Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (95): Bangkit Ajur-ajer

Bait ke-95, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Kaunanging budi luhung,

bangkit ajur ajer kaki.

Yen mangkono bakal cikal,

thukul wijiling utami.

Najan bener kawruhira,

yen ana kang nyulayani


 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Yang sudah kita kenal budi luhur itu,

membangkitkan sikap mudah berbaur, anakku.

Jika demikian akan bersemi,

tumbuh biji keutamaan.

Walau sudah benar pengetahuanmu,

kalau ada yang menyelisihi,…


Kajian per kata:

Sikap yang diperlihatkan pada bait ke-93, Kawruhe Mung Ana Wuwus, yakni, banyak bicara yang tak dimengerti orang, tak mau mendengar perkataan orang lain, marah kalau disela atau dibantah, sangat tidak lazim disandang oleh orang berilmu. Biasanya orang berilmu sikapnya sangat menyenangkan orang lain, seperti yang diuraikan di bait ini.

Kaunanging (Yang sudah kita kenal) budi (budi) luhung (luhur), bangkit (menumbuhkan) ajur ajer (sikap berbaur) kaki (anakku). Yang sudah kita kenal budi luhur itu membangkitkan sikap mudah berbaur, anakku.

Budi luhur itu membangkitkan dalam diris seseorang sikap yang gampang bergaul, menyatu dalam masyarakat, bersifat inklusif, tidak membuat komunitas sendiri tetapi berusaha untuk berbaur dengan masyarakat. Dalam budaya Jawa hal itu disebut ajur-ajer, menghancurkan ego sendiri (ajur), dan bercampur dengan yang lain (ajer) sehingga tak dapat dibedakan dengan yang lain.

Sikap ajur-ajer ini sangat penting bagi orang yang berilmu agama, karena mereka terbebani tanggung jawab untuk menddidik masyarakat. Bagaimana mungkin akan berhasil membuat masyarakat melek agama kalau dia sendiri megasingkan diri, enggan berbaur dengan yang lain.

Yen (jika) mangkono (demikian) bakal (akan) cikal (bersemi), thukul (tumbuh) wijiling (biji) utami (keutamaan). Jika demikian akan bersemi, tumbuh biji keutamaan.

Adanya orang pintar ilmu agama yang berbudi luhur dan mau bergaul dengan masyarakat akan membuat masyarakat terdidik. Mendapat contoh dan teladan yang nyata, bukan sekedar teori muluk-muluk tang tidak membumi. Dapat sewaktu-waktu bertanya tentang aneka persoalan hukum, dapat mendapat saran dan pertimbangan yang baik tanpa merasa sungkan karena yang dihadapi adalah seorang tetangga yang karib.

Keadaan yang kondusif demikian itu akan menumbuhkan bibit sikap utama (wijiling utami)  dalam masyarakat, orang menjadi terpicu dan terpacu untuk berbuat baik, berlomba-lomba dalam kebaikan. Cikal adalah kelapa yang mulai tumbuh, ditandai keluarnya tunas yang menjebol sabut, ini kiasan bagi muncul bibit keutamaan. Jika bibit keutamaan dalam masyarakat tadi membesar niscaya akan terbentuklah masyarakat yang penuh barokah dan ampunan Tuhan.

Najan (walau) bener (benar) kawruhira (pengetahuanmu), yen (kalau) ana (ada) kang (yang) nyulayani (menyelisihi). Walau sudah benar pengetahuanmu, kalau ada yang menyelisihi,…

Tetapi bagi orang yang berilmu untuk dapat membaur dalam masyarakat juga merupakan tantangan tersendiri. Walau sudah berada di jalur yang benar dan juga mengajarkan kebenaran selalu saja ada orang yang menyelisihi. Karena watak dan tabiat manusia berbeda-beda, tidak semuanya baik-baik. Ada yang menyimpan dengki, ada yang iri dan ada yang karena kepentingan tertentu ingin tampil demi mendapat pujian. Entah karena ingin populer agar menang pilkades atau sekadar demi sebuah perolehan materi.

Itu semua perlu disikapi dengan bijak oleh orang yang berbudi luhur. Sikap apakah yang tepat untuk mereka? Jawabannya ada di bait selanjutnya, karena tampaknya kalimat di atas terputus maknanya. Maka nantikan kajian berikutnya. Jangan sampai ketinggalan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/27/kajian-wedatama-95-bangkit-ajur-ajer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...