Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Kalatidha (6): Mupus Pepesthening Takdir

 Bait ke-6, tembang Sinom dari serat Kalatidha karya pujangga agung Ranggawarsita:

Keni kinarta darsana,

Panglimbang ala lan becik,

Sayekti akeh kewala,

Lelakon kangdadi tamsil,

Masalahing ngaurip,

Wahaninira tinemu,

Temahan anarima,

Mupus pepesthening takdir

Puluh-Puluh anglakoni kaelokan.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Bisa dipakai sebagai teladan,

perbandingan antara yang buruk dan yang baik.

Sesungguhnya banyak sekali,

kejadian yang menjadi tamsil,

masalah kehidupan.

(Dengan begitu) makna kehidupan ditemukan,

sehingga bisa menerima (keadaan).

Menerima segala keadaan yang sudah ditetapkan takdir,

bagaimanapun sedang menjalani kejadian yang aneh.


Kajian per kata:

Keni (bisa) kinarya (dipakai) darsana (contoh tauladan), panglimbang (perbandingan) ala (buruk) lan (dan) becik (baik). Bisa dipakai sebagai teladan, perbandingan antara yang buruk dan yang baik.

Bait ini masih melanjutkan bait sebelumnya tentang rencana sang pujangga yang akan merangkai cerita kuna. hal ini beliau lakukan sebagai upaya beliau untuk tetap memberi sumbangan pada kehidupan masyarakat, meski beliau tidak jadi menempati kedudukan yang diharapkan.

Dalam cerita-cerita tentang kehidupan jaman dahulu ada banyak kisah yang bisa dipakai sebagai teladan, sebagai bahan perbandingan antara yang baik dan yang buruk.


Sayekti (sesungguhnya) akeh (banyak) kewala (sekali), lelakon (kejadian) kang (yang) dadi (menjadi)  tamsil (teladan baik, perumpamaan,perbandingan), masalahing (masalah) ngaurip (kehidupan). Sesungguhnya banyak sekali, kejadian yang menjadi tamsil, masalah kehidupan.

Kisah-kisah lama banyak memuat ajaran tentang budi pekerti, nasihat tentang kehidupan, tamsil atau perumpamaan kehidupan yang dapat kita tiru, dan hal-hal lain yang berguna dalam praktik kehidupan sehari-hari. Hal ini beliau lakukan dengan menulis serat Pustaka Raja Purwa yang berisi tentang sejarah pewayangan. Beliau juga menulis serat Kridhamaya, berisi tentang nasihat kehidupan yang dibingkai dalam sebuah percakapan antara guru dan murid.

Wahaninira (makna hidupnya) tinemu (ditemukan) , temahan (sehingga) anarima (bisa menerima). (Dengan begitu) makna kehidupan ditemukan, sehingga bisa menerima (keadaan).

Beliau berharap dari kisah-kisah lama yang beliau dituliskan dapat digali dari makna hidup masing-masing orang, sehingga bisa menerima keadaan apapun yang menimpanya.

Mupus (menerima segala keadaan) pepesthening (yang sudah ditetapkan) takdir (oleh takdir), puluh–puluh (bagaimanapun juga) anglakoni (menjalani) kaelokan (kejadian aneh). Menerima segala keadaan yang sudah ditetapkan takdir, bagaimanapun sedang menjalani kejadian yang aneh.

Mupus adalah salah satu bentuk akhlakul karimah bagi orang jawa, yang artinya rela menerima segala keadaan atau kejadian yang dibawah harapannya. Mupus ini biasanya disertai rasa syukur walau yang diharapkan tidak tercapai tetapi sudah mampu melangkah sejauh ini. Misalnya seseorang yang bersemangat menempuh pendidikan. Setelah bersusah payah dan berusaha dengan segala cara yang ada dia gagal diterima di program S3. Tentu itu sangat mengecewakannya, membuatnya tak habis pikir. Tetapi setelah merenungkan kembali dia kemudian mupus, mengubur impiannya untuk melanjutkan sekolah dan merasa bahwa apa yang telah diraihnya sudah merupakan karunia yang besar.

Dalam bait ini sang pujangga melakukan hal serupa. Beliau mupus, mengubur impiannya menjadi seorang pemuka (mungkin yang ingin diraihnya pangkat tumenggung), dan bersyukur atas apa yang diterimanya saat ini. Bagaimanapun (puluh-puluh) beliau sudah melalui banyak kejadian yang berat (elok-elok) tapi masih mampu meraih jabatannya sekarang ini.

Demikian pergolakan batin sang pujangga Ranggawarsita, yang beliau bagi untuk kita sebagai pelajaran. Wallau a’lam.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/10/05/kajian-kalatidha-6-mupus-pepesthening-takdir/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...