Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Babad Prayud (10): Wiratmeja Kalah di Madiun, Tapi Kembali Menyerang Blora

Ki Tumenggung Jayanagara menombak seorang mantri musuh yang berada di depan. Seorang mantri tewas seketika. Jayanagara makin merangsek maju. Ki Mangkuyuda segera memerintahkan para bupati mancanegara untuk menyusul maju.

“Hai para bupati mancanegara, segera susul Jayanagara. Jangan sampai di tewas. Andai dia tewas bagaimana amarah Sang Raja  nanti. Bisa-bisa ditumpas seluruh anak cucumu,” kata Ki Mangkuyuda.

Para bupati mancanegara segera memacu kuda menyusul Jayanagara. Sayap kiri musuh diterang dengan berani. Para bupati mengamuk seperti raksasa lapar. Pasukan Tumenggung Gandhuwaur berantakan, banyak yang tewas oleh amukan para bupati mancanegara Tumenggung Jagaraga pasukannya hancur oleh amukan Jayanagara. Seorang prajurit Sarageni kena tombak Jayanagara, seorang lagi berhasil dilukai.

Si prajurit yang terluka berteriak minta ampun, “Saya Anggatruna Kyai, pembantu Anda sendiri.”

Pasukan di belakang Jayanagara yang menyusul sudah bertarung dengan musuh. Saling tombak antara mereka. Bagian sayap kanan musuh sudah patah. Bagian dada sudah habis. Banyak prajurit tewas diamuk para bupati mancanegara. Raden Wiratmeja melihat pasukan kocar-kacir, seketika marah-marah. Lalu menghindar ke belakang. Para prajurit melihat tuan mereka pergi, lalu ikut-ikut ngacir. Mereka lari ke timur laut. Pasukan Surakarta terus mengejar. Musuh sudah lari dari desa Pagelaran.

Sementara itu barisan Yogya sudah berperang seharian. Musuh berhasil dipukul mundur. Bersama pasukan yang lari dari selatan, prajurit Wiratmeja lari ke arah Ngawi. Di Ngawi mereka memecah pasukan. Sebagian menuju utara menyeberang ke Jipang, dan sebagian lurus ke timur arah Pace. Pasukan yang lari ke timur dikejar prajurit Surakarta, yang lari ke utara dikejar prajurit Ki Rangga Prawiradirja. Belum bisa dipastikan Wiratmeja ikut lari ke mana.

Rangga Prawiradirja lalu bermarkas di desa Palumbon. Tumenggung Jipang Natapura diperintahkan kembali ke Jipang. Pangeran Madiun juga sudah pulang ke kota Madiun. Setelah masing-masing berhasil mengumpulkan prajurit disuruh segera bergabung ke markas Palumbon.

Raden Rangga Prawiradirkja sudah mendapat kabar kepastian posisi Raden Wiratmeja. Ternyata Wiratmeja lari ke barat. Adapun pasukan yang lari ke timur adalah orang Surabaya dan Malang yang bermaksud pulang. Pasukan dari timur kecewa karena tuan mereka tidak tangguh dalam perang. Orang seperti itu mustahil dapat menjadi pemimpin. Sedangkan menghadapi Jayanagara saja menghindar.

Raden Rangga Prawiradirja segera mengirim utusan ke Pace untuk menemui Ki Mangkuyuda. Utusan memberi tahu bahwa sekarang Raden Wiratmeja berada di Lasem, pegunungan Kendeng. Tumenggung Mangkuyuda segera membawa pasukan ke barat melewati Jipang, lalu bergabung dengan pasukan di Palumbon.

Di Palumbon terdengar kabar bahwa Pangeran Singasari bergerak dari Malang ke Kediri. Rangga dan Mangkuyuda sepakat untuk memulangkan para bupati mancanegara timur, yakni dari Pace, Kartasana, Kalangbret dan Rawa. Mereka ditugaskan untuk menjaga Kediri, Japan, Wirasaba, Sarengat, Kartasana dan Blitar. Adapun yang ikut mengejar Raden Wiratmeja adalah para bupati dari Madiun, Ponorogo, Magetan, Caruban, Jipang, Warung, Blora dan Grobogan. Setelah berbagi tugas pasukan segera berpisah.

Pasukan Raden Wiratmeja sudah terkumpul kembali. Karena didesak para prajurit, maka Raden Wiratmeja ingin sekali lagi menjajal ketangguhan pasukan Rangga dan Mangkuyuda. Bila sekali ini menang, sudah pasti akan kembali mendapat kepercayaan. Namun bila tidak berani melawan, pasti selamanya nasibnya akan seperti kijang yang menjadi buruan. Wiratmeja kembali bangkit keberaniannya dan bermaksud mengerahkan pasukan untuk menggempur Blora.

Prajurit sandi kubu Rangga Prawiradirja melapor bahwa Wiratmeja akan berangkat ke arah selatan untuk menyerang Blora. Ki Rangga segera memberi tahu Ki Mangkuyuda di barisan Surakarta. Pada malam hari Raden Rangga berangkat ke barat bersama prajurit pilihan. Ki Mangkuyuda dan Jayanagara kemudian menyusul. Wiratmeja yang berangkat pagi kedahuluan sampai di Blora. Dalam perjalanan pasukan Wiratmeja kepergok pasukan Surakarta. Panglima garis depan Surakarta, Ki Jayanagara segera menerjang barisan Wiratmeja. Ki Jayanagara kembali mengamuk, mengobrak-abrik pasukan Wiratmeja. Banyak prajurit Wiratmeja tewas. Yang masih hidup melarikan diri. Wiratmeja ikut lari. Ki Jayanagara terus mengejar, sepak terjangnya seperti raksasa mendapat daging. Tunggang langgang prajurit Wiratmeja menyelamatkan diri.

Separuh barisan Wiratmeja yang masih di belakang bertemu pasukan Ki Mangkuyuda. Pertempuran kembali pecah. Banyak prajurit Wiratmejan tertangkap. Yang melawan segera dibunuh, yang menyerah lalu diikat, yang lari terus dikejar.

Sementara itu, barisan Yogya yang berangkat lebih dulu mendengar suara pertempuran di belakang. Mereka lalu berbalik ke timur. Di jalan bertemu dengan pasukan Wiratmeja yang lari dikerjar pasukan Mangkuyuda. Pasukan Yogya menghadang dan leluasa membantai mereka. Banyak yang tewas dan tertangkap. Sisanya melarikan diri ke hutan dan jurang-jurang. Mereka membuang pakaian agar tidak dikenali sebagai prajurit.

Raden Wiratmeja pun menyamar bersama dua puluh lima prajuritnya. Mereka mengganti pakaian dan mengaku sebagai orang Yogya yang menyusul tuan mereka. Setelah lari dari medan perang mereka berhenti di desa Marawun. Pasukan Yogya dan Surakarta yang mengejar kehilangan jejak.

Pasukan Yogya-Surakarta terus mengubres hutan dan tebing-tebing jurang. Satu dua prajurit muusuh yang ditemukan ditangkap. Ki Jayanagara masih panas hatinya. Ki Jayanagara tak berhenti mengejar musuh. Siapa pun kapok kalau bertemu Jayanagara. Bahkan teman sendiri pun takut mendekat karena tombaknya terus berputar ke kiri kanan mencari mangsa. Menjelang sore pasukan Surakarta sudah berhenti mengejar, mereka beristirahat di bawah pohon sambil menunggu Ki Jayanagara.

Sore hari Ki Jayanagara memperlambat kudanya. Terlihat olehnya sepasukan yang sedang beristirahat di bawah pohon. Ki Jayanagara tenang karena ternyata teman sendiri. Ketika mendekat para mantri menyambut. Kuda Ki Jayanagara dipegang, tombaknya pun diambil seorang mantri. Tikar lalu digelar. Ki Jayanagara ambruk berbaring di atas tikar. Napasnya tersengal-sengal. Setelah tenang Ki Jayanagara kemudian duduk. Ki Mangkuyuda kemudian merangkul dan menenangkannya. Hati Jayanagara sedikit kecewa karena keinginannya mencabik-cabik Wiratmeja tak kesampaian.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/10/25/babad-prayud-10-wiratmeja-kalah-di-madiun-tapi-kembali-menyerang-blora/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...