Translate

Jumat, 16 Agustus 2024

Kajian Wedatama (98): Pakoleh Budi Premati

 Bait ke-98, Pupuh Kinanthi, Serat Wedatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV:

Mangkono ingkang tinamtu,

tampa nugrahaning Widhi.

Marma ta kulup den bisa,

mbusuki ujaring janmi.

Pakoleh lair batinnya,

iyeku budi premati.


 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Demikian yang sudah menjadi ketetapan (Tuhan),

akan menerima pahala dari Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, anakku, bisa-bisalah

berlagak bodoh terhadap perkataan manusia.

Keuntungannya lahir dan batin,

yaitu tersimpan rapinya kebaikan kita.


 Kajian per kata:

Mangkono (demikianlah) ingkang (yang) tinamtu (sudah menjadi ketetapan), tampa (menerima) nugrahaning (pahala) Widhi (Yang Maha Kuasa). Demikian yang sudah menjadi ketetapan (Tuhan), akan menerima pahala dari Yang Maha Kuasa.

Yang dimaksud dalam bait ini adalah sikap pada bait ke-96, Ngenaki Tyasing Liyan, tentang orang yang enggan berselisih tentang ilmu, adu ilmu atau berdebat. Tetapi justru menyambut yang menyelisihi layaknya teman. Sikap demikian sungguh besar pahalanya karena membuat suasana menjadi baik, kondusif untuk dakwah lebih lanjut dan menghindarkan pertengkaran.

Marma (oleh karena itu) ta kulup (anakku) den bisa (bisalah), mbusuki (berlagak bodoh) ujaring (perkataan) janmi (manusia). Oleh karena itu, anakku, bisa-bisalah berlagak bodoh terhadap perkataan manusia.

Sikap ini sudah dicontohkan peneranpannya pada bait ke-96, yakni lebih baik mengalah kalau ada yang mengklaim pintar, biar dia merasa senang. Dengan begitu kepercayaan orang tersebut (yang sejatinya sudah diyakini ilmunya hanya sedikit) akan naik dan terpacu untuk berbuat baik. Ini adalah sikap bijak, bisa mengemong orang yang banyak omong. Luar biasa jika mampu melakukan itu. Maka belajarlah agar engkau dapat melakukan yang demikian, anakku!

Pakoleh (keuntunganya) lair (lahir) batinnya (batibn), Iyeku (yaitu) budi (budi) premati (tersimpan rapi). Keuntungannya lahir dan batin, yaitu tersimpan rapinya kebaikan kita.

Keuntungan lahir dari sikap mengalah ini adalah menghindarkan pertengkaran yang tidak perlu, sedangkan keuntungan batin adalah kebaikan hati kita tetap tersimpang rapi sebagai rahasia. Ini menghindarkan kita dari sikap riya’, ujub atau takabur, juga sifat sombong. Dalam masyarakat tak perlulah kita merasa atau harus paling baik, atau paling pintar, atau paling hebat. Kedudukan yang setara lebih membuat nyaman sesama manusia.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/09/27/kajian-wedatama-98-kawruhe-mung-ana-wuwus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...