Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Babad Prayud (5): Pasukan Raden Wiratmeja berhasil dikalahkan pasukan Surakarta

Ki Arungbinang berkata kepada utusan yang akan dikirim ke belakang, “Jangan kagetan, jangan khawatir kepadaku. Di belakang waspadalah. Musuh seperti itu hanya perlu dihadapi dengan berani. Cukup sertakan dua belas prajurit Sarageni saja. Dan juga dua belas prajurit tombak. Kalau terlalu banyak mereka tak berani menerjang. Yang lain bersembunyilah di kanan kiri jalan.”

Para prajurit segera masuk ke hutan di kiri kanan jalan. Arungbinang mengambil senjata. Dua belas prajurit Sarageni menyisir ke tepi jalan.

“Jangan menembak dari jauh, nanti kalau sudah dekat baru menembak,” pesan Arungbinang.

Sementara itu pasukan Wiratmeja melihat musuh yang datang hanya sedikit, segera menerjang. Arungbinang menahan dengan berani. Terlihat Raden Wiratmeja di antara prajurit musuh. Pakaiannya hijau dengan tutup kepala beludru berenda.

Arungbinang menunjuk dan berseru, “Guntur, mendekatlah ke sini. Sungguh tak tahu diri engkau membangkang kepada dua raja. Kalau engkau sanggup menahan senjataku, baru engaku pantas berdiri menjadi raja.”

Arungbinang dan prajurit Sarageni membidik prajurit berkuda di sebelah kiri Guntur. Enam orang terkena tembakan, empat orang tewas. Arungbinang menyuruh prajuritnya berganti senapan, lalu menembak lagi. Gugup prajurit Raden Guntur. Mereka menembak tapi meleset, tapi setiap ditembak sekali kena. Arungbinang menembak lagi. Banyak tepat mengenai sasaran. Prajurit musuh bertumbangan. Mereka menjadi ciut dan bersiap mundur. Arungbinang segera memberi tanda agar prajurit yang bersembunyi keluar untuk mengejar musuh. Pasukan di belakang pun segera disuruh maju.

Arungbinang tak mampu menahan sakit lagi. Tikar lalu digelar. Arungbinang membaringkan tubuhnya. Jayanagara sudah sampai di depan, langsung turun dari kuda. Jayanegara mengira sang kakak terluka, lalau segera mendekat dan memeluk.

Arungbinang berkata, “Dinda, saya tak luka, hanya kepayahan. Segera kejar si Wiratmeja. Dia memakai pakaian hijau. Engkau jangan segan-segan menangkapnya.”

Jayanegara segera naik ke atas kuda. Bersama pasukan mantri Bumi segera mengejar Wiratmeja. Sayap pasukan musuh sudah koyak, banyak yang terkena tembakan dan banyak pula yang tertangkap. Yang lari mentok gunung dan tak lagi bisa bergerak. Tapi Wirameja tak tertangkap. Prajurit sandi keliru mengenali. Wiratmeja sudah lari ke timur dengan menyamar sebagai mantri. Hanya ditemani tujuh prajurit, Wiratmeja menuju Kebulengkir, masuk tanah Surabaya. Di situ dia menyamar sebagai pengemis. Tiga hari menginap di Ampeldenta pun tak ketahuan.

Sementara itu para prajurit yang mengejar kebingungan melacak jejak Wiratmeja. Ranadipura yang memimpin pengejaran menjadi tidak enak hati. Lalu orang pesisir menggantikan mengejar Wiratmeja. Pasukan dari Surakarta dan Yogya hanya berjaga. Selama beberapa saat tetap seperti itu. Raden Guntur tak ditemukan. Lalu ada orang berbisik kepada Ki Arungbinang bahwa Ranadipura hatinya mencurigakan. Tampaknya tidak sungguh-sungguh mencari. Banyak bisik-bisik mengatakan ada hubungan rahasia antara Ranadipura dan Raden Guntur Wiratmeja. Ranadipura ketempatan ibu Raden Guntur. Lalu disembunyikan dan sekarang dipulangkan ke Jagaraga, diakui sebagai selirnya.

Para bupati yang berada di medan perang lalu mengirim surat dua buah. Satu untuk Sang Raja Surakarta, satu lagi untuk Pangeran Mangkunagara. Utusan yang ditunjuk sudah berangkat. Sesampai di Surakarta surat diserahkan kepada Sang Raja dan Pangeran Mangkunagara. Surat yang diserahkan kepada Sang Raja membuat Sang Raja kerepotan hatinya. Sang Raja sangat menyukai Ranadipura, yang dulu bekas bupati Kangjeng Sultan. Walau asalnya dari desa tetapi tampan dan cekatan seperti Raden Setyaki. Punya jenggot sejak perjaka dan penampilannya gagah. Sang Raja bermaksud memanggilnya nanti secara pribadi.

Sementara itu para bupati pesisir sepakat menyimpulkan kalau ulah Candrakusuma pasti atas dukungan Raden Suwandi. Candrakusuma adalah sepupu Bupati Grobogan Raden Suryanagara Suwandi. Sultan sangat mengasihi Raden Suwandi, maka kesalahan Tumenggung Candrakusuma takkan dilihat. Para bupati lalu mengadukan hal ini melalui surat kepada Pangeran Arya Jayakusuma sebagai panglima perang dari Yogya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/07/22/babad-prayud-5-pasukan-raden-wiratmeja-berhasil-dikalahkan-pasukan-surakarta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...