Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (100): Aywa Tuna Ing Tumitah

 Bait ke-100, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Ananging ta kudu kudu,

Sakadarira pribadi.

Aywa tinggal tutuladan,

Lamun tan mangkono kaki,

Yekti tuna ing tumitah.

Poma kaestokna kaki


 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Tetapi harus semangat sekali,

sesuai kekutan masing-masing pribadi.

Jangan sekalipun meninggalkan teladan,

jika tak demikian anakku,

sungguh rugi dalam kehidupanmu sebagai makhluk Tuhan.

Harap patuhilah anakku!


 Kajian per kata:

Ananging ta (tetapi) kudu (harus) kudu (rajin sekali), sakadarira (sesuai kekuatan masing-masing) pribadi (pribadi). Tetapi harus semangat sekali, sesuai kekutan masing-masing pribadi.

Walau di bait ke-99, Nulad Mrih Utami, telah disebutkan bahwa mencontoh para leluhur tak harus persis sama (karena sulit menyamai mereka), namun harus diusahakan dengan sungguh-sungguh. Di gatra ini ada dua kata kudu yang bermakna berbeda. Kudu yang pertama berarti harus, kudu yang kedua adalah kumudu-kudu, melakukan sesuatu dengan semangat sekali, seolah-olah akan diselesaikan semua saat itu juga.

Jadi mencontoh para leluhur dalam hal keutamaan harus dilakukan dengan semangat sekali, namun tetap harus mengukur kadar kemampuan masing-masing. Sakadarira bukan berarti ala kadarnya, tetapi berusaha maksimal sesuai kemampuan yang telah diberikan Tuhan.

Aywa (jangan) tinggal (meninggalkan) tutuladan (teladan), lamun (jika) tan (tidak) mangkono (demikian) kaki (anakku),  yekti (benar-benar) tuna (rugi)  ing (dalam) tumitah (kehidupanmu sebagai makhluk). Jangan sekalipun meninggalkan teladan, jika tak demikian anakku, sungguh rugi dalam kehidupanmu sebagai makhluk Tuhan.

Jangan sekali-kali meninggalkan teladan. Bagaimanapun melakukan suatu kebaikan akan lebih mudah jika sudah ada contohnya. Maka sepanjang ada teladan kebaikan tak ada salahnya mengikuti. Namun terhadap hal-hal yang belum ada preseden soal itu, dalam perkara-perkara yang baru haruslah sungguh-sungguh berusaha (ijtihad) menentukan sikap yang tepat. Dan ini pekerjaan yang sulit dan memerlukan pemikiran dan ketelitian.

Poma (harap) kaestokna (patuhilah) kaki (anakku). Harap patuhilah anakku!

Poma adalah perintah yang sangat. Agar sungguh-sungguh dilakukan apa yang sudah dianjurkan dalam bait-bait serat Wedatama ini, sebagai suatu ajaran tentang kehidupan yang berisi anjuran tentang kebaikan. Walau demikian penerapannya untuk jaman kini haruslah mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Mengingat jaman telah berubah secara drastis, sistem pemerintahan juga sudah jauh berbeda, tata kehidupan masyarakat sudah bergeser dan teknologi manusia juga ibarat bumi-langit jika dibanding pada masa serat ini digubah.

Dengan selesainya kajian bait ke-100 selesai sudah secara keseluruhan kajian serat Wedatama ini. Saya selaku penyaji sangat-sangat mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang berkenan mampir ke blog ini. Semoga apa yang saya lakukan dapat memberi manfaat kepada para pembaca yang budiman. Saya sadar bahwa beberapa hal dari kajian ini masih mengandung banyak kelemahan. Kelak jikalau ada kesempatan saya akan perbaiki agar lebih sempurna.

Akhirul kalam, jika ada salah-kurangnya saya memohon untuk dibetulkan. Perlu juga kami sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika yang kami sajikan masih jauh dari harapan pembaca.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/27/kajian-wedatama-100-aywa-tuna-ing-tumitah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...