Translate

Senin, 19 Agustus 2024

Kajian Wedatama (13): Sumusuping Rasa Jati

Tembang Pangkur pada bait ke-13 Serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV di bawah ini sering dipakai untuk suluk oleh para dalang pada pertunjukan wayang kulit. Biasanya dipakai saat adegan raja sedang masuk di kamar pemujaan dengan maksud untuk mendapat petunjuk atas masalah yang dihadapi. Kandungan makna bait ini memang sangat pas dengan adegan tersebut.

Bait ini menggambarkan keadaan orang yang mendapat pencerahan melalui muhasabah dalam uzlah, ketika menyepi, mengasingkan diri. Bahwa datangnya pencerahan masuk ke dalam hati di waktu antara tidur dan jaga, sekelebat seolah melesatnya mimpi.

Selengkapnya bait ke-13 adalah sebagai berikut:

Tan samar pamoring suksma,

Sinuksmaya winahya ing ngasepi,

Sinimpen telenging kalbu,

Pambukaning warana,

Tarlen saking liyep layaping aluyup,

Pindha pesating sumpena,

Sumusuping rasa jati.


Terjemahan tekstual dalam Bahasa Indonesia:

Tak ragu memancarnya citra Suksma (Ilahi),

Meresapnya didapatkan di waktu sepi,

Tersimpan di dalam hati,

Sebagai pembuka tirai,

Antara keadaan jaga dan tidur,

Seperti kilatan mimpi,

Merasuknya rasa sejati.


Marilah kita kupas satu persatu setiap kata agar mendapat makna sesungguhnya dari bait ke-13 ini. Muatan yang dikandung memang agak berat temanya. Saya sampai memerlukan waktu berjam-jam untuk memilih kata-kata, agar dapat menyampaikan kepada Anda secara jelas.

Gatra 1,2: Tan samar pamoring suksma, sinuksmaya winahya ing ngasepi.

Tan (tak) samar (keraguan) pamoring (memancar) Suksma (ruh, yang dimaksud adalah wahyu Ilahi), sinuksmaya (meresap kedalam) winahya (didapatkan) ing ngasepi (ketika sepi).

Kata pamor lazim dipakai untuk menyebut corak kilau keris yang keluar ketika ditempa dalam pembuatan. Corak itu keputih-putihan di antara warna keris yang hitam. Maka kata pamor lebih pas diterjemahkan menjadi pancaran, karena kesan pamor pada keris adalah memancarkan kilau. Suksma di sini sesuai konteks bisa diartikan Suksma (pakai S besar), artinya ruh atau Citra Ilahi. Sedangkan winahya berarti kawedhar, atau tampak atau sudah muncul, sudah didapatkan. Sehingga gatra tersebut dapat diartikan, tak ada keraguan memancarnya citra Ilahi, meresapnya dalam hati didapatkan ketika sepi.

Secara sederhana bisa dikatakan bahwa seringkali kita menyepi, sengaja mengasingkan diri agar mendapat petunjuk. Misalnya pada saat-saat malam ketika sepi dengan shalat malam, bermuhasabah, mengadu kepada Allah. Di waktu-waktu tersebut kadang kita mendapat pencerahan sehingga mendapatkan ilmu baru. Saya sebut pencerahan karena tiba-tiba kita menjadi cerah, seperti kena sinar yang memancar (pamor).

Gatra 3,4: Sinimpen telenging kalbu, pambukaning warana.

Sinimpen (tersimpan) telenging (pusat, di dalam) kalbu (hati), pambukaning (sebagai pembuka) warana (tirai).

Pencerahan, ilham atau inspirasi yang kita dapatkan tadi tiba-tiba tersimpan dalam hati, menjadi pembuka bagi segala keruwetan yang menimpa, solusi bagi permasalahan yang ada. Jadi sifatnya bisa tiba-tiba, mak bedunduk ada dalam pikiran kita, oh begini! Pernah kan ngalami yang begitu?

Gatra 5,6: Tarlen saking liyep layaping aluyup, pindha pesating sumpena.

Tarlen (tak lain) saking liyep(tidur ayam) layaping (keadaan orang setengah ingat setengah tidak) aluyup (ngantuk), pindha (seperti) pesating (melesatnya) sumpena (mimpi).

Pencerahan tadi datang ke dalam hati ketika kita justru sedang tidak konsentrasi masalah yang ada, ibaratnya seperti orang yang setengah jaga setengah tidur, tiba-tiba terilhami akan sesuatu. Terbersit dalam hati seperti kilatan mimpi, sekejab saja. Plass! Dan tiba-tiba kita telah mendapat solusi atas masalah kita. Saya yakin Anda semua pernah mengalami seperti ini.

Gatra 7: Sumusuping rasa jati.

Sumusuping (merasuk) rasa (rasa) jati (sejati). Bagi yang sudah terbiasa melakukan uzlah untuk bermuhasabah, bermujahadah, datangnya pencerahan bisa berulang sehingga merasuklah ke dalam hati ilmu rasa sejati.

Demikian kajian kita tentang bait ke-13 ini. Memang ini tema yang agak berat sehingga memerlukan konsentrasi tinggi. Saya pun menyadari penjelasan saya jauh dari sempurna, mengingat ilmu saya juga jauh dari penggubah bait ini. Namun saya harap ada sedikit kebenaran yang tersampaikan. Jika banyak kekurangan itu sungguh-sungguh karena kebodohan saya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/07/kajian-wedatama-13-sumusuping-rasa-jati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...