Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (90): Kadya Lumampah Ing Margi Gawat

Bait ke-90, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Umpama wong lumaku,

marga gawat den liwati.

Lamun kurang ing pangarah,

sayekti karendhet ing ri.

Apese kasandhung padhas,

babak bundhas anemahi


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Perumpamaannya adalah orang yang sedang berjalan,

di jalan yang berbahaya.

Jika kurang perhitungan,

bisa terganggu oleh semak berduri.

Kalau sial bisa terantuk batu cadas,

sehingga babak belur yang dirasa.


Kajian per kata:

Umpama (perumpamaannya) wong (orang) lumaku (berjalan), marga (jalan) gawat (bahaya) den (di) liwati (lewati). Perumpamaannya adalah orang yang sedang berjalan, di jalan yang berbahaya.

Perumpamaan ini mengambil seting di jaman dahulu ketika belum tersedia alat transport seperti jaman sekarang. Jalanan juga masih berupa jalan setapak yang belum diperkeras aspal. Jadi jalan yang berbahaya yang dimaksud adalah jalanan yang jarang dilewati orang sehingga penuh semak belukar dan bebatuan.

Lamun (jika) kurang (kurang) ing pangarah (perhitungan), sayekti (bisa-bisa) karendhet  (terganggu) ing (oleh)  ri (duri). Jika kurang perhitungan , bisa terganggu oleh semak berduri.

Pangarah yang dimaksud adalah perkiraan dalam berjalan, kira-kira ada lobang atau tidak, kira-kira banyak duri atau tidak. Ini perlu perhitungan dan kehati-hatian. Jika salah perhitungan, akan terkena duri-duri di sepanjang jalan. Karendhet adalah keadaan berjalannya menjadi sulit dan lama karena harus menyingkirkan penghalang, perjalanannya menjadi kurang lancar.

Apese (kalau sial) kasandhung (terantuk) padhas (batu cadas), babak bundhas (babak belur) anemahi (yang dirasa). Kalau sial bisa terantuk batu cadas, sehingga babak belur yang dirasa.

Keadaan terkena duri di atas masih mendingan, kalau sial bisa mendapat halangan yang lebih besar lagi. Bisa-bisa terantuk bebatuan, terjatuh dan babak belur. Kasandhung adalah kaki menendang secara tak sengaja batu atau penghalang apapun di jalan. Babak bundhas adalah keadaan lecet-lecet di sekujur badan, jadi lecetnya amat banyal. Padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah babak belur, meski kedua kata itu mempunyai perbedaan yang tipis. Dalam bahasa Jawa babak belur sering dipakai untuk menyebut kondisi luka akibat dihajar orang atau berkelahi, sedangkan kata babak bundhas dipakai untuk menyebut banyak luka karena jatuh.

Apa yang disampaikan dalam bait ini adalah perumpamaan orang yang dalam hidupnya akan mengalami banyak rintangan disebabkan karena kurang hati-hati ketika masih muda, yakni suka melakukan perbuatan kotor seperti yang disebut dalam bait yang lalu. Orang seperti ini dalam perjalanan hidupnya akan sering mendapat halangan walau hanya kecil. Akibat perbuatan kotornya di masa lalu akan menjadi duri-duri dalam hidupnya., menjadi rerendhet yang membuat laju hidupnya menjadi lambat. Bahkan jika perbuatan kotornya juga besar maka seolah menjadi batu sandungan yang membuatnya terjatuh dan luka.

Oleh karena itu hendaklah setiap orang menjaga dirinya dari perbuatan tak baik, agar kelak perjalanan hidupnya menjadi lancar. Syukur-syukur bisa memperbanyak amal kebajikan, kelak pun juga akan banyak yang menolong jika dalam kesulitan. Itulah hukum alam yang berlaku, sunatullah yang mesti kita yakini dan kita pegangi sebagai pedoman hidup.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/26/kajian-wedatama-90-kadya-lumampah-ing-margi-gawat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...