun karena belum mengerti dan tergesa-gesa justru yang muncul adalah tatacara yang mengherankan, ajaib, tak masuk akal. Bait berikut memberi satu contoh di jaman itu.

Thithik (thik-thik, sedikit-sedikit) kaya (seperti) santri (santri) Dul (Dul, nama orang). Sedikit ada yang seperti santri Dul.

Thik-thik, sedikit-sedikit, ada yang seperti santri Dul. Sangat mungkin Dul ini hanya sebutan saja, seperti kata dalam bahasa Arab fulan, merujuk ke sembarang orang yang bisa siapa saja. Kata santri yang disematkan pada sosok Dul menunjukkan bahwa dia baru belajar agama, jadi soal ilmu batin (wulang kang sinerung) belumlah menguasai secara sempurna. Namun dia sudah berani memperlihatkan pelajaran yang tersembunyi seperti disinggung pada bait ke-50.

Gajeg (kalau tak salah) kaya (seperti) santri (santri) brai (daerah) kidul (selatan). Saurute (di sepanjang) Pacitan (Pacitan) pinggir (pinggir) pasisir (pantai). Kalau tak salah seperti santri dari daerah selatan,di sepanjang pinggir pantai Pacitan.

Gatra ini menunjukkan bahwa si Dul sudah pulang kampung dan membuka pelajaran ilmu batin di wilayah asalnya, yakni di sepanjang pinggir pantai wilayah Pacitan.

Ewon (ribuan) wong (orang) kang (yang) padha (yang) nggugu (menuruti). Ribuan orang yang menuruti.

Tampaknya santri Dul ini cukup populer di wilayah tersebut, banyak orang menuruti ajarannya. Pengikutnya banyak dari kalangan orang awam, ini bisa dilihat dari kondisi jaman ketika itu (saat serat Wedatama ini digubah) daerah Pacitan pinggir pantai adalah wilayah pelosok yang jauh dari kotaraja. Daerah itu kurang produktif dan terpinggirkan. Sangat masuk akal kalau santri Dul mendapat banyak pengikut di situ karena tingkat pemahaman masyrakat setempat masih rendah.

Anggere (aturan) padha (yang) nyalemong (asal ucap). Aturannya yang asal diucapkan

Nyalemong berarti nyeletuk, asal ucap, tidak berdasar. Itulah tatacara yang diajarkan si Dul tadi. Karena memang belajarnya belum tuntas, tetapi sudah mengajarkan kepada orang lain maka yang terjadi adalah praktek tatacara ibadah yang asal-asalam, tidak sesuai dengan ajaran para ulama yang telah mengerti benar.

Bait selanjutnya masih akan melanjutkan tentang kekeliruan dalam praktik ibadah secara batin ini. Jangan sampai ketinggalan kajian.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/22/kajian-wedatama-51-guru-angger-nyalemong/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...