Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (94): Lakune Ngelmu Sejati

Bait ke-94, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Mangka ta kang aran laku,

lakune ngelmu sejati.

Tan dahwen pati openan,

tan panasten nora jahil.

Tan njurungi ing kadurakan,

amung eneng amrih ening.


Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Inilah yang disebut laku,

pengamalan ilmu sejati.

Yakni, tidak suka mencerca, tak suka memungut (berita buruk),

tidak nyinyir (mempovokatori) dan tidak suka mengganggu orang lain.

Tidak mendorong pada tindak kejahatan,

hanya diam agar (hati) menjadi bening.


Kajian per kata:

Mangka  ta (inilah) kang (yang) aran (disebut) laku (laku), lakune (pengamalan) ngelmu (ilmu) sejati (sejati). Inilah yang disebut laku, pengamalan ilmu sejati.

Kita sudah mempelajari tentang ilmu sejati dalam bait-bait awal serat Wedatama ini, apa dan bagaimananya ilmu sejati itu sudah kita bahas secara panjang lebar. Sekarang tinggal pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai buah dari ilmu yang baik. Karena sesungguhnya jenis pohon yang baik diketahui dari buahnya, maka ilmu sejati yang telah dipelajari tadi sudah benar jika melahirkan akhlak yang terpuji.

Tan (tidak) dahwen (suka mencerca) pati openan(suka memungut), tan panasten (kedengkian) nora jahil. Yakni, tidak suka mencerca, tak suka memungut (berita buruk), tidak nyinyir (mempovokatori) dan tidak suka mengganggu orang lain.

Dahwen adalah suka mencerca orang lain, suka mengungkap kesalahan orang lain. Pati open adalah perilaku yang rajin memungut berita tak baik yang didengar, yang seharusnya dibuang saja tetapi malah desebarkan. Panasten adalah suka nyinyir kepada orang lain, memanas-manasi, memprovokatori. Jail (jahil) adalah sifat suka mengganggu orang lain. Ini semua perbuatan buruk yang tak pantas dilakukan oleh orang yang berilmu.

Tan (tidak) njurungi (mendorong) ing (pada) kadurakan (tindak kejahatan), amung (hanya) eneng (diam) amrih (agar) ening (bening). Tidak mendorong pada tindak kejahatan, hanya diam agar (hati) menjadi bening.

Sesungguhnya jiwa manusia ibarat bejana yang penuh air lumpur. Kecenderungan, hasrat angkara, seharusnya mengendap di dasar bejana. Namun adakalanya hasrat tersebut mubal, bergejolak sehingga muncul dalam perbuatan buruk. Maka hati menjadi kotor oleh aneka perbuatan jahat yang dituruti. Jika sudah demikian hidup serasa tak berguna, lebih berharga selembar daun jati kering rasanya.

Maka orang-orang yang sudah terdidik dan berlatih mengamalkan ilmu sejati tahu apa yang harus dilakukan. Mereka mencegah perbuatan jahat muncul dalam diri, seperti mencegahnya lumpur bergolak dalam bejana di atas. Jika hati tidak terdorong oleh hasrat angkara, atau tidak mendorong orang lain dalam keangkaraan, maka perlahan kotoran hati akan mengendap dan hati menjadi besih.

Ini mirip dengan air di bejana tadi, apabila kita tenang dan tidak bergerak-gerak, lumpur akan mengendap dan air menjadi bening. Sungguh ini adalah perumpamaan yang sangat tepat dapam menggambarkan keadaan dan sifat-sifat hati.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/26/kajian-wedatama-94-lakune-ngelmu-sejati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...