Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Kalatidha (7): Luwih Begja Kang Eling Waspada

 Bait ke-7, tembang Sinom dari serat Kalatidha karya pujangga agung Ranggawarsita:

Amenangi jaman edan,

Ewuh aya ing pambudi,

Milu edan nora tahan,

Yen tan miluanglakoni,

Boya kaduman melik,

Kaliren wekasanipun,

Ndilalah karsa Allah,

Begjabegjanekang lali,

Luwih begja kang eling lawan waspada.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Hidup di jaman gila,

serba sulit dan repot dalam bertindak.

Ikut gila tidak tahan,

kalau tidak ikut melakukan,

tidak kebagian pendapatan,

kelaparan akhirnya.

Namun sudah menjadi kehendak Allah,

sebahagia-bahagianya orang yang lupa diri,

masih lebih bahagia yang ingat dan waspada.


Kajian per kata:

Amenangi (menyaksikan, hidup di) jaman (jaman) edan (gila), ewuh (repot) aya (sulit) ing (dalam) pambudi (bertindak, berusaha). Hidup di jaman gila, serba sulit dan repot dalam bertindak.

Kata amenangi sering diartika sempat hidup dan mengalami, misalnya pada kalimat: amenangi jaman panjajahan Walanda, masih hidup dan menyaksikan jaman penjajahan Belanda. Dalam kalimat di atas bermakna bahwa beliau hidup dan mengalami sendiri jaman edan itu. Dan merasakan seulit dan repotnya hidup tersebut.

Milu (ikut) edan (gila) nora (tidak) tahan (tahan), yen (kalau) tan (tidak) milu (ikut) anglakoni (melakukan), boya(tidak) kaduman (kebagian) melik (pendapatan), kaliren (kelaparan) wekasanipun (akhirnya). Ikut gila tidak tahan, kalau tidak ikut melakukan, tidak kebagian pendapatan, kelaparan akhirnya.

Dalam bait sebelumnya pernah disinggung tentang di jaman penuh petaka wong hambeg jatmika kontit, di jaman penuh petaka orang yang berbudi halus tersingkir. Nah inilah yang terjadi ketika dunia sudah penuh dengan penyimpangan. Orang-orang yang berbudi halus tidak tahan kalau mau ikut-ikutan gila. Tak sampai hati kalau harus rebutan periuk nasi, merasa malu kalau harus rebutan kursi. Merasa tak pantas kalau berebut jabatan dengan menyikut orang lain. Tak tega kalau demi mendapat proyek harus menyingkirkan teman. Akibatnya seringkali lebih suka mundur dan mengalah, dengan resiko pendapatannya atau peruntungannya berkurang.

Jaman edan memang tidak berpihak kepada orang baik-baik. Orang yang tekun mengabdi disingkirkan, yang banyak bacot dijunjung tinggi. Asal bisa njeplak banyak pengikutnya, tentu saja sesama orang sakit hati yang sama gilanya.

Ndilalah (namun sudah menjadi) karsa (kehendak) Allah (Allah), begja begjane (sebahagia-bahagianya) kang (yang) lali (lupa diri), luwih (masih lebih) begja (bahagia) kang (yang) eling (ingat) lawan (dan) waspada (waspada). Namun sudah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lupa diri, masih lebih bahagia yang ingat dan waspada.

Kata ndilalah sebenarnya bermakna kebetulan yang tidak diharapkan seperti pada kalimat, ora nggawa payung ndilalah udan, tidak membawa payung tiba-tiba hujan. Agaknya kata ini dipakai sebagai ungkapan bahwa mereka yang berperilaku gila itu boleh merencanakan ini dan itu, berbuat sesk mereka namun yang terjadi tetaplah kehendak Allah yang tidak mereka duga ata rencanakan.

Walau orang-orang yang berlaku gila dalam hidupnya itu tampak bahagia dan hidup enak, tetapi belum tentu seperti yang terlihat. Mungkin kelak tiba-tiba masuk bui karena terbongkar kejahatannya. Mungkin suatu saat terkena banyak penyakit karena gaya hidupnya. Karena sesungguhnya manusia hanya dapat menilai orang lain dari penampilan luarnya saja, sedangkan yang ada didalam kehidupannya kita tidak tahu.

Namun orang-orang yang tetap ingat dan waspada akan lebih bahagia. Hidupnya lebih terarah dan teratur. Keinginannya sederhana sesuai kemampuannya dan gaya hidupnya pun sewajarnya. Tidak ada keinginan yang menyiksa hati siang dan malam, karena orang seperti ini sudah pasrah dengan apa yang diterimanya.

Di sini ada dua kata kunci, yakni eling (ingat) dan waspada. Artinya sudah sering kami uraikan dalam kajian sastra klasik ini. Ingat berarti mengingat diri sendiri, menjaga diri dari keinginan hati yang melampuai batas, jadi eling lebih ditujukan ke dalam. Waspada lebih ditujukan ke luar dalam menghadapi berbagai godaan dan halangan yang muncul.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/10/05/kajian-kalatidha-7-luwih-begja-kang-eling-waspada/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...