Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (83): Awas Eling, Pangreksaning Urip

 Bait ke-83, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Mangka kanthining tumuwuh,

Salami mung awas eling.

Eling lukitaning alam,

dadi wiryaning dumadi.

Supadi nir ing sangsaya,

yeku pangreksaning urip,


 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Padahal yang harus selalu menyertai orang hidup,

selamanya hanya waspada dan ingat.

Ingat ketetapan hukum alam,

agar menjadi makhluk yang luhur.

Supaya terbebas dari kesengsaraan,

itulah penjagaan hidup (diri).


Kajian per kata:

Mangka (minangka, sebagai) kanthining (penyerta) tumuwuh (orang hidup), salami (selamanya) mung (hanya) awas (waspada) eling (ingat). Sebagai penyerta orang hidup, selamanya hanya waspada dan ingat.

Bait ini merupakan kelanjutan dari bait sebelumnya yang menyoroti orang yang lalai terhadap hukum alam. Mereka akan menderita kesengsaraan di dunia dan akhirat karena tak mampu membaca pergantian wujud dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.

Bait ini menguraikan agar jangan sampai lalai dalam memahami hukum alam. Padahal sesuatu yang harus selalu menyertai orang yang hidup di dunia ini, sejak dahulu sampai nanti hanya waspada dan ingat. Jika seseorang tidak meninggalkan dua hal itu berkaitan dengan mobah mosiking kahanan, maka akan mampu bersikap yang tepat, sikap yang akan menyelamatkannya dari fitnah dunia.

Eling (ingat) lukitaning (tegaknya, teguhnya) alam (hukum alam), dadi (menjadi) wiryaning (luhur) dumadi (makhluk). Ingat ketetapan hukum alam, agar menjadi makhluk yang luhur.

Hendaknya selalu mengingat tegaknya hukum alam yang berlakunya pasti kepada setiap makhluk. Sudah menjadi ketentuan Allah jika seseorang yang memegang kekuasaan akan cenderung korup, ini kecenderungan watak manusia yang sudah menjadi sunatullah.

Orang yang tak mempercayai hukum moral ini akan lalai dari menjaga diri, terlena oleh kemewahan dan hak istimewa yang diperoleh selama memegang kekuasaan. Akhirnya tergoda untuk mengumpulkan harta benda dengan cara tercela.

Lain lagi bagi orang yang sudah mengetahui sifat-sifat manusia manakala menggenggam kekuasaan. Dia sadar bahwa kuasa dan angkara cenderung menyatu dalam satu jiwa, maka dia waspada. Siang malam mengingat itu dan mempertebal keimanan agar tak tergoda. Di akhir kuasa dia selamat, dia berhasil menahan diri dari sikap melampaui batas dan memperturutkan nafsu. Itulah keluhuran (wirya) yang dimaksud dalam gatra ini

Supadi (supaya) nir (bebas) ing (dari) sangsaya (sengsara), yeku (itulah) pangreksaning (penjagaan) urip (hidup). Supaya terbebas dari kesengsaraan, itulah penjagaan hidup (diri).

Orang yang waspada dan ingat tadi akan selalu berupaya untuk bebas dari kesengsaraan akibat lalainya dia akan berlakunya hukum alam. Maka dia berupaya keras agar terhindar dari itu semua. Itulah yang namanya penjagaan diri, agar hidupnya terjaga sampai kelak di akhir hayat. Sesudah selesai masanya di dunia dia akan memperoleh pituwas yang pantas, buah dari jerih payahnya melawan nafsu angkara.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/24/kajian-wedatama-83-awas-eling-pangreksaning-urip/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...