Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (270): Wineruhken Becik Ala

 Pada (bait) ke-270, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Den bisa nampani padha,
mungguh sasmitaning Suksma.
Ingkang dhawuh maring sira,
wineruhken becik ala.
Anyegah karepanira,
marang panggawe kang ala,
kang tumiba siya-siya.
Iku peparing Hyang Suksma

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Harap semua bisa menerima,
perihal isyarat dari Yang Maha Suci.
Yang memberi perintah kepadamu,
diperlihatkan kebaikan dan keburukan.
Serta mencegah keinginanmu,
kepada perbuatan yang buruk,
yang jatuhnya sia-sia.
Itulah anugrah Yang Maha Suci.


Kajian per kata:

Den (Harap) bisa (bisa) nampani (menerima) padha (semua), mungguh (perihal) sasmitaning (isyarat) Suksma (Yang Maha Suci). Harap semua bisa menerima, perihal isyarat dari Yang Maha Suci.

Selain yang sudah disebutkan di atas, mengenai menurut nasihat dan menjalankan perintah Allah, juga jangan mengabaikan isyarat dari Yang Maha Suci. Sucikan hati, tajamkan akal budi agar peka dalam menangkap isyarat Ilahi. Sasmita atau isyarat ini dapat dijumpai dalam kehidupan ini kapan saja, tergantung kepekaan yang kita miliki. Semakin peka hati kita, semakin banyak isyarat yang kita terima.

Ingkang (yang) dhawuh (memberi perintah) maring (kepada) sira (engkau), wineruhken (diperlihatkan) becik (kebaikan) ala (keburukan). Yang memberi perintah kepadamu, diperlihatkan kebaikan dan keburukan.

Dengan isyarat itu Allah memberi perintah secara khusus kepada kita, memperlihatkan kepada kita tentang kebaikan dan keburukan, menuntun kita kepada hikmah yang besar, mengarahkan kita kepada kehidupan yang lebih baik. Jika kita peka dan menerima isyarat itu dengan lapang dada, seraya bersikap tawakal, pasrah pada kehendak Allah, insya Allah hidup kita akan selamat.

Nyegah (mencegah) karepanira (keinginanmu), marang (kepada) panggawe (perbuatan) kang (yang) ala (buruk), kang (yang) tumiba (jatuhnya) siyasiya (sia-sia). Serta mencegah keinginanmu, kepada perbuatan yang buruk, yang jatuhnya sia-sia.

Melalui isyarat itu pula, Yang Maha Suci mencegah keinginan kita yang sekiranya akan menjurus kepada keburukn. Namun apabila hati kita tumpul kita takkan mampu melihat isyarat itu dengan pandangan yang terang. Akibatnya kita nekad dan terjerumus dalam hidup sengsara. Maka perlu bagi kita untuk selalu memasah mingising budi agar peka terhadap isyarat-isyarat itu.

Iku (itulah) peparing (anugrah) Hyang (Yang) Suksma (Maha Suci). Itulah anugrah Yang Maha Suci.

Isyarat-isyarat itu adalah anugrah Yang Maha Suci. Maka syukurilah keberadaannya. Jangan abai atau meremehkan anugrah itu.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-270-wineruhken-becik-ala/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...