Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Kalatidha (3): Ketaman Ing Reh Wirangi

 Bait ke-3, tembang Sinom dari serat Kalatidha karya pujangga agung Ranggawarsita:

Katetangi tangisira,

Sira sang paramengkawi,

Kawileting tyas duhkita,

ketaman ing rehwirangi,

Dening upaya sandi,

Sumaruna anarawung,

Mangimur manuhara,

Met pamrihmelik pakolih,

Temah suka ing karsa tanpa weweka.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Tumpahlah tangis (kesedihan)-nya,

engkau sang pujangga

Terbelit hati oleh rasa sedih,

tertimpa rasa malu.

Oleh perbuatan tersembunyi,

yang menyertai dalam pergaulan,

menyamar dengan berkata manis.

Yang sebenarnya mencari pamrih berharap keuntungan,

sehingga membuat suka dalam harapan tanpa kewaspadaan.


 Kajian per kata:

Katetangi (tertumpahlah) tangisira (tangismu), sira (engkau)  sang (sang) paramengkawi (ahli bahasa, pujangga). Tumpahlah tangis (kesedihan)-nya, engkau sang pujangga.

Tumpahlah kesedihan sang pujangga. Katetangi tangisira di sini berarti bangkitlah tangismu. Menunjukkan adanya kesadaran yang tiba-tiba menyeruak dan menjadi penyesalan. Paramengkawi, dibentuk dari kata parama ing kawi, artinya adalah ahli dalam bahasa Kawi, yang dimaksud adalah diri sang pujangga Ranggawarsita sendiri. Jadi bait ini sedang menceritakan pergolakan hati Ranggawarsita sendiri.

Kawileting (terbelit) tyas (hati) duhkita (brsedih), ketaman (tertimpa) ing reh (dalam hal) wirangi (memalukan). Terbelit hati oleh rasa sedih, tertimpa rasa malu.

Kawilet dari kata wilet artinya tali, maksudnya kesedihannya begitu membelit, sangat sedih. Selain sedih juga merasa malu, jadi kesedihannya menjadi berlipat ganda.

Dening (oleh) upaya (perbuatan) sandi (sembunyi), sumaruna (pergaulan) anarawung (bersamaan), mangimur (menyamar) manuhara (berkata manis). Oleh perbuatan tersembunyi, yang menyertai dalam pergaulan, menyamar dengan berkata manis.

Apalagi jika kesedihan itu akibat perbuatan orang lain. Upaya sandi disini adalah perbuatan yang ditujukan kepada beliau dengan sembunyi-sembunyi atau operasi senyap. Yang dilakukan oleh seorang yang sudah dikenal dalam pergaulan, bahkan mungkin bukan orang asing lagi. Orang itu menyamar atau berpura-pura (mangimur) dengan berkata-kata manis (manuhara).

Met (mencari) pamrih (pamrih)melik (berharap) pakolih (keuntungan), temah (hingga) suka (suka) ing (dalam) karsa (hati) tanpa (tanpa) weweka (kewaspadaan). Yang sebenarnya mencari pamrih berharap keuntungan, sehingga membuat suka dalam harapan tanpa kewaspadaan.

Padahal sebenarnya orang itu menyembunyikan pamrih, berharap keuntungan. Kata-kata manisnya membuat senang hati dan membangkitkan harapan (karsa) sang pujangga sehingga hilanglah kewaspadaan (weweka).

Kesedihan sang pujangga tidak berhenti di bait ini, namun beliau adalah manusia yang sudah mumpuni dalam reh kasudarman, sehingga hal ini tidak menjadikan kesedihan yang berlarut-larut. Bagaimana sang pujangga mengatasi perasaan sedih di hatinya? Nantikan dalam bait-bait berikutnya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/10/04/kajian-kalatidha-3-ketaman-ing-reh-wirangi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...