Translate

Minggu, 18 Agustus 2024

Kajian Wedatama (57): Nugraha Ageming Keprabon

 Pada atau bait ke-57, Pupuh Gambuh, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Nanging ta paksa tutur,

Rehne tuwa tuwase mung catur,

Bok lumuntur lantaraning reh utami,

Sing sapa temen tinemu,

Nugraha geming keprabon.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Tetapi memaksa diri memberi petuah,

Karena sebagai orang tuwa bisanya hanya berpetuah,

Siapa tahu dapat menurun melalui segala kebaikan,

Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan,

Anugrah untuk orang pilihan .



Kajian per kata:

Nanging (tetapi) ta paksa (memaksakan) tutur (memberi petuah). Tetapi memaksa diri memberi petuah.

Bait ini ada hubungannya dengan bait sebelumnya yang menyatakan bahwa apa yang beliu ajarkan tidak mungkin diterapkan oleh semua orang karena perbedaan keadaan masing-masing. Meski demikian beliau memaksakan diri untuk memberi petuah sebagai bagian dari tugas kemanusiaan, menyampaikan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Asalkan dalam penyampaian itu -dan ini dicontohkan oleh beliau- tidak serta merta dengan kesombongan seolah-olah yang disampaikan itulah yang benar sendiri.

Rehne (karena) tuwa (orang tua) tuwase (bisanya, mampunya) mung (hanya ) catur (berpetuah). Karena sebagai orang tuwa bisanya hanya berpetuah.

Orang tua bisanya hanya memberi petuah, atas dasar pengalaman hidup yang telah dilalui. Walau pengalaman orang juga tidak sama, dan karena itu tak bisa ditiru oleh orang lain secara persis, tetapi tidaklah mengapa. Mungkin ada saripati, semangat dan tekad kuat yang bisa menjadi inspirasi bagi anak muda di kemudian hari.

Bok (siapa tahu) lumuntur (menurun) lantaraning (melalui) reh (segala) utami (kebaikan).

Saripati dan semangat itulah yang diharapkan lumuntur, menurun bersama tauladan utama yang telah mereka berikan. Lumuntur di sini diambil dari kata luntur. Kalau kita punya kain berwarna dan dicuci bersama kain lainnya, semisal kain putih, kadang-kadang warna itu luntur dan mengenai kain putih tersebut. Maka kain putih tadi menjadi berwarna serupa dengan kain yang luntur meski gradasi warnanya tak bisa menyamai. Nah seperti itulah kira-kira yang dimaksud oleh sang penggubah Wedatama ini, ora ketang sethithik (walau hanya sedikit) kebaikan itu bisa lumuntur (menurun) melalui tauladan yang diberikan kepada anak cucu.

Sing (yang) sapa (siapaun) temen (bersungguh-sungguh) tinemu (akan menemukan). Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan.

Barang siapa yang bersungguh-sungguh berusaha menggali tauladan tersebut niscaya akan menemukan kebaikan bagi dirinya sendiri. sebenarnya kita kaum mutaakhirin sangat beruntung mendapat banyak contoh dari para generasi yang terdahulu, oleh karena itu tugas kita hanya bersungguh-sungguh menggali saripati kebaikan moral dari perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu tersebut.

Nugraha (anugrah) geming (pakaian) keprabon (raja, orang pilihan). Anugrah untuk orang pilihan.

Bagi yang berusaha sungguh-sungguh akan menemukan nugraha (anugrah). Nugraha adalah pemberian Allah yang diberikan kepada manusia karena telah berhasil meningkatkan kemampuan dirinya. Jadi bukanlah pemberian yang asal-asalan, tetapi dengan memperhatikan usaha dan capaian si penerima.

Geming dari kata ageming yang artinya pakaian. Dalam bahasa Jawa memang ada kebiasaan menghilangkan satu dua suku kata dari kata yang sudah umum dipakai sehari-hari. Hal ini karena bentuk serat Wedatama ini adalah tembang Macapat yang terikat dengan guru wilangan, banyak suku kata dalam satu gatra (baris). Sehingga demi memenuhi metrum tembang, kadang satu suku kata harus dihilangkan tanpa mengurangi maknanya.

Kata ageming di sini pernah keluar di bait pertama dalam bentuk kalimat agama ageming aji. Kali ini muncul lagi dalam format geming keprabon, yang kurang lebih artinya sama yakni kaum pilihan. Kata prabu berarti raja, tetapi kadang dipakai untuk merujuk sesuatu yang lain yang berkaitan dengan pangkat atau maqom tertentu. Keprabon juga sering dipakai untuk menyebut peninggalan leluhur yang berharga, misal pada kata: anak lanang sing bakal nglungsur keprabon (anak lelaki yang mewarisi posisi orang tuanya).

Dari uraian di atas dapat dimaknai arti gatra terakhir sebagai anugrah yang biasa diberikan kepada orang-orang pilihan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/08/24/kajian-wedatama-57-nugraha-ageming-keprabon/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...