Translate

Minggu, 22 September 2024

Babad Tanah Jawi (9): Raden Said (Sunan Kalijaga)

 Alkisah, putra Tumenggung Wilatikta yang bernama Ki Jaka Said mempunyai kegemaran berjudi dan perilaku buruk lain seperti adu jago. Sering Raden Said pergi menuruti kegemarannya hingga sampai di Jepara. Karena berjudi sering kalah hingga tak punya uang kemudian merampok. Tempat yang dipakai untuk mencari mangsa adalah sebuah hutan bernama Jatisekar, letaknya di sebelah timur laut kota Lasem. Pada suatu hari Sunan Bonang berjalan dari Malang melewati hutan Jatisekar. Raden Said mencegatnya.

Sunan Bonang berkata, “Engkau ini sedang apa, kok mencegat orang lewat?”

Raden Said berseru, “Aku ini bekerja. Merampok pekerjaanku.”

Sunan Bonang berkata, “Besok kau rampok orang yang memakai pakaian hitan dan memakai sumping bunga wora-wari merah. Orang itu akan lewat sini, rampoklah.”

Raden Said menurut perkataan Sunan Bonang. Tiga hari kemudian Sunan Bonang kembali melewati hutan Jatisekar dengan memakai pakaian hitam dan memakai sumping bunga wora-wari merah. Raden Said bersiap mencegatnya. Ketika sudah dekat Raden Said melihat ada empat orang yang sama. Setiap menoleh ke arah barat, orang itu yang dilihat. Menoleh ke timur orang itu pula yang dilihat. Raden Said tertegun dan menyadari orang yang dicegatnya bukan orang sembarangan. Raden Said merasa bersalah lalu duduk bersimpuh menghaturkan tobat.

Sunan Bonang berkata pelan, “Kalau engkau benar-benar menurut kepadaku, tunggulah di sini. Jangan pernah meninggalkan tempat ini.”

Raden Said menyatakan sanggup, Sunan Bonang lalu pergi melanjutkan perjalanan. Raden Said ketika ditinggalkan masih memegang cis. Diceritakan kepergian Sunan Bonang sampai satu tahun lamanya. Sunan Bonang lalu datang lagi menengok Raden Said. Tempat yang ditempati Raden Said telah menjadi hutan belantara. Sunan Bonang mengucapkan salam. Seketika hutan lenyap dan Raden Said terlihat. Sunan Bonang kemudian pergi lagi meninggalkan Raden Said di tempatnya selama satu tahun lagi. Setelah genap dua tahun Raden Said bertapa Sunan Bonang datang lagi untuk memberi wejangan ilmu dan tatacara berbakti kepada Tuhan. Setelah itu Raden Said disuruh untuk berkhalwat selama satu tahun. Setelah selesai Raden Said melakukan perjalanan ke barat menuju Cirebon. Tempat yang dituju adalah sebuah hutan sepi yang disebut Kalijaga. Dengan ditemani dua orang sahabatnya Raden Said melanjutkan pertapaan. Setiap malam berjaga di sungai. Kalau ngantuk disiram air. Setelah itu bertapa dengan mengikuti aliran sungai.

Setelah sekian lama bertapa dan melanjalani laku yang diperintahkan oleh Sunan Bonang, Raden Said menjadi wali yang sakti. Namanya kemudian masyhur disebut Sunan Kalijaga.

Alkisah Sunan Kalijaga di Ciberon menyamar sebagai marbot sebuah masjid. Pekerjaannya mencari air dan mengisi kulah tempat wudlu. Setiap kulah kosong segera diisi air, maka dia dikenal sebagai Ki Marbot oleh orang-orang. Pada suatu hari Sunan Gunung Jati yang menjadi imam di wilayah Cirebon melihat si marbot tadi. Sunan Gunung Jati merasa kasihan, maka pada malam hari kulah dikeringkan airnya dan diisi dengan emas. Pada pagi harinya Ki Marbot bangun menjelang subuh hendak mengisi kulah dengan air. Ketika membuka tutup kulah terlihat olehnya emas. Maka Ki Marbot segera menciptakan balok emas dan emas balok tadi dipakai sebagai ganjal kulah.

Sunan Gunung Jati yang datang ketika hendak shalat Subuh melihat kulah telah terisi air dengan ganjal batangan emas. Sunan Gunung Jati segera tahu bahwa Ki Marbot adalah Sunan Kalijaga. Oleh Sunan Gunung Jati Ki Marbot lalu dibawa ke pesantrennya dan diambil sebagai saudara ipar, dinikahkan dengan adik Sunan Gunung Jati.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/06/09/babad-tanah-jawi-9-raden-said-sunan-kalijaga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...