Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (253): Aja Wani Nerak Wewaler

 Pada (bait) ke-253, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Kabeh anak putu padha,
eling-elingan ywa lali.
Prasapa kang kuna-kuna,
wewaler leluhur nguni,
estokna ing jro ati,
aja nganti nemu dudu,
kalamun wani nerak,
pasti tan manggih basuki,
Sinom salin Girisa ingkang atampa.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Semua anak cucu,
ingat-ingatlah jangan lupa.
prasapa yang kuna-kuna.
Larangan leluhur dahulu,
patuhilah di dalam hati,
jangan sampai menemui yang bukan-bukan.
Jika berani melanggar,
pasti tak menemui selamat.
Bagi anak muda berubah takutlah dengan yang kauterima.


Kajian per kata:

Kabeh (semua) anak (anak) putu (cucu) padha (sama), elingelingan (ingat-ingatlah) ywa (jangan) lali (lupa), prasapa (prasapa) kang (yang) kunakuna (kuna-kuna). Semua anak cucu, ingat-ingatlah jangan lupa, prasapa yang kuna-kuna.

Semua anak cucu ingat-ingatlah, apa yang telah diuraikan dalam bait-bait di atas. Itulah prasapa yang diucapkan oleh para leluhur di zaman kuna-kuna, dahulu kala. Ada baiknya diketahui benar, agar tidak melanggarnya. Karena di dalamnya pasti ada hikmat yang terkandung, namun orang-orang dahulu tidak selalu menjelaskan dengan cara ilmiah.

Iklan

Prasapa sebenarnya dalam satu sudut pandang dapat dilihat sebagai kearifan lokal. Umumnya memang tidak dijelaskan alasan-alasan yang mendasarinya. Sebagai contoh dahulu di desa-desa banyak larangan dari orang tua untuk tidak menebang pohon besar, di situ disebutkan alasannya adalah karena ada hantunya. Agaknya tidak mungkin kalau orang-orang dahulu takut hantu, mereka hanya membuat takut orang-orang agar tidak berani menebang pohon besar. Dengan demikian kelestarian lingkungan akan terjaga. Akan sangat memakan waktu dan tidak efektif jika para orang tua itu menyatakan secara ilmiah alasan-alasannya. Selain tidak semua orang akan paham, ada kemungkinan beberapa orang justru membantahnya. Yang paling mudah ya melibatkan hantu tadi. Inilah sebagian dari alasan dari munculnya prasapa dan wewaler.

Wewaler (larangan) leluhur (leluhur) nguni (dahulu), estokna (patuhilah) ing (di) jro (dalam) ati (hati), aja (jangan) nganti (sampai) nemu (menemui) dudu (bukan-bukan). Larangan leluhur dahulu, patuhilah di dalam hati, jangan sampai menemui yang bukan-bukan (yang tidak diharapkan).

Larangan-larangan dalam prasapa dan wewaler itu patuhilah, ingatlah dalam hati agar tidak menemui kejadian yang bukan-bukan, yang tidak diharapkan. Karena dalam wewaler itu mungkin saja terkandung maksud dan tujuan yang belum kita ketahui, seperti pada contoh tentang larangan menebang pohon besar tadi.

Kalamun (jikalau) wani (berani) nerak (melanggar), pasti (pasti) tan (tak) manggih (menemui) basuki (selamat). Jikalau berani melanggar, pasti tak menemui selamat.

Kalau berani melanggar pasti takkan selamat, pasti akan ada konsekuensi yang ditanggungnya. Namun hendaknya ingat dengan prinsip yang telah kita pegang bahwa wewaler tidak bisa menggantikan syariat agama. Jika suatu wewaler melanggar atau meniadakan aturan agama sudah jelas tak perlu dipatuhi. Juga dalam penerapannya dilihat dahulu sesuai konteks zaman. Jika melaksanakan wewaler justru menimbulkan mudharat yang sudah kita ketahui dengan pasti, maka harus ditinggalkan. Lakukan yang sekiranya netral atau yang berakibat baik untuk semua.

Sinom (anak muda) salin (berubah) Girisa (takutlah) ingkang (yang) atampa (diterima). Bagi anak muda berubah takutlah dengan yang kauterima.

Gatra terakhir menghimbau agar setelah mendengar tentang prasapa dan wewaler tersebut, berubah takutlah dengan kabar yang kau terima ini. Lebih baik patuh dan tidak perlu membangkang, jika pun terpaksa melanggar pastikan bahwa itu karena alasan yang lebih maslahat untuk orang banyak.

Gatra terakhir ini juga merupakan isyarat bahwa Pupuh Sinom telah berakhir dan akan berganti (salin) dengan Pupuh Girisa.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-253-aja-wani-nerak-wewaler/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...