Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Kalatidha (10): 4 Cagaking Ngaurip

 Bait ke-10, tembang Sinom dari serat Kalatidha karya pujangga agung Ranggawarsita:

Sakadare linakonan,

Mung tumindak mara ati,

Angger tan dadi prakara,

Karana riwayat muni,

Ikhtiyar iku yekti,

Pamilihing reh rahayu,

Sinambi budidaya,

Kanthi awas lawan eling,

Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Sekedarnya dilakukan,

hanya berbuat yang menyenangkan hati,

asal tidak menjadi masalah.

Karena ada riwayat mengatakan,

ikhtiyar itu harus dilakukan,

untuk memilih hal yang lebih baik.

Sambil berusaha,

dengan tetap waspada dan ingat.

Disertai doa semoga mendapat anugrah dari Allah.


 Kajian per kata:

Sakadare (sekedarnya) linakonan (dilakukan), mung (hanya) tumindak (berbuat) mara ati (menyenangkan hati),  angger (asal) tan (tidak) dadi (menjadi) prakara (masalah). Sekedarnya dilakukan, hanya berbuat yang menyenangkan hati, asal tidak menjadi masalah

Bait masih melanjutkan bahasan bait sebelumnya tentang orang yang sudah kuat kepasrahannya kepada Allah. Mereka walau seringkali mendapat kemudahan dan pertolongan Allah tetapi tidak bersikap mentang-mentang. Dalam arti tidak mentang-mentang dekat dengan Allah yang ditunjukkan dengan seringnya mereka beribadah secara kusyu’ dan khusus, sehingga mereka kemudian mengadalkan pertolongan itu semata-mata.

Tidak, merek tetap melakukan berusaha sebagaimana manusia yang lain. Hanya saja semua itu dilakukan dengan sekadarnya, tidak dengan hati yang penuh ambisi atau hasrat yang kuat. Mereka selalu menjaga agar dapat berusaha dengan hati senang, dan tidak membuat masalah dengan sesama. Wong cuma sekedar mancari makan saja kok sikut-sikutan, kira-kira begitulah.

Karana (karena)  riwayat (ada riwayat) muni (mengatakan), ikhtiyar (iktiyar) iku (itu) yekti (harus dilakukan), pamilihing (memilih) reh (hal) rahayu (yang lebih baik).  Karena ada riwayat mengatakan, iktiyar itu harus dilakukan, untuk memilih hal yang lebih baik.

Hal itu karena ada riwayat yang mengatakan bahwa ikhtiyar itu wajib bagi manusia. Riwayat di sini yang dimaksud adalah hadits Nabi, namun beliau tidak menyebutkan periwayat dan sanadnya. Sedangkan yang dimaksud ikhtiyar sesuai dengan pengertian dalam budaya Jawa adalah berusaha untuk memilih kehidupan yang lebih baik. Ini sesuai dengan maksud yang tersurat dalam bait ini, pamilihing reh rahayu, memilih keadaan yang lebih baik.

Sinambi (sambil) budidaya (berusaha), kanthi (dengan) awas (waspada) lawan (dan) eling (ingat). Kanti (disertai) kaesthi (memikirkan, berdoa) antuka (semoga mendapat) parmaning (anugrah dari) Suksma (Allah). Sambil berusaha, dengan tetap waspada dan ingat, disertai doa semoga mendapat anugrah dari Allah.

Di sini muncul lagi dua kata kunci yang sudah kita bahas dalam bait yang lalu, yakni eling (ingat) dan waspada. Kita ulangi lagi penjelasannya agar semakin hapal. Ingat berarti mengingat diri sendiri, menjaga diri dari keinginan hati yang melampaui batas, jadi ingat lebih ditujukan ke dalam. Waspada lebih ditujukan ke luar dalam menghadapi berbagai godaan dan halangan yang muncul.

Maka yang harus selalu diingat di sini adalah: sambil berusaha dengan tetap waspada dan eling, disertai doa semoga mendapat anugrah dari Allah. Inilah 4 pilar orang hidup: budidaya, awas , eling dan berdoa. Empat hal itu jika dilakukan bersama-sama disebut dengan ikhtiyar.

Semoga dengan 4 pilar kehidupan tadi hidup kita akan tegak dan tidak timpang.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/10/05/kajian-kalatidha-10-4-cagaking-ngaurip/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...