Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (93): Kawruhe Mung Ana Wuwus

 Bait ke-93, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Kawruhe mung ana wuwus,

wuwuse gumaib gaib.

Kasliring thithik tan kena,

mencereng alise gathik.

Apa pandhita antiga,

kang mangkono iku kaki.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Pengetahuannya hanya ada di perkataan,

apa yang dikatankannya pun serba tak nampak.

Disela sedikit tak mau,

melotot alisnya tumbuk.

Apakah pandhita palsu,

yang demikian itu anakku?


Kajian per kata:

Bait ini masih melanjutkan uraian tentang orang-orang yang mengaku-aku pintar sebagaimana telah dikaji sebagian dalam bait ke-92.

Kawruhe (pengetahuannya) mung (hanya) ana (ada di) wuwus (perkataan), wuwuse (apa yang dikatakannya pun) gumaib gaib (serba tak nampak). Pengetahuannya hanya ada di perkataan, apa yang dikatankannya pun serba tak nampak.

Pengetahuannya hanya ada dalam perkataan, tidak tampak tanda-tandanya dalam pengamalan sehari-hari. Itu pun yang dikatakannya tentang yang ghaib-ghaib, yang serba tak nampak, serba tak dapat diklarifikasi untuk mengetahui kebenarannya, bersifat to secret sehingga hanya dia sendiri yang mengetahui, dari orang dalam yang tak mau disebut namanya, dll.

Orang yang demikian ini pasti pernah Anda lihat bahkan di jaman kini, karena sifat manusia memang tak lekang oleh jaman. Terhadap orang seperti ini haruslah selalu waspada, berhati-hatilah sebelum mempercayainya, atau abaikan saja.

Kasliring (disela) thithik (sedikit) tan (tak) kena (mau), mencereng (melotot) alise (alisnya) gathik (tumbuk). Disela sedikit tak mau, melotot alisnya tumbuk.

Disela pembicaraannya sedikit saja tak mau, malah bersikap tak simpatik. Mencereng alise gathik, adalah ekspresi orang yang tak berkenan. Mimik ini ditandai dengan tertariknya otot pada alis, sehingga alisnya mengumpul (gathik), dahi berkerut, dan biasanya dipadu dengan mata melotot. Mimik orang yang setengah marah, atau sesaat sebelum marah. Maka hati-hatilah jangan sering berekspresi demikian, nanti dikira marah betulan lho..

Umumnya yang bersikap demikian adalah orang yang merasa pintar, atau seorang senior kepada bawahan atau petinggi kepada pegawai rendahan. Ekpresi tidak berkenan ini memang tak enak dipandang, dan bikin jengkel yang melihat. Oleh karena itu orang-orang besar yang sudah melatih diri juga jarang terlihat dalam mimik yang demikian.

Apa (apakah) pandhita (pandhita) antiga (palsu), kang (yang) mangkono (demikian) iku (itu) kaki (Nak). Apakah pandhita palsu, yang demikian itu anakku?

Kalimat di atas seperti pertanyaan, tetapi sesungguhnya adalah penegasan. Memang demikianlah orang  pintar yang palsu. Tidak mau jika ada yang menyanggah atau sekedar menyela, karena orang lain dianggap bodoh sehingga harus selalu mendengar saja.

Mengenai kata antiga dalam gatra itu kebanyakan kamus mengartikan sebagai telur. Terjemahan Anjar Any mengartikan sebagai palsu. Bausastra Jawa Poerwadarminta pada sub entri pandhita mengartikan wong kang sumuci-suci,  orang yang sok suci. Saya ambil pangertian yang dipakai Anjar Any karena lebih sesuai konteks.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/26/kajian-wedatama-93-kawruhe-mung-ana-wuwus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...